Title : [Sequel: Without voice] Dream
Author: Sachi
Chapter : 1/?
Fandom: Alice Nine, OC.
Pairing : Tora x Saga
Genre: AU, drama, romance.
Rating: T
Disclaimer: Tora is mine.
*Yang percaya saya ucapkan terima kasih banyak*
(Dibakar idup-idup)
No, This story just mine.
Note : Ini sequel atau apa deh namanya, bingung. Pokoknya ini cerita nyambung sama 'without voice' yang oneshot tapi ga bisa dibilang oneshot itu.(-..-)
Ini certa belom jadi, masi perlu banyak editan dan revisi.
Ngepost disini biar ga ilang.
*halah, macem ada yg peduli*
* * *
"Maaf, aku tak bisa"
Gadis itu menunduk sambil mengigit kuku tangannya dengan wajah memerah. Ia tak menatap lagi pada pemuda dihadapannya sekarang.
"Aku mengerti."
Gadis itu membungkuk lalu berlari meninggalkan Tora, pemuda yang telah menolak pernyataan cintanya.
Tora menghela nafas sambil menyisir poni rambutnya kebelakang dengan tangannya, mengisyaratkan atas kelegaannya.
Dua orang siswa yang sedari tadi mengintip dari balik pohon saling bertatapan, lalu mereka menghela nafas berat bersama.
Mereka keluar dari balik pohon dan mengejar Tora yang sedang menuju pintu gerbang sekolah.
Suasana sekolah sudah sepi, karena murid yang lain sudah meninggalkan sekolah untuk pulang ke rumah masing-masing dari lima belas menit yang lalu.
Hanya ada tinggal mereka, petugas penjaga sekolah dan beberapa anggota klub yang sedang latihan di ruang klub sekolah.
"Tora!!"
Panggil salah satu dari dua orang yang menyusul Tora tadi.
"Kalian!? Darimana saja, kenapa belum pulang?"
Keduanya saling menatap lagi sebelum salah satunya menjawab dengan canggung.
"Emm, kami melihat kau tadi di halaman belakang, hehe..."
Ia menyelipkan sebuah tawa di ujung kalimatnya berharap Tora tak marah mendengar jawabannya.
"Oh,"
Mereka bernafas lega melihat Tora sepertinya tak marah, pasalnya mereka sering mengintip tiap kali Tora dinyatakan cinta oleh seorang gadis.
Sebenarnya mereka masih merasa heran terhadap sikap Tora, mereka masih dipenuhi tanda tanya mengapa ia menolak setiap gadis yang menyatakan cinta padanya. Ya, setiap gadis karena sudah banyak gadis yang menyatakan cinta padanya tapi selalu ia tolak.
Entah apa alasannya, tiap kali temannya bertanya ia selalu menjawab, 'hanya tidak mau saja'
Walau mereka mengangguk seperti mengerti, akan tetapi yang sebenarnya mereka masih yakin ada alasan lain yang disembunyikan Tora.
Mereka berdua mensejajarkan langkah dengan Tora yang berjalan sedikit cepat.
"Tora, sebenarnya apa alasanmu menolak semua gadis yang menyatakan cinta padamu?"
Tora menoleh pada temannya yang bertanya, wajahnya tampak sedikit malas untuk menjawab.
Walau sudah sering sekali mereka bertanya dan Tora selalu menjawab dengan kalimat yang sama, mereka masih juga menanyakan hal itu lagi.
"Aku sudah katakan, aku hanya sedang tak mau saja."
Kedua temannya mengangkat bahu, tapi teman yang satunya tiba-tiba berseru karena masih begitu penasarannya.
"Ah, mungkin kau sudah punya pacar tapi tidak bilang pada kami ya!?"
Tora seperti tertohok, ia buru-buru menjawab untuk menyangkal.
"Tidak, siapa bilang?"
"Hanya menebak, benar ya!?"
"Tidak, tidak, tidak. Sudah, daripada kalian terus-terusan bertanya hal yang sama berulang kali, lebih baik kalian ikut aku ke toko alat tulis."
"Hu? Untuk apa!?
"Membeli apa yang ada di toko alat tulis."
Kedua temannya saling pandang lagi, lalu mengehela nafas pasrah.
Memang seperti itulah Tora. Ia orang yang sedikit tertutup walau bersama kedua temannya.
Ia menyimpan sendiri hal yang ia sembunyikan.
Mungkin kalau sudah tak bisa menangani sendiri baru ia akan minta pertolongan orang lain.
Mereka masuk ke dalam toko alat tulis setelah menempuh waktu kurang olebih tiga puluh menit dari sekolah.
Tora mengambil barang yang ia perlukan pada rak.
"Cat minyak, buat apa?"
"Untuk melukis,"
Kedua temannya mengerutkan alis.
"Sejak kapan kau suka melukis?"
"Bukan untukku,"
Sambil menjawab, Tora melangkah ke rak-rak bagian lain.
Salah satu temannya sesekali mengambil benda yang ia rasa unik saat ia lewat, lalu diletakkan kembali merasa tidak tertarik.
"Lalu!?"
Tora tampak terdiam, ia menjawab lama.
"Untuk... saudaraku."
"Oh,"
Berselang beberapa belas menit kemudian akhirnya Tora sudah selesai dengan barang yang ia cari, ia menoleh pada kedua temannya.
"Kalian sudah selesai!?"
Kedua temannya langsung mengerutkan alis.
"Memangnya siapa yang mau membeli alat tulis? Kami 'kan hanya ikut karena ajakanmu."
Tora terdiam sesaat dengan alis terangkat sebelah mencerna sutuasi dihadapannya.
"Oh, maaf. Baiklah katakan kalian mau makan apa?"
Tora berjalan ke arah kasir untuk membayar barangnya.
Kedua temannya langsung mengikuti.
"Kau mentraktir kami?"
"Apa? Tidak mau?"
"Tentu saja mau, bodoh!"
Selesai dengan urusan membayar di kasir mereka pun keluar dari tempat itu.
Mencari sebuah cafe untuk makan.
Mereka duduk di sebuah meja dekat jendela lalu memesan makanan dan menunggunya datang.
"Kurasa kau semakin aneh saja Tora,"
"Maksudmu?"
Tora mengalihkan pandangannya sejenak dari layar ponselnya untuk menatap pada teman dihadapannya.
"Kau semakin lama semakin nampak pendiam, kau sedang ada masalah?"
Tora terperanjat, ia segera mengubah raut wajahnya agar tampak tenang.
"Tidak, tak ada masalah. Hanya saja, aku sedang malas bicara banyak. Cuaca sangat panas membuatku malas mengeluarkan energi untuk bicara."
Mau tak mau, kedua temannya harus berlagak memaklumi ucapan konyol Tora, walau mereka yakin bukan itu alasannya.
Setelah merasakan perut kenyang, mereka memutuskan untuk langsung pulang.
Dipersimpangan jalan mereka terpisah jalur. Tora melajukan motornya berbelok ke arah kanan begitu pula sebaliknya pada kedua teman Tora.
Tora memarkirkan motornya di garasi rumah. Tangannya membawa masuk kantung berisi alat lukis yang ia beli tadi kedalam rumah dan menuju kamarnya.
Ia melepas tasnya dan meletakkannya di atas meja belajarnya bersamaan dengan alat lukis itu sebelum mengganti pakaian dengan baju rumahnya.
Selesai berganti pakaian Tora mengambil kantung berisi alat lukis itu dan membawanya keluar kamar.
Saat hendak menaiki lantai untuk menuju lantai dua, ia berpapasan dengan seorang wanita asisten rumahnya yang menyapanya dengan ramah.
Tora pun membalas dengan senyumnya.
Rumah itu tampak sepi walau ada beberapa penghuni lain disana seperti salah satunya yang baru saja menyapanya.
Karena istri sang pemilik rumah yang identik dengan ocehannya tentang pekerjaan setiap hari sedang tak ada dirumah dari beberapa hari yang lalu pergi bersama sang suami untuk kerja diluar kota.
Tora melangkah menuju sebuah ruangan. Ia mengetuk singkat pintu kamar itu sebelum memegang gagang pintu dan membukanya.
Mata Tora mengedar mencari keberadaan sang pemilik kamar.
Senyumnya pun terukir tatkala ia mendapati sosok penghuni kamar sedang duduk didepan sebuah kanvas didekat jendela dan dikelilingi kanvas-kanvas putih lain yang sudah tergores cat warna-warni.
Si penghuni kamar melongokkan kepalanya dari balik kanvas saat ia merasakan dari ekor matanya ada siluet seseorang yang sedang berjalan mendekat ke arahnya.
Saking ia sibuk tenggelam dalam aktivitasnya sendiri sampai tak mendengar ketukan pintu dari Tora tadi.
Entah ketukannya terlalu pelan atau memang ia benar-benar tak mendengarnya tadi.
Senyuman itu terukir indah saat ia tahu siapa yang datang.
Ia mengangkat tangannya yang sedang memegang kuas lalu melambai sedikit sebagai tanda sapa'an.
Ia menaikkan alisnya melihat kantung yang dibawa Tora, tanda ia ingin tahu apa yang dibawa Tora.
Tora memberikan kantung tersebut pada pemuda itu yang diterimanya dengan antusias.
Namun seketika wajahnya tampak kebingungan dan mungkin sedikit kecewa setelah melihat isi kantung itu.
Ia langsung mengambil sekotak cat minyak yang terletak di atas meja disampingnya dan menunjukkan pada Tora.
Isi dari masing-masing botol cat minyak yang berada dalam kotak persegi panjang itu masih tergolong banyak.
Tora bisa langsung mengerti maksud dari pemuda itu, ia mengembangkan senyum.
"Untuk persediaan,"
Bibir pemuda itu sedikit mencebik, ia sedang tidak membutuhkan cat minyak baru sekarang, tapi Tora sering sekali membelikannya lagi dan lagi padahal yang sebelumnya belum habis. Rasanya terlalu boros.
Tora tertawa kecil melihat sikap pemua itu, ia mengacak rambut pemuda itu dengan gemas.
"Sudahlah, tak apa, kalau habis 'kan langsung ada persediaan. Jadi ngomong-ngomong, sekarang kau sedang menggambar angsa?"
Dengan segera ia mengucapkan kalimat lain sebagai pengalihan.
Sebenarnya ia tahu bahwa cat minyak milik pemuda itu masih banyak atau perlengkapan lukisnya belum ada yang rusak, namun ia hanya merasa aneh saja jika datang kekamar pemuda itu -untuk menemuinya setelah pulang sekolah- tanpa membawa apa-apa.
Sudah menjadi suatu kebiasaan saja.
Pemuda itu menoleh ke arah kanvasnya kembali, ia mengangguk sambil tersenyum.
Ia menyimpan cat minyak baru itu di meja di dekat cat minyak lamanya, lalu ia memegang kembali kuas dan palet cat-nya.
"Begitu. Gambar yang bagus, akan ku nilai saat sudah selesai hahaha..." Candanya.
Tora melangkahkan kakinya ke tempat tidur pemuda itu. Ia merebahkan dirinya di sana. Kedua tangannya ia lipat di bawah kepalanya sebagai bantalan meski ada bantal di sana tapi ia tak menggunakan itu.
Ia menatap langit-langit kamar tersebut.
Tak berapa lama, wajahnya menoleh kesamping, menatap pada pemuda yang tengah asyik dengan dunianya itu.
Cantik.
Ya, cantik. Ia makin terlihat cantik saja, semakin hari semakin cantik.
Rambut coklat terang sebahunya, mata yang indah, hidung yang mancung itu keturunan orang tuanya, bibir mungilnya, namun sedikit disayangkan kulitnya terlalu putih, maksudku bukan putih yang indah, tapi lebih seperti kulit pucat.
Namun itu tak mengurangi kekagumanku padanya. Karena ia masih punya senyum menawan dan keahlian melukis juga hati yang baik. Ia masih punya kelebihan yang banyak dibandingkan hanya kulit pucat dan.... tak bisa bicaranya.
Sinar matahari jingga diluar sana masuk melalui jendela dan menerpa wajahnya.
Membuatku makin terbuai menatap wajahnya karena semakin tampak keindahannya diterpa sinar matahari jingga, dengan semilir angin sore yang menerbangkan helai-helai rambut halusnya.
Satu alasan mengapa aku selalu menolak setiap gadis yang menyatakan cinta padaku, yaitu karena dia. Takashi, orang yang sedang berada dihadapanku.
Dia orang yang sangat kucintai.
Ya, aku tahu itu tidak wajar, karena seharusnya aku menjaganya sebagai kakak.
Tapi kami bukan saudara kandung 'kan?
Ya, walaupun kami sudah hidup satu rumah selama dua belas tahun.
Tapi apakah salah, jika aku mencintainya lebih dari seorang kakak?
Apa tidak boleh?
Jika waktu bisa diputar ulang aku lebih memilih tak mau di adopsi orangtua Takashi dulu. Tapi mungkin jika aku memilih itu, mungkin aku tak akan pernah bertemu dengannya.
Sudah lama rasa kebingunganku, kegundahanku itu menyergapku. Dilain sisi aku harus bersikap seperti seorang kakak, karena bagaimanapun, aku diadopsi sebagai anak orangtua Takashi, berarti aku harus jadi kakaknya.
Tapi aku tak mau menerima itu. Aku menjalani statusku sebagai kakaknya selama beberapa tahun ini dengan kepura-puraan.
Beberapa tahun ini saat aku mulai menyadari perasaanku sebenarnya.
"Takashi-san!?"
Suara ketukan dipintu kamar Takashi membuat Tora terperanjat.
Ia sontak terbangun dan duduk dikasur.
Seorang wanita melongok dari balik pintu, ternyata pengurus rumah mereka datang memanggil untuk menyuruh makan malam.
Takashi mengangguk mengerti dan pengurus itu pun pergi dari depan pintu.
Takashi menyimpan alat lukisnya lalu bangkit dari duduknya.
Ia menoleh pada Tora dan menatapnya memberi isyarat mengajaknya untuk turun bersama.
"Ya, kau duluan saja ke ruang makan, aku mau mandi dulu."
Tora bangun dari tempat tidur Takashi, ia keluar dari kamar Takashi dan menuju kamarnya sendiri.
Tak berapa lama Tora menyusul ke meja makan dengan wajahnya yang sudah tampak segar.
Di meja makan, mereka makan seperti biasanya, tidak terlalu banyak bicara namun juga tak terlalu serius.
Hanya bicara jika ada yang perlu, seperti sekarang ini.
"Besok jadi ke taman!?"
Takashi mendonggak melihat ke arahku, ia mengangguk antusias menjawab pertanyaanku.
Beberapa hari yang lalu aku berjanji untuk mengajaknya keluar, pergi ke taman di akhir pekan.
Sudah menjadi jadwal khusus membawanya melukis di alam bebas tiap akhir pekan.
Wajahnya saat aku mengajaknya itu sungguh terlihat sangat senang sekali.
Akupun jadi ikut senang jika melihatnya senang.
Aku sangat bersyukur orang tua nya sudah mau menerimanya sebagai anak kandung mereka. Darah daging mereka.
Jika mereka tetap tak mau menerima waktu itu, mungkin kami sudah di daerah mana sekarang.
Karena kalian tahu, saat itu aku berniat membawa Takashi pergi dari rumah bersama ku. Daripada dia tak di anggap terus bukan?
Daripada ia tersiksa batin karena tak di anggap anak dari kedua orangtua kandungnya sendiri.
Cukup waktu panjang untuk membuat hati mereka luluh, aku berulang kali terus meyakinkan mereka, membujuk mereka, aku bilang anak mereka punya bakat luar biasa.
Tapi mereka masih tak mau menerima. Mungkin hampir luluh namun masih gengsi, maka akhirnya aku melakukan hal nekat itu.
membawa pergi Takashi pergi dari rumah.
Dan usaha terakhirku itu akhirnya membuahkan hasil.
Mereka tak mau Takashi kubawa pergi, mereka akhirnya sadar, anak mereka adalah darah daging mereka, seseorang yang sangat berharaga lebih dari apapun didunia ini. Dan lagi punya bakat luar biasa. Mau menyadari bahwa kekurangan Takashi itu bukan suatu masalah.
Bukan hal yang memalukan.
Sejak saat itu orang tua Takashi mulai memperhatikan Takashi, memberinya kasih sayang yang selama ia kecil belum didapatinya.
Mereka memberi semua kebutuhan melukis Takashi, memberinya sekolah, walau home schooling.
Itu dikarenakan Takashi sudah terbiasa dan nyaman hanya berada didalam rumah. Itu permintaannya sendiri.
Katanya jika dirumah, dikamarnya lebih tepat, ia bisa belajar sambi melihat lukisannya sendiri. Atau saat selesai belajar ia bisa langsung melukis tanpa harus menunggu bis atau melaju di perjalanan pulang dengan kendaraan masing-masing seperti anak-anak sekolah pada umumnya.
Begitu cintanya ia pada bakatnya itu.
Namun dengan inisiatifku sendiri sesekali aku mengajaknya keluar ke tempat-tempat keramaian untuk bersosialisasi. Karena itu sangat penting bukan?
Dan juga untuk menyegarkan otaknya karena aku yakin ia pasti membutuhkan itu.
Bayangkan saja ia menghabiskan waktu hampir dua puluh empat jam didalam rumah.
Lagipula, hampir semua lukisan-lukisan itu ia gambar setelah aku mengajaknya keluar.
Karena diluar lebih banyak lagi objek yang lebih indah yang bisa ia lukis.
Sejak saat itu ia meminta keluar tiap minggu sekali.
Pergi ke taman dan sebagainya.
Cita-citanya menjadi pelukis terkenal, karyanya dipajang di pameran dan dilihat orang banyak.
Bahkan ia bermimpi punya galery pameran sendiri untuk memajang semua lukisannya sendiri nantinya.
Saga tahu orang tua nya bisa memfalisitasi itu, namun ia tak mau mengajukan permintaan itu pada orang tua nya, ia ingin berusaha sendiri, paling tidak membuat lukisannya bisa dikenal banyak orang dulu baru ia dengan perasaan enak meminta pada orang tuanya apa yang ia butuhkan itu.
Aku terkesiap saat mataku melihat bayang-bayang yang bergerak cepat didepanku.
Dan saat aku sadar ternyata Takashi baru menurunkan tangannya, sepertinya tadi ia melambai-lambaikan tangannya didepan wajahku.
Entah sejak kapan aku jadi melamun memikirkan hal itu lagi.
"Ada apa!?"
Takashi menggerakkan kedua tangan dan jari-jarinya, aku sedikit meyerngit sampai beberapa saat aku baru mengerti apa yang dilontarkannya dengan bahasa isyaratnya itu.
Beruntung aku bisa menegerti karena sering melihatnya menggunakannya sehari-hari sampai aku bisa menghafalnya. Yah, walaupun cuma beberapa dan masih perlu beberapa detik untuk mencernanya.
"Aa... tidak, tak ada masalah, hanya teringat kegiatan klub disekolah saja, sedikit merepotkan tadi." aku menjawab pertanyaannya.
Takashi tersenyum, ia bergerak lagi membentuk sebuah bahasa isyarat yang mengartikan, jangan banyak melamun, jika ada masalah aku siap mendengar curhatan niichan.
Tora tersenyum,
"Ya, tentu saja."
Takashi mengangguk, lalu mengangkat diri dari kursinya, beranjak dari meja makan setelah ia pamit mau kembali kekamar.
Ternyata dia sudah selesai makan.
Kulihat pada piring makanku, masih banyak tersisa nasi.
Tapi aku tak nafsu lagi untuk memasukkan nasi itu kedalam mulutku.
Lagipuka sebenarnya oerutnya masih terasa kenyang karena sudah makan dikuar bersama temannya seoulang sekolah beberapa jam yang lalu.
Akupun meminum air putih dan beranjak menyusul meninggalkan meja makan.
Tsuzuku.
Jumat, 30 Mei 2014
Minggu, 18 Mei 2014
[FF: Oneshot] Without Voice
Title : Without voice
Chapter: oneshoot
Author : Sachi
Genre : Angst,drama
Fandom : alice nine
Pairing : ToraXsaga
First post on fb : 9 juli 2012
***
“selamat,anak anda laki-laki”
Ujar seorang suster,menyerahkan seorang bayi mungil yang baru selesai dimandikan pada ibunya.
Sang ibu yang terbaring diatas tempat tidur tersenyum bahagia menyambut buah hatinya.
Hingga disudut mata sang ibu mengalir setitik air mata karena terharu.
“papa…”panggilnya menatap sang suami yang berdiri disampingnya sekilas,lalu kembali menatap bayi mungilnya yang kini tengah berada digendongan sang ibu.sambil di elus keningnya.
Sang suami membalas panggilan istrinya dengan sebuah senyuman.lalu ikut mengelus kening si bayi mungil yang sedang tertidur lelap.
“anak kita tampan pa”kata si ibu lagi
“ya”jawabnya,dan mereka pun sibuk kembali menatap sang bayi mungil sambil mengelus sayang dengan senyum kebahagiaan.
* * *
Setelah beberapa hari beristirahat di Rumah sakit,sekarang sang ibu sudah diperbolehkan pulang kerumah nya.sang ayah begitu terburu-buru membereskan barang-barang mereka,tak sabar untuk cepat pulang kerumah.
Setiba nya dirumah besar dan megah bergaya klasik itu.mereka langsung disambut para asisten rumah tangga yang sudah berdiri didepan pintu,berbaris rapi.
Ada lebih dari 10 asisten rumah tangga yang menyambut mereka.karena memang rumah besar bak istana itu memerlukan banyak asisten tumah tangga untuk mengurus rumah tersebut.dan segala kebutuhan majikannya.
Mereka semua ikut tersenyum menyambut sang tuan muda kecil mereka.
Tak jarang ada yang mengucapkan selamat datang untuk tuan muda kecil nya.serta doa-doa yang baik.
Sepasang suami-istri itu langsung membawa buah hatinya kekamar bayi yang sudah dipersiapkan jauh hari.sengaja memakai kamar yang letaknya disamping kamar orang tua sang bayi yang dilantai dasar,agar mereka tak perlu jauh-jauh jika ingin melihat anaknya.
Dikamar bayi telah menunggu seorang wanita dewasa yang sebentar lagi akan menjalankan tugasnya sebagai babysitter.ia sedang membuka gorden jendela agar ruangan kamar itu terlihat terang,serta merapikan apa saja yang belum rapi dikamar bayi itu.kamar yang cukup luas untuk seorang bayi kecil.
Tepat saat si babysitter selesai merapikan sprei tempat tidur bayi,saat itu pula pintu kamar itu terbuka.
terlihatlah nyoya nya yang sedang menggendong bayi.serta tuannya yang berada disamping sang istri sedang mendorong pintu agar terbuka lebar.
Si babysitter segera menghampiri majikanya,membungkukkan sedikit badannya dan mengucapkan kata..”selamat datang kembali tuan dan nyonya”
“ya”jawab si ibu bayi.
Sang ibu bayi membawa bayinya keatas tempat tidur dengan hati-hati.
Si bayi sedikit tersentak mungkin terkejut karena pegerakan sang ibu saat memindahkannya.
“bayi yang tampan nyonya”seru si babysitter
Sang ibu hanya terenyum menatap bayinya yang tertidur tenang.
“ngomong-ngomong siapa namnya nyonya?”
Sang ibu melirik suaminya sejenak..
“kami memberinya nama sakamoto takashi.bagaimana,bagus tidak?”
“ya.nama yang bagus nyonya”
Ujarnya sambil tersenyum
* * *
Rasa bahagia yang meluap serta senyum yang tulus dari kedua orang tua takashi ternyata tak seterusnya dirasakannya.karena sejalan dengan waktu saat takashi terus tumbuh,senyum dan kasih sayang orang tua tak lagi takashi dapatkan.
Semua itu terjadi karena terungkap nya suatu fakta.
Fakta yang sebenarnya bukan sesuatu yang harus ditutupi.karena itu bukan hal buruk atau sebuah aib.
Namun berbeda dimata kedua orang tua takashi.karena sifat mereka yang besar gengsi,sampai-sampai tak mau mengakui anaknya karena sebuah kenyataan itu.
Mereka malu jika memperlihatkan anak mereka yang seperti itu pada kolega-kolega mereka.
Kenyataan itu terungkap saat usia takashi beranjak 12bulan.
Saat usia segitu seorang bayi sedang aktif-aktif nya berbicara.
Menirukan kata-kata apa saja yang ia dengar disekitarnya.
Tapi berbeda dengan takashi yang lebih cenderung diam.
Tak banyak mengeluarkan suara-suara seperti bayi pada umumnya.
Saat di ajak bermain pun ia sering tak tanggap.
Saat itu,saat takashi memasuki umur 12bulan.ia sedang dikamarnya bersama pengasuhnya yang sedang mengajaknya bermain.
Lalu tiba-tiba suara klakson mobil diluar sana mengagetkan mereka.
Sipengasuh langsung mengetahui suara mobil siapa itu.
“nah,papa dan mama sudah pulang.ayo kita keluar” ia langasung mengambil takashi dan menggendongnya keluar dari kamar.
Setibanya diruang tamu,sipengasuh menurunkan takashi supaya ia berjalan sendiri ketempat orang tua nya yang sudah berdiri didekat pintu menunggu takashi berjalan sampai ketempat mereka.tentu pada usia segitu ia sudah mulai belajar berjalan.
“ayo taka-cha kemari.kamu pasti bisa sayang”ucap ibu taka memberi semangat pada anak nya yang sedang berusaha berjalan kearahnya.
Dengan sedikit terhuyung-huyung karena belum bisa menjaga keseimbangan,tapi taka tetap berusaha berjalan.walau sempat jatuh,tapi ia cepat bangkit lagi.
Anak yang gigih.
“ayo-ayo sedikit lagi taka…”sambung ayahnya.
Sedikt lagi,dan akhirnya taka pun sampai ketempat orang tuanya.
Ibu taka langsung menggendongnya dengan tawa bahagia.
“kamu berhasil taka..”
“anak pintar.nah,sekarang coba kamu berbicara,coba panggil mama sayang.ma…ma”
“a…a…”
Taka membuka mulutnya tapi hanya sebuah kata putus-putus yang ia ucapkan.
“mama sayang,coba bilang ma…ma”
Kali ini taka tidak mengatakan apapun,hanya menatap ibunya seperti tatapan kosong.
Ibu taka menatap pada suaminya dengan wajah cemas.
“papa,bagaimana ini?.kenapa taka susah sekali bicara??”
Ayah taka memegang pundak taka
“taka,coba bilang papa”
“a…”taka mencoba menirukan kata yang papa nya suruh,tetapi suara nya seperti tak ingin keluar.
Ayah taka menghela nafas.
“papa,taka sudah berusia 12 bulan lebih,bahkan hampir 2tahun.tapi kenapa ia belum bisa bicara satu kata pun??”
“tenang dulu ma,mungkin taka memang terlambat bisa bicara”
Ayah taka menatap anak nya lagi,belum putus asa untuk mencoba nya lagi
“taka,coba bilang pa-pa”
Taka membuka mulutnya
“a…a..”
Hasil yang sama,masih tetap tak bisa mengucapkannya.
“sebaiknya coba kita periksakan taka ke dokter saja pa”ucap ibu taka memberi saran
“baiklah,besok kita cuti satu hari dan pergi membawa taka ke dokter”
Ibu taka menyerahkan taka pada pengasuh nya lalu mereka pun pergi kekamar mereka.
Keesokan hari nya tepat pukul sembilan,mobil keluarga sakamoto telah melaju keluar dari perkarangan rumah menuju ketempat dokter.
Memeriksakan kesehatan anak mereka.mereka khawatir apa yang terbayang-bayang dibenak mereka jadi kenyataan.
Jika seandaikan apa yang mereka bayangkan benar-benar terjadi,maka mereka akan melakukan hal yang sudah mereka pikirkan semalaman agar mereka tak merasa malu.
Sudah beberapa jam berlalu sejak kepergian keluarga sakamoto ketempat dokter.
Kini suara deru mobil mereka kembali terdengar memasuki perkarangan rumah,menandakan kalau mereka sudah kembali.
Si pengasuh yang sudah mengetahui kepulangan mereka langsung menuju ke pintu depan untuk menyambut mereka.
Saat pintu besar itu dibuka,pemandangan yang tidak biasa terlihat didepan mata si pengasuh.
Wajah tuan dan nyonya nya masam,matanya tajam seperti sedang marah.
Ibu taka membawa taka yang didalam gendongan nya masuk dengan langkah terburu-buru.
Ibu taka tidak membawa anaknya kekamar nya.tetapi pergi menaiki tangga menuju lantai dua.
Sedangkan ayah taka mengerut keningnya berjalan memasuki kamar nya.
Si pengasuh yang bingung,mengikuti ibu taka dibelakang demi mengetahui apa yang sedang terjadi?.
“nyonya ada apa??”tanya sipengasuh
Sang nyonya diam tak menjawab.ia terus melangkah cepat tak menghiraukan pertanyaan si pengasuh taka.
Tak satupun ruangan dilantai dua yang majikanya singgahi.
Ia malah berjalan lagi menaiki satu tangga terakhir,yaitu tangga menuju atap rumah.
Setibanya diruangan atap yang kosong itu,ibu taka menurun kan taka dari gendongannya dan mendorong taka untuk masuk kedalam ruangan tersebut.
Taka bingung.ia hanya bias berdiri diam menatap mama nya.
Ibu taka menoleh kesamping nya menatap si pengasuh.
“yumi,mulai sekarang kamar taka pindah keruangan ini.bersihkan dan pindah semua perabotan yang ada dikamar taka ketempat ini”
Si pengasuh kaget.
“apa??..kenapa dipindah kesini nyonya??”
Sang nyonya memutar badan nya lalu pergi meninggalkan taka dan pengasuhnya yang keingungan.
“nyonya??”panggil nya namun tak dihiraukan.
Sang nyonya pun telah hilang dibalik tangga.
Yumi si pengasuh berbalik menatap taka yang sedang menunduk.
Yumi tahu anak ini sedang sedih.
Ada apa sebenarnya?,kenapa sikap kedua orang tua taka berubah drastis sepulang mereka dari tempat dokter?.
Apakah ada hal yang buruk?,pikir yumi.
Yumi mendekati taka lalu berjongkok didepanya.dan mengelus pucuk kepala taka.
Ia tak bisa berbuat apa-apa selain menuruti perintah majikannya.karena iya seorang pengasuh yang dibayar oleh majikan untuk melakukan tugas yang diperintahkan.
“tidak apa-apa,aku akan menyulap tempat ini sama bagus nya dengan kamar taka-chan yang dulu.lagipula disini lebih asik,lihat!! Diatasnya ada jendela,kamu bisa melihat awan langsung”
Ucapan yumi membuat taka mendonggakkan kepalanya dan tersenyum.
Walau yumi belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi tapi ia mencoba membuat taka kembali tersenyum.
Ibu takashi memasuki kamarnya,didalam sudah ada suami nya yang duduk di pinggir ranjang sambil memijit kening nya.
Ia berjalan mendekati suami nya lalu ikut duduk di samping suami nya dipinggir ranjang.
“bagaimana bisa taka mengalami hal itu?”
Tanya ibu saga namun lebih terlihat bergumam pada sendir,sambil menutup wajahnya dengan ke dua telapak tangannya.
“apa yang akan kita katakana pada orang-orang saat melihat taka yang seperti itu??.terlebih pada kolega-kolega kita.aku akan malu sekali pa..”
Ucap ibu saga menatap suami nya.tapi sang suami masih menundukkan kepala meremat kepalanya.
“aku tidak mau mereka menertawakan kita karena taka bisu.dia cacat pa…”
Ujarnya
“tenanglah dulu…”ucap sang suami mencoba membuat istri nya tenang.
“aku tidak akan pernah mengeluarkan taka dari atap,agar orang-orang yang datang kerumah kita nantinya tak melihat taka.”
“apa??.kau bermaksud mau mengurung nya??.lalu bagaimana jika ada orang yang menayakan taka,mungkin ingin melihatnya?!.contohnya teman-teman mu itu?”
“ngg..itulah yang sedang kupikirkan pa.apa yang harus kulakukan??”
Ucap ibu taka dengan wajah cemasnya.
Merekapun larut dalam pikiran masing-masing mencari jalan keluar.
Yang menurut mereka benar.
***
Harta berlimpah,tahta atau jabatan bisa membuat orang menjadi sombong dan lupa diri.
Begitu pula yang sedang dialami oleh orang tua takashi.
Karena kegengsian mereka,hingga ingin menghapus keberadaan anaknya sendiri karena punya kekurangan.
Hidup sebagai orang kaya raya membuat mereka sombong,hingga tak ingin menerima kekurangan apapun.
Walau kekurangan itu datang dari orang terdekat mereka,darah daging mereka sendiri.
Tapi kesombongan telah menggerogoti hati mereka.
Padahal sebuah kekurangan itu bukan suatu hal yang harus ditutupi.
Karena dibalik kekurangan itu pasti ada kelebihan.
Sama hal nya dengan manusia yang terlihat sempurna pada fisiknya,namun mereka yang sempurna itu juga pasti punya kekurangan.hanya saja mungkin tak terlihat dengan mata.
Dan kebalikannya dengan takashi adalah kekurangannya yang dapat dilihat dengan mata.
Hanya itu…
Selebihnya manusia semua sama.punya kelebihan dan kekurangan.
3 tahun kemudian…
“menggambar bunga nya seperti ini taka-chan”
Yumi mengambarkan sebuah bunga di buku gambar takashi.
Dengan posisi terlungkup disamping pengasuhnya,taka benar-benar memperhatikan setiap crayon yang digoreskan pengasuhnya dikertas putih buku gambarnya saat menggambar bunga.
Sesekali taka gerak-gerakkan kaki nya yang menekuk keatas.merasa tak sabar ingin menggambarnya juga.
Bunga sakura...
Sekarang sedang musim semi,saat nya bunga sakura bermekaran.
Dan taka meminta pengasuhnya untuk menggambar seperti apa bentuk bunga sakura.
Karena taka belum pernah melihat nya.
Itu disebabkan karena ia tak pernah bisa keluar rumah.
Seperti perbincangan orang tua nya dulu…
taka benar-benar dikurung dikamarnya; diatap.tak boleh keluar kamar apalagi keluar rumah.
Seperti contohnya saat ada acara-acara penting dirumah itu.saat para teman-teman orang tua taka ingin melihat/menanyakan taka,orang tuanya selalu punya beribu alasan yang mereka lontarkan supaya taka tetap berada dikamar nya.
Benar-benar seperti anak yang disingkirkan...
Benar-benar merasa kesepian...
Tapi walau begitu taka masih bisa tersenyum.semua karena sang pengasuh baik hati yang selalu ada disampingnya.
“nah,sekarang coba taka-chan yang gambar”
Taka langsung antusias mengambil crayon bewarna pink dari tangan yumi.
Lalu menggambar bunga sakura yang sudah dicontohkan oleh yumi.
Membuat yumi sedikit tertawa melihat wajah taka yang begitu serius jika sudah menggambar.
Selesai menggambar,taka mendonggakkan kepalanya menatap yumi yang duduk disampingnya sambil tersenyum.ia memberi isyarat jika ia sudah selesai menggambar bunga sakuranya.
Yumi melihat hasil gambaran taka.
“anak pintar”
Diusapnya pucuk kepala taka penuh sayang.
Walau gambar taka belum cukup rapi jika dibandingkan dengan yumi yang notabene nya orang dewasa,tapi taka sudah cukup pintar menggambar yang sama persis,cukup rapi bila dibandingkan dengan anak seusianya..mengingat usia nya yang masih 5 tahun.ia juga sudah bisa membedakan warna karena selalu bermain dengan crayon nya.
Dari umur 3tahun taka sudah sangat senang menggambar.
Sudah sangat banyak sekali lembaran-lembaran buku gambar yang sudah ia gambar dengan benda-benda sekitar yang ia lihat serta mahkluk hidup yang ia ingat diotaknya saat yumi membacakan buku cerita bergambar kepadanya.semua nya ia tempel didinding setiap ia selesai menggambar.
Sehingga dinding kamarnya dipenuhi oleh gambar-gambar nya sendiri.
Seperti pameran lukisan mungkin,dalam versi si pelukis kecil.
Tak hanya menggambar saja.kini taka yang sudah berusia 5tahun mulai diajarkan menulis oleh yumi.
Ya,oleh yumi,karena ia sama sekali tak diizinkan keluar rumah sampai sekarang oleh orang tuanya.,yang otomatis ia juga tak bisa pergi bersekolah yang letaknya diluar rumah.dengan orangtua taka yang memang sama sekali tak ada niatan untuk menyekolahkan taka.
Ia mengajarkan taka menulis agar nanti taka bisa berkomunikasi dengan orang lewat tulisan.
Tanpa harus menggunakan bahasa isyarat yang tidak semua orang mengerti akan bahasa itu.
* * *
Seminggu lagi adalah hari ulang tahun ke-40 perusahaan sakamoto.
Perusahaan yang telah diturunkan kakek-nenek taka kepada orang tua nya.
Seminggu lagi,sebuah pesta besar akan diadakan di rumah mewah keluarga sakamoto.
Para asisten rumah tangga sudah sibuk mempersiapkan semua yang diperlukan untuk acara nanti.seperti menata ruangan dansebagainya.
Tapi ditempat lain,diruang keluarga tepatnya,kedua orang tua taka sedang duduk gelisah disofa ruang keluarga.
Padahal pesta besar yang menyenangkan tinggal seminggu lagi tapi mereka malah terlihat tidak antusias dengan acara yang sudah dilakukan turun-remurun selama 5tahun sekali.
Mereka duduk seperti sedang berpikir keras.
“bagaimana ini,tinggal seminggu lagi,kita tak bisa beralasan lagi”
Ucap ibu taka yang duduk di samping suaminya.
“haah..”hanya helaan nafas yang keluar dari mulut sang suami.ia meremat kepalanya.
Yah,ternyata yang sedang mereka pikirkan adalah alasan bagaimana lagi yang harus mereka pakai untuk menyembunyikan taka.mereka tak bisa terus beralasan,karena alasan yang mereka lontarkan setiap ada orang yang menanyakan taka lama-kelamaan makin tak masuk akal dan sudah pasti membuat orang-orang akan curiga.
Tentu saja curiga karena mereka sama sekali tak pernah melihat taka seujung rambutpun.
“pa,bagaimana kalu kita mengadopsi anak saja”
“apa??”sang suami mengangkat kepalanya dengan kaget
“ini cara terakhir yang telah kupikirkan.aku tak mau memperlihatkan taka dihadapan mereka nanti saat acara.dan aku sudah tak punya alasan apapun lagi”
Ujarnya dengan wajah gusar
Sang suami terdiam.ia menopangkan dahinya pada kedua tangannya yang bertumpu pada lutut.ia mencoba menimbang-nimbang ucapan sang istri.
Sungguh otaknya tak sanggup berpikir apa-apa lagi saat ini.bukan hanya masalah anaknya yang harus ia pikirkan,tapi masalah pekerjaannya dan lain-lain.
Membuat ia berpikir pendek untuk masalah ini dan menyetujui ucapan istrinya.
Sudah tak menemukan jalan lain pada otaknya yang lelah.
“baiklah!”
Sang istri sedikit terperanjat dari lamunannya,sehingga ia kurang begitu jelas mendengar ucapan suaminya.
“apa??”
“baiklah,kita adopsi anak”
Sang suami melihat jam tanganya,masih jam 2siang.ia lalu bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan ruang keluarga menuju pintu keluar rumah.
Sempat tertegun sesaat setelah itu ibu taka mengikuti suaminya berjalan dibelakang.
“mau kemana??”tanya ibu taka sambil menyamakan langkah suaminya yang berjalan cepat.
“ke panti asuhan”
“sekarang??,kenapa tidak besok saja?”
“masih ada hal lain harus kukerjakan,urusanku bukan hanya untuk taka saja”
Sang istri pun diam.ia mengikuti suami nya masuk kemobil dan menuju ke panti asuhan.
Bangunan ber-arsitektur gaya belanda,halaman depan yang luas dengan rerumputan hijau.digunakan oleh anak-anak untuk bermain dengan riangnya disana.tak hanya satu atau lima anak yang bermain tetapi ada puluhan anak.karena bangunan tersebut bukan sebuah rumah yang dihuni oleh satu keluarga,tetapi oleh anak-anak dari berbagai tempat yang tak memiliki orangtua,dikumpulkan disitu.bangunan tempat tinggal anak-anak bernasib malang yang ditinggal orangtua kandung mereka.dengan nama lainnya disebut “panti asuhan”.
suara deru mobil yang muncul dipintu gerbang panti asuhan itu membuat anak-anak yang sedang bermain dihalaman depan menolehkan pandangan mereka pada mobil asing itu.
“nee…ada orang kaya datang lagi,sepertinya kita akan berpisah lagi dengan salah satu teman kita”ucap seorang bocah kecil bergigi kelinci kepada temannya yang berambut coklat muda bermata besar.
Mereka sedang memperhatikan sebuah mobil sedan hitam yang sedang melaju masuk keperkarangan panti asuhan.
Kedua orangtua taka keluar dati mobil.mereka menghampiri ibu kepala pengurus panti yang sedang berbicara dengan seorang bawahannya.
“selamat siang”ucap ibu taka.ibu panti pun menoleh.
“ah,ada tamu.saya kebelakang dulu bu”ucap bawahan ibu panti lalu melenggang pergi meninggalkan mereka.
“wah,selamat siang.silahkan masuk…”jawab ibu panti lalu mempersilahkan mereka untuk duduk di bangku teras.
“ada yang bisa dibantu tuan dan nyonya??”
Ibu taka menganguk. Ia pun mulai membicarakan maksud kedatangan ia dan suaminya ketempat itu.
Beberapa anak-anak bediri di luar teras untuk melihat orang tua taka.mereka anak-anak yang penasaran akan setiap orang asing yang datang ketempat mereka.
Mencoba mendengar apa yang orang dewasa bicarakan walau mereka tak mengerti.
Dari kejauhan,dua orang bocah yang berbicara tadi juga sedang memperhatikan orang asing yang datang ketempat mereka;sedang berbicara dengan ibu panti.
“haah…siapa kali ini yang akan pergi?.pon,kalu kamu yang dipilih mereka kamu mau ikut dengan mereka?”
Tanya sibocah bermata besar
“tidak!!”jawabnya sambil menggelengkan kepalanya sekali dengan mantap.
“lho,kenapa?,kan asik punya orangtua.kamu bisa tinggal dirumah besar mereka,juga bisa minta mainan apapun sama mereka”
“tidak mau.memangnya shou-kun mau?”
“tentu saja mau”
“hee..kalau aku dipilih,aku juga mau shou-kun ikut”
“haa?..mana ada orang yang mau mengadopsi dua anak sekaligus pon.kau ini”
“kalu begitu aku tidak mau”
Katanya sambil menggembungkan pipi kesal
“hahaha…”
“ooiiiii….shou,poonn…”
Panggil seorang bocah berambut hitam yang sedang berlari kearah shou dan pon.mereka berdua pun menoleh bersamaan.
“eh,tora ada apa?”tanya shou
“mau main perang-perangan pakai ketapel tidak?”
“apa ketapel?.bahaya tahu nanti dimarahi ibu panti bagaimana?”
“tenang,pelurunya pakai buntilan kertas kok.nih aku udah bikin banyak”
Tora memperlihatkan buntilan kecil-kecil kertas yang ia masukkan kedalam wadah berbentuk silinder,hampir penuh.
“wuiih..kamu buat sebanyak itu??”ucap pon takjub
“iya dong.nih aku pinjamkan dua ketapel ku pada kalian”
“Cuma pinjam?”ledek shou
“iya,pinjam!!.oke,kita berpencar”
Shou Cuma bisa mendengus menerima kepelitan temannya.
Belum ada beberapa langkah mereka berpencar,tiba-tiba suara lantang teriakan ibu panti menghentikan langkah kaki mereka.
“anak-anak,semuanya ayo berkumpul kesini”
Sang ibu panti menyuruh mereka semua berkumpul didepan teras.
“yah,baru juga mau main”protes tora
“hum…sesi pemilhan anak telah dimulai”ujar shou sambil melangkah bersama tora dan pon menuju depan teras rumah panti.
“eh,gak jadi main nih,sini kembalikan ketapelku”
“hais,kau tora benar-benar pelit”ucap shou sambil menyerahkan ketapel milik tora,begitu juga dengan pon.
Pon tak terlalu mempermasalahkan kepelitan tora,karena ia sedang merasa deg-degan takut kalau ia atau shou terpilih,yang berarti jika salah satu dari mereka terpilih maka mereka akan berpisah.pon tidak mau sama sekali pisah dari shou yang sudah sangat akrab dengannya.lebih akrab dari tora yang baru 5bulan bergabung dengan mereka.ia sudah merasa shou seperti saudara kandungnya.tak ingin terpisah.
Anak-anak panti sudah berbaris dengan rapi,tak terkecuali tora,shou dan pon.
Mereka berbaris dengan tora yang sibuk mengalungkan 3buah ketapel buatannya yang tadi belum sempat ia dan teman-temannya mainkan.
Setelah itu baru ia memperhatikan kedepan.
Orangtua taka memperhatikan satu-persatu anak-anak panti yang sudah berbaris rapi didepan mereka.
“wow…jas yang keren”gumam tora terkagum dengan jas yang dipakai ayah taka.
Membuat shou yang mendengarnya dari samping mengerutkan alis bingung.
“kapan ya aku bisa pakai jas keren begitu?”lanjut tora
“hais,kau ini berisik sekali”protes shou
“ih,memangnya kenapa sih kalau aku ngomong begitu?!.memang keren kok”
“iya,tapi kita ini sedang ada tamu tahu!!”
Tiba-tiba lengan shou disikut oleh pon yang ada disebelahnya
“hei,shou-kun”
Shou menoleh
“apa pon??”
“kalian kenapa berisik sekali sih?,tuh lihat orang itu melihat kearah kita”bisik pon
Shou memalingkan wajahnya kedepan.dan benar ia melihat orang tua taka sedang memperhatikan ke arah dirinya dan kedua temannya.
Pon jadi makin takut.ia memegang lengan baju shou.
“emm..bisa aku lihat anak yang disebelah situ?”
Ucap ibu taka pada ibu panti.
Semua anak panti spontan menoleh pada anak yang ditunjuk oleh ibu taka,termasuk pon dan shou yang tersentak kaget.
Karena telunjuk ibu saga mengarah pada mereka;shou,pond an tora.eh,tapi tunggu dulu.telunjuknya memang mengarah ke tempat mereka bertiga,tapi lebih tepat sasarannya lagi adalah pada…
“ah,baik.tora-kun bisa maju kesini nak?”panggil ibu panti pada tora
“heee..aku??”
Tora maju keteras dengan ekspresi wajah tak percaya.
Saat tora tiba dihadapan mereka,ibu taka langsung menundukkan tubuhnya menyamai tinggi tora.
“siapa namamu??”
“eh..ah…a-amano tora”jawab tora gugup
Ibu taka menegakkan kembali badannya lalu berbisik pada suaminya
“bagaimana pa?”
Ayah taka memperhatikan tora dengan intence sebelum menjawab.membuat tora jadi ketakutan dan menatap ibu panti seperti meminta perlindungan
“baiklah boleh,dia cocok untuk tinggal dirumah kita”jawab ayah taka akhirnya.
Ibu panti tersenyum,
“baiklah silahkan tuan dan nyonya mengurus suratnya terlebih dahulu.dan saya akan membantu tora-kun mengemasi barangnya”ia lalu mendorong pundak taka,mengajaknya masuk kedalam rumah untuk mengemas barang-barangnya.
“ayo!!”
“eh,mau kemana bu??”tanya tora bingung
“mengemas barang-barangmu.mulai sekarang kamu tinggal bersama orangtua barumu”
“benarkah??.dengan orang itu??”
“ya”jawab ibu panti sambil berjalan menuju kamar tora.
“apakah kalau aku tinggal bersama mereka aku bisa pakai jas keren seperti yang orang itu pakai??”tanya tora yang berjalan disamping ibu panti,mendogakkan kepalanya agar bisa melihat wajah ibu panti dengan jelas.
“tentu saja”
“wah,asik”
Mereka tiba dikamar tora.
Tora langsung mengambil tasnya yang mengantung didinding lalu membuka lemari kecil nya dan memasukkan baju dan barang berharga bagi anak-anak yaitu mainannya.
Ia hampir saja mengikut sertakan gumpalan-gumpalan kecil kertas dalam wadah silinder yang sedari tadi ia pegang kedalam tasnya jika tak ditahan oleh ibu panti.
“heeh..ngapain benda seperti itu kamu masukkan juga??”
“ini kan mainanku bu,aku capek membuatnya”
“hah,kamu ini bisa dimarahi mereka kalau membawa benda seperti ini kerumah mereka”
“tapi ‘kan??”
“sudah,sini serahkan pada ibu.nanti akan ibu berikan untuk teman-temanmu saja.hitung-hitung sebagai kenang-kenangan darimu yang akan meninggalkan panti,bagaimana??”
“hmmmm…”tora berpikir sejenak
“ng,baiklah”
“anak,baik”diusapnya pucuk kepala tora penuh sayang.
“terima kasih bu”ucap tora yang tiba-tiba memeluk ibu panti yang mungkin untuk terakhir kalinya.
“hm,ya…ya sudah ayo kita keluar.sudh beres semua ‘kan??”
“ung!!”angguk tora mentap
Mereka pun berjalan kembali keluar kamar menuju teras.
Sampai diteras sudah menunggu orangtua taka yang berdiri dipintu.
“sudah selesai??”tanya ibu taka.
Tora mengangguk.
“kalau begitu,ayo!!”ibu taka merangkul pundak tora mengajaknya menuju mobil.
“ah,tunggu dulu,aku pamit sama teman-temanku dulu ya”
Tora berjalan menuju ketempat shou dan pon yang sedang berdiri didekat teras.
Mata mereka mulai berkaca-kaca karena sebentar lagi akan berpisah dengan tora;sahabat mereka.walau kadang tora menyebalkan dan pelit,tapi ia teman yang baik dan setia.
“oi,shou,pon!!.ini kuberikan kepada kalian sebagai kenang-kenangan”
Tora melepaskan 2ketapel yang mengalung dilehernya dan diberikan kepada shou dan pon.
“hee..yang benar ni kau berikan kepada kami,bukan kamu pinjamkan ‘kan??”
“tidak,tidak…ini benar-benar aku berikan.supaya kalian ingat terus dnganku.jangan lupakan aku oke?!”
“hm,oke!!”jawab shou dan pon serentak
“kamu juga jangan lupakan kami ya”ujar pon
“tentu saja chibi”
“aah..jangan sebut aku begitu”ucap pon dengan wajah kesal.
“hehehe..baiklah aku pergi dulu.sampai jumpa”ia berdadah kepada dua temannya.
Akhir nya tora benar-benar telah pergi meninggalkan panti asuhan tempat ia bertahan hidup serta teman-temannya.menjalani kehidupan baru bersama orang tua baru.
* * *
Tora tak henti-hentinya melebarkan matanya ketika sampai dikediaman keluarga sakamoto.
Rumah mewah yang besar dan luas bak istana.
Membuatnya sungguh takjub.
Menolehkan wajahnya kekiri,kekanan dan keatas melihat semua benda apapun yang ada dirumah besar itu.
“megumi! Bias kemari sebentar?!”
Panggil sang nyonya rumah pada kepala asisten rumah tangga nya,namun tak ada suara balasan dari sang punya nama.
“megumi?!!”panggilnya sekali lagi
“iya nyonya saya segera datang”
Bertepatan dengan suara jawaban itu seorang wanita paruh baya datang dengan terburu-buru untuk memenuhi panggilan majikannya.
“ada apa nyonya,ada yang bisa saya bantu?”
Tanyanya setelah tiba dihadapan majikannya,sesaat ia menatap heran pada bocah asing yang sedang sibuk menoleh kiri-kanan berdiri di antara tuan dan nyonyanya.
“tolong kau panggilkan semua anak buahmu kesini,ada yang ingin kukatakan”
“baik nyonya”ucapnya sambil menunduk hormat terlebih dahulu sebelum melangkahkan kakinya.
Beberapa menit kemudian semua para asisten rumah tangga telah berkumpul dihadapan majikan mereka diruang tengah.tak terkecuali yumi sang pengasuh taka yang tadi dipanggil saat ia sedang menemani taka bermain.tentunya hanya main didalam kamarnya.
Semua para asisten rumah tangga itu bertanya-tanya pada sosok bocah kecil yang kira-kira umurnya tak jauh beda dengan taka.
Siapa anak ini?,batin mereka.
“baiklah semuanya sudah berkumpul.aku akan memberitahu kalian tentang anak ini”sambil memegang pundak tora memutar tubuh tora agar menghadap para asisten rumah tangga.
“dia adalah tuan muda baru kalian!!”
Semuanya para asisten rumah tangga membelalakkan mata mereka kaget.
Tak perlu bertanya lagi siapa anak itu,karena mereka mengerti dengan dendirinya jika anak itu diadopsi oleh mejikan mereka.
“mulai sekarang jika didepan orang lain panggil dia dengan nama taka.sakamoto taka.karena mulai sekarang dia adalah anak tunggal keluarga sakamoto.dan jangan beri tahu tentang keberadaan taka padanya,juga jangan sampai ia naik keatap dan melihat taka.”
Ucapan sang nyonya makin membuat mereka membelalakkan mata kaget.
Apa yang dipikirkan majikan mereka sehingga tega melupakan anak kandung mereka sendiri.mereka benar-benar tak percaya dan merasa kasihan pada takashi.
Namun sayang mereka tak punya hak apa-apa untuk membantah,memprotes atau semacamnya karena mereka hanya seorang asisten rumah tangga yang bekerja pada keluarga itu.hanya bisa menuruti perintah sang pemilik rumah jika tak mau diberhentikan bekerja.
“baik,sudah cukup.silahkan kembali lanjutkan perkerjaan kalian masing-masing”
“baik nyonya,permisi”
Semuanya bubar,pergi ketempat dimana mereka akan melanjutkan pekerjaan mereka kembali.
“sudah,papa istirahat saja dulu,biar aku mengantar tora kekamarnya”
“ya”jawabnya lalu bejalan kearah kamarnya.
Sedangkan ibu taka membawa tora masuk kekamar yang letaknya disebelah kamar ibu dan ayah taka,yaitu kamar yang pernah taka gunakan dulu saat masih bayi.
Sekarang kamar itu sudah berganti perabotan yang lebih besar-besar ukuranya.
Bed single,lemari pakaian,meja belajar;ya dikamar itu sudah ada meja belajar karena sebentar lagi tora akan memasuki sekolah taman kana-kanak,dan perabotan lainnya.
“huaaaa…luasnya,tidak seperi dipanti,hihi”
“bagaimana,kau suka?”
“ug!!”angguk tora.ia berlari kearah tempat tidur lalu menaikinya dan melompat-lompat diatasnya.
”yeyy…yey..”
Ibu taka menyusulnya lalu duduk dipinggir tempat tidur tersebut.
“Dengar tora,mulai sekarang namamu adalah taka!”
“he??”tora menghentikan lompatannya.
“namaku tora!!”bantahnya
“iya,tapi sekarang namamu diganti jadi taka.jika orang-orang menanyakan manamu kau harus jawab sakamoto takashi.mengerti?”
“tapi kenapa harus mengganti nama?,aku suka namaku”
“tentu saja harus diganti karena kau sudah masuk kekeluarga sakamoto.oke?,jangan banyak bantah”
Tora mengangguk takut-takut.
Takut dengan tatapan ibu taka yang menusuk dan menakutkan saat ibu taka mengatakan kalimat terakhirnya.ia jadi tak mengerti dengan sifat ibu barunya yang kadang-kadang tersenyum terlihat ramah padanya,tapi kadang-kadang memasang wajah menakutkan seperti barusan.
Setelah itu tora pun ditinggal sendrian dikamarnya.
Ia lalu merebahkan tubuhnya di kasur setelah langkah ibu taka terdengar menjauh dibalik pintu.
“haah…aku kangen teman-teman”gumam tora menatap langit-langit kamar barunya.
* * * *
Saat ini,di hari minggu sore.pesta perayaan ulang tahun perusahaan sakamoto yang ke-40 yang sudah disiapkan jauh hari sedang berlangsung.
Pesta yang berlangsung sampai malam itu didatangi oleh banyak sekali tamu-tamu undangan.
Mereka memakai busana-busana indah dan mewah,sungguh berkelas.
Dan untuk pertama kalinya pada malam ini keluarga sakamoto menunjukkan anak tunggal mereka didepan para tamu.
Anak yang selama ini selalu dipertanyakan keberadaannya.
Tora keluar dari kamar bersama ibunya.memakai setelan jas resmi versi anak-anak.terlihat seperti anak bangsawan.sangat tampan dan manis.
“hee..ini taka-kun??”tanya salah seorang tamu pada ibu taka.
“iya”
“tampan nya…”puji orang itu
Sangat ramai orang-orang dewasa berpakaian mewah dihadapan tora,melihat kearahnya begitu antusia.ia jadi gugup sendiri diperhatikan seperti itu.sampai ia menarik baju ibu nya takut.mengikuri kemana ibunya berjalan.
“eh,ini anakmu ya maria-san??”tanya tamu lainya.
“siapa namamu manis??”
“to-”
“taka!!”potong ibu taka cepat,membuat tamu itu sedikit kaget.hampir saja tora menyebut nama aslinya.bisa bahaya,karena sebagian tamu disini sudah mengenal anaknya dengan nama taka walau baru kali ini melihat orangnya.
“ooh..taka”
“hahaha…iya taka.sakamoto takashi..”ucap ibu taka dengan senyum yang terlihat dipaksakan.
Dan pesta meriah itu masih berlanjut hampir larut malam,tora yang sudah bosan dengan kerumunan orang-orang dewasa itu memilih untuk pergi dari ruangan pesta dan bermain sendiri mengelilingi rumah besar itu.
Masih ada tempat dirumah itu yang belum ia singgahi,membuat naluri ingin tahunya muncul.
Lantai atas.ya,ia ingin mengetahui bagaimana bentuk tatanan ruangan dilantai dua rumah ini.
Akhirnya perlahan ia menaiki tangga yang menuju lantai dua satu-persatu.
Dan tibalah ia dilantai dua
“huaaa…sugeeeee….”serunya takjub saat melihat lantai dua yang tampak lebih luas lagi dengan lemari-lemari kaca yang menjulang tinggi disepanjang dinding;tempat sang pemilik rumah meletakkan barang-barang koleksi kristalnya.
Dari lantai dua juga ia bisa melihat kebawah kelantai bawah tempat diadakannya pesta.
Para tamu undangan masih sangat ramai dibawah sana.
Selanjutnya ia tinggalkan menatap lantai bawah dan lanjut berjalan menelusuri sudut-sudut lain yang ada dilantai dua.
Hingga ia sampai didekat jendela yang menjulang tinggi.dari jendela itu ia bisa melihat keluar rumah.tepat kehalaman belakang rumah yang ada kolam besarnya.
“huaaa…sugeeee”
Serunya lagi
Beberapa menit ia menatap keluar jendela,setelah itu ia pindah tempat kekiri jendela.beberapa langkah ia berjalan,tiba-tibaa matanya menagkap sebuah pintu.pintu asing yang terpisah jauh dari pintu-pintu yang lain.
Rasa penasarannya muncul lagi.ia memutar kenop pintu lalu membukanya.
Didapati ruangan itu kosong tak ada perabotan apapun.tapi ada sebuah tangga disitu.tangga yag menuju keatas.
Tora mendogakkan kepalanya,matanya menulusuri tangga itu hingga keujungnya.
Ia tersentak kaget karena tiba-tiba nuncul seseorang dari tangga tersebut.
Orang tersebut menyerngitkan alisnya bingung.
“hei,kamu sedang apa disitu??”
“ah..eh,aku sedang melihat-lihat”
“oh”
“ngomong-ngomong bibi,diatas itu tempat apa ya?”tanya tora penasaran
“oh,disitu atap kok”jawab tumi sambil menuruni tanngga
“lalu bibi sedang apa diatap?”
“emm…tidak ada apa-apa.bibi baru saja membersihkan ruangan itu.sudah ayo kita turun”ucap yumi lalu mengajak tora segera keluar,mencegah anak itu jika nanti ia yang penasaran minta naik keatas.bisa bahaya karena ada taka diatas.
Pintu tersebut telah tertutup,yumi lalu mengandeng tangan mungil tora membawanya turun kelantai dasar sambil mengajaknya ngobrol.
“kalu boleh tau namamu siapa??”
“tora.amano tora lengkapnya,hehe..”
“asalmu darimana??”
“asal?,tidak tahu”
“maksud bibi,sebelum kesini kamu tinggal dimana?”
“um,aku tinggal di panti asuhan”
“huum…”
“oh iya..bibi ini siapa?”
“bibi pembantu disini”jawabnya sambil tersenyum
“ah,ini sudah larut malam,sebaiknya kamu tidur.tidak baik untuk anak-anak jika tidur terlambat”
“tapi aku masih ingin main”
“mainnya lanjut besok saja ya,sekarang tidur dulu”
Tora hanya bisa memajukan bibirnya kesal,ia tak bisa membantah orang yang jauh lebih tua darinya.
Mereka pun tiba dilantai satu dan langsung menuju kamar tora.
Selesai berganti pakaian dengan baju tidur,tora mencuci muka,gosok gigi,dan segera naik ketempat tidur serta menarik selimut.
“perlu bibi bacakan dongeng?”tawar yumi.
Tora menggeleng.
“kalau begitu selamat tidur”
Yumi mematikan lampu lalu keluar ruangan tersebut.
Keesokan harinya setelah sarapan,tora hanya sibuk bermain-main dengan mainan baru nya.
Terkadang sesekali ia mengajak para pembantu rumah tanga yang sedang berkerja untuk ikut main dengannya.
Yang tentu saja mereka tak bisa ikut karena harus menyelesaikan pekerjaan.
Ia masih bisa bermain-main karena masih ada 5hari lagi waktu liburan.
Setelah itu ia harus masuk sekolah taman kanak-kanak pada hari seninnya.
Namanya sudah terdaftar di salah satu taman kanak-kanak yang sangat terkenal ditokyo.
Tora bermain kapal-kapalnnya di atas sofa ruang tengah di lantai dua.
Tak sengaja matanya menangkap bibi kemarin yang berbicara dengannya yaitu yumi,baru keluar dari pintu yang kemarin membuat tora penasaran.
Tora makin penasaran lagi karena melihat yumi keluar dari ruangan itu sambil membawa nampan berisi gelas dan piring kosong.
Yumi telah berlalu melewati tora untuk turun kebawah.
Dan tora bangkit dari sofa menuju pintu yang terasingi itu.ia mulai mencari jawaban atas rasa penasaranya.
Membuka pintu itu perlahan lalu masuk kedalamnya.
Suasananya masih sama seperti kemarin.
Lalu selanjutnya ia beranikan diri untuk menaiki tangga kayu itu.tangga yang berbeda dengan tangga yang digunakan untuk naik kelantai dua.
Jika tangga kelantai dua terbuat dari beton dan pegangan besi,maka tangga ini semuanya terbuat dari kayu.
Tora menaiki tangga itu tanpa ragu,ia terlihat sangat antusias ingin mengetahui ada apa diatas sana.
Dan tibalah ia ditingkat akhir rumah ini.
Ia melihat masih ada satu pintu lagi.hanya satu pintu dan tak ada pintu lainnya.
Dan itu berarti ia tak perlu bingung memilih pintu yang mana dulu ia buka jika ada banyak pintu disitu.
Tora melangkahkan kakinya mendekati pintu tersebut,perlahan tangannya memegang kenop pintu,lalu diputarnya.dan pintupun didorong.
Terlihatlah ruangan terang berlampu dengan banyak tempelan kertas bergambar didinding.
Angin yang masuk saat pintu terbuka membuat kertas-kertas didinding bergerak.
Juga membuat sang penghuni kamar yang sedang berbaring terlungkup melakukan aktivitas favoritnya;menggambar menolehkan kepalanya kebelakang melihat pintu.
Matanya
Terbelalak kaget melihat orang asing yang berdiri dipintunya dengan ekspresi tak jauh beda dengannya;wajah kaget sekaligus bertanya-tanya.
Taka langsung duduk dan menatap tora dengan mulut tertutup rapat.hanya dari ekspresi wajahnya kita dapat mengetahui apa yang sedang ia rasakan,taka sedang kaget dan bertanya-tanya.
“waah…ternyata disini juga ada kamar ya?”
Tora memasuki kamar taka sambil melihat-lihat pada gambar-gambar yang tertempel didinding.
“keren!!”serunya.
Taka takut.tak ada sosialisasi dilingkungan luar membuatnya takut bertemu orang asing.
Ia bangkit berdiri sambil memeluk buku gambarnya didada,matanya waspada menatap tora tanpa berkedip,menjaga jarak dari tora yang semakin lama mendekat padanya.
“hei,aku tora.boleh aku main disini??”ucapnya mendekati taka.
Taka makin mundur menjauhinya.
Wajahnya sangat tersirat rasa ketakutan.
“kenapa mundur,aku kan mau berteman.wah,krayonnya banyak!!”
Tora berjalan cepat mendekati tumpukan krayon-krayon taka saat ia melihat benda warna-warni itu berserakan dilantai,ditempat taka duduk tadi.lalu ia sibuk sendiri bermain dengan crayon-crayon taka yang sangat banyak.
Tak sama seperti crayonya di tempat panti asuhan dulu yang hanya berjumlah duabelas buah dalam satu kotak kecil.
Taka hanya memperhatikan tora yang sibuk dengan crayonnya;berdiri dibalik kursi sambil memeluk erat buku gambarnya.
Lalu tora mengambil buku gambar kosong taka yang tergeletak didekatnya.
“boleh aku coba gambar disini?”
Taka hanya diam menatap tora tanpa berkedip sambil mengigit bibir bawahnya,ragu untuk menjawab.tapi setelah beberapa sat akhirnya ia mengangguk juga.walau pelan.
Baru saja tora akan menggoreskan krayon tersebut dibuku gambar saat yumi muncul didepan pintu sambil memekik kaget.
“Tora-kun??.kenapa bisa disini?”
“eh,bibi?”
“kalau ketahuan mama kau bisa dimarahi.ayojanagan main disini!”
“tapi bibi,di sini asyik.aku mau main disini”
Yumi garuk-garuk kepala menghadapi bocah keras kepala ini.
“nanti kalau ketehuan mama bisa dimarahi.kamu tidak diizinkan main disini ‘kan?.ayo”
Yumi menarik tangan tora untuk membawanya kepuar.
“sebentar saja deh bibi,aku ingin main dengan teman baru”ujarnya sambil menahan laju kakinya agar tak terikut tarikan tanagan yumi.
Yumi menoleh kepada taka yang berdiri menempel didinding kamar.
“haah…baiklah sebentar saja ya!”
Yumi menyerah,anak ini sungguh keras kepala.biarlah ia bermain sebentar dengan taka,mungkin ini bagus juga untuk taka yang tak pernah bermain dengan teman sebayanya.lagipula tuan dan nyonya masih belum pulang kerja.mudah-mudahan saja tidak ketahuan oleh mereka.
“tapi kau harus berjanji dulu pada bibi”
“apa?,akan kupenuhi”ucap tora antusias
“kau harus janji tidak bilang pada mama dan papa kalu kau bermain ditempat ini”
“ok,siap!!”jawabnya sambil memberi hormat seperti seorang prajurit,membuat yumi sedikit terkikik.
Tora lalu membalikkan badannya hendak menghampiri taka.
“hei,ayo main kesini”tora menggerakkan tangannya memanggil taka.
Taka diam makin merapatkan tubuhnya kedinding,memeluk lebih erat lagi buku gambarnya seolah-olah buku itu bisa melindunginya.
“emm..taka,kenapa berdiri disitu?,ayo kesini main dengan teman barumu”
taka tak melangkahkan sedikitpun kakinya untuk maju.
Ah,yumi mengerti situasi ini sekarang.taka takut melihat orang yang tak dikenalnya,itu semua karena ia tak pernah keluar rumah dan berhadapan dengan orang lain selain dengannya dan beberapa orang-orang rumah.yumi mengerti.
“tora-kun tunggu disini dulu ya”yumi menahan tora untuk tetap berdiri disitu jauh dari taka,lalu iya berjalan mendekati taka dan berlutut didepannya menyamai tinggi taka dan menegelus kepalanya.
“kamu takut ya?”tanya yumi pelan yang hanya bisa didengar oleh mereka bedua.taka mengangguk,sambil matanya sesekali melirik takut pada tora yang berdiri agak jauh darinya.
“tidak apa-apa,dia baik kok.dia itu seumuran denganmu.kamu bisa bermain dan menggambar bersama dengannya.bermain dengan teman sebaya itu lebih menyenangkan,daripada harus bermain dengan bibi setiap hari…hihi..bagaimana,mau bermain dengannya?”
Taka mengigit bibir bawahnya,menatap tora sejenak,lalu kembali menatap bibi pengasuhnya.
Tersirat rasa ragu diwajahnya.
“tidak apa-apa.lihat dia tersenyum padamu”yumi menunjuk tora yang sedang tersenyum kepada taka.
“tora-kun,ayo kemari!!”
Tora yang dipanggil langsung melangkahkan kakinya menuju ketempat yumi berada yang sedang bersama taka.
Taka menggeser ke sisi kanan badan yumi seiring mendekatnya tora ketempatnya yang berjalan diarah sebelah kiri yumi.
Yumi menarik tangan tora hingga tora sekarang berdiri disebelah kirinya dan taka disebelah kanannya.
“sekarang coba tora-kun perkenalkan diri”perintah yumi
Tora mengulurkan tangannya kehadapan taka
“halo,namaku tora”
“ayo taka berjabat tangan”perintah yumi pada taka,tapi taka msih saja takut dan tak mengangkat sama sekali tangannya untuk membalas jabatan tangan tora.
“daijobu dayo…”yumi menarik tangan kanan taka dan membawanya mendekat ketangan tora.walau diawal taka sedikit memberontak,tapi akhirnya ia berani untuk bersalaman dengan tora.
“namanya taka”ucap yumi saat tangan keduanya sudah salig berjabat.
“nah,tidak apa-apa ‘kan taka?.sekarang kamu mau main dengan tora-kun ‘kan?”
“ayo kita menggambar”
Tora langsung menarik tangan taka membawanya duduk dilantai tempat crayon dan buku gambar taka berserakan.
Tora langsung berselonjoran dilantai sedangkan taka duduk disamping tora dengan takut-takut.
“hmm..itu semua gambarmu ya”
Tunjuk tora pada gambar-gambar didinding dihadapan mereka.
Taka mengangguk.
“wow,keren ya.kau pintar mengambar.ah,coba kamu menggambar aku ingin lihat”
taka sedikit kaget lalu buru-buru menggeleng,taka menolak untuk menggambar.
“hee..tidak mau?.yasudah biar aku yang gambar.biar kuperlihatkan padamu gambar macan keren buatan ku”
Yumi hanya terkiki geli melihat tingkah tora,sepertinya taka sudah tak seberapa takut lagi behadapan dengan tora.
Lalu perlahan yumi beranjak dari kamar itu meninggalkan 2orang bocah yang mulai akrab itu.
Biarkan taka bermain dengan teman barunya,sedangkan ia akan melanjutkan pekerjaan lain sambil berjaga-jaga jika nanti majikannya pulang.
Dan sejak saat itu tora selalu bermain bersama taka.
Tora bisa bebas bermain karena orang tua angkatnya sering pulang larut malam.yah,asalkan ia tak keceplosan bicara soal taka maka itu masih aman-aman saja.
Sama hal nya juga kepada para asisten rumah tangga yang lain juga harus bisa menjaga mulut mereka agar tak keceplosan mengatakan soal tora yang sudah mengetahui keberadaan taka dan selalu bermain dengan taka.maka itu juga masih aman-aman saja.
Intinya jangan sampai ketahuan.
Setiap hari sepulang sekolah ia langsung menuju kamar taka.mainannya hampir semuanya pindah kekamar taka.
Terkadang tora mengajak belajar bersama,mengajak taka mengerjakan PR nya.sehingga taka jadi bisa sekaligus belajar, menambah pelajaran lain selain belajar menulis yang diajarkan yumi.dari tora ia bisa belajar bahasa inggris,matematika serta bernyanyi.
Kadang jika cuaca cerah mereka berbaring bersama diatas tempat tidur lalu menyaksikan taburan bintang dilangit dari jendela atap yang menghadap keatas,sambil bernyanyi-nyanyi riang dengan lagu yang diajarkan di sekolah tora.
Taka pun jadi sering tersenyum bersama tora,tak lagi memasang wajah yang selalu sendu.
Semakin hari mereka jadi semakin akrab.
Bermain bersama tora selalu bisa membuat taka tersenyum bahagia.
Owari
A/N: apa ini??..ff apa ini??.
Au ah,gelap!.
*plakk….