Selasa, 01 Oktober 2013

[FF Oneshot] FATE part a

Title: FATE
By: Sachi_ciel
Chapter: Oneshoot
Cast: Tora,Saga.
Note: Saga pov
Post: 17September2013






.... ... .. .

Dia sudah datang, di pintu gerbang sana, ia berjalan santai memasuki perkarangan sekolah.

Aku mulai menyalakan camera digitalku dan memfokuskan camera ini pada sosok nya yang sedang berjalan.
Kutekan tombol capture pada cameraku dan aku mendapatkan potret wajahnya.
Namun saat aku sedang fokus hendak membidikkan cameraku untuk yang kedua kalinya, ia memutar tubuhnya kebelakang.
Aku menurunkan kameraku untuk melihat dengan jelas apa yang membuatnya berbalik, dan ternyata ia berbalik karena dipanggil oleh temannya.

Ia langsung merangkul temannya dan mereka berjalan bersama.
Ia mulai terlibat perbincangan seru dengan teman nya hingga tawa lepasnya terdengar jelas di telingaku saat ia lewat di depan kelasku. Namun ia tak mengetahui keberadaanku yang bersembunyi dibalik jendela koridor dilantai dua.
Dan mungkin memang keberadaanku tak akan pernah diketahui olehnya, karena aku bukan teman nya, bukan siapa-siapanya.
Hanya seorang pengagum rahasia yang semakin lama semakin besar perasaannya namun tak bisa untuk disampaikan bahkan mungkin sangat mustahil untuk disampaikan.
Hanya bisa melihat dari jarak jauh.

Aku berganti melihat pada layar kameraku kembali setelah tadi pandanganku memaku pada sosoknya yang kini sudah hilang dibalik tembok.

Baru kusadari aku baru mendapatkan satu foto wajahnya pagi ini, tetapi itu tak masalah, karena masih banyak waktu untukku memotretnya disekolah ini.

Kupandangi hasil potretanku tadi, aku terenyum.

Rambut hitamnya, mata tajam nya yang seperti mata elang, hidung mancung dan bibir tipis nya semua terpadu sempurna dengan tubuhnya yang tinggi.

Kubuka folder-folder lain dalam kameraku, melihat semua hasil bidikanku sebelum-sebelum nya.
Ia tak berubah sama sekali, tetap tampan, ramah dan murah senyum juga baik hati dengan siapapun. Siapa yang tak menginginkan orang seperti dia.

Semua perempuan punya kesempatan mungkin, kecuali aku.
Karena aku bukan perempuan, aku berbeda dengannya, dia tak sama sepertiku, dia menyukai perempuan sedangkan aku menyukainya yang adalah laki-laki, sama sepertiku.

Aku sangat ingin memilikinya, tapi sepertinya sangat mustahil.
Aku takut akan akibat yang aku dapatkan jika aku bertindak lebih jauh.
Daripada melihat dia membenciku atau memandangku dengan rendah, aku lebih memilih berada disini, memandangnya hanya dari jauh, mencuri wajahnya lewat kameraku untuk kusimpan di album fotoku untuk menemani hari-hariku walau tak benar-benar bersamanya.

Tap.. Tap.. Tap..

Cepat-cepat aku menutup folder pada kameraku dan mematikannya saat kudengar langkah kaki beberapa orang menaiki tangga, aku segera menjauh dari jendela dikoridor dan masuk ke dalam kelas.
Kusimpan kamera ku didalam tas agar teman-temanku tak melihatnya.

Karena aku selalu menolak memberikan kameraku saat mereka ingin melihat hasil potretanku, tentu saja aku tak memberikannya karena isinya adalah semua foto orang itu. Aku pasti direnteti pertanyaan-pertanyaan dari mereka.

Pernah aku kecolongan, mereka berhasil mengambil kameraku karena aku menyimpannya didalam laci, dan merekapun melihat isinya.
Beruntung mereka hanya melihat beberapa foto yang belum kupindahkan ke folder, aku bisa langsung menyangkal dengan mengatakan kalau itu untuk bahan mading, ah iya, aku salah satu anggota mading dan orang yang selalu ku potret adalah anggota club basket, kapten nya pula.

Beruntungnya lagi mereka mempercayai ucapanku.
Tak bisa kubayangkan bagaimana jika mereka melihat semua isi folderku yang dipenuhi foto dirinya dari saat kelas satu sebelum ia masuk club basket sampai sekarang kami sudah kelas tiga! Ah, aku bisa mati.

Dari saat itu aku tak pernah lagi meletakkan kameraku didalam laci.
Aku takut.

Aku baru selesai mengunci tas ku saat teman-temanku masuk dan menyapaku.

Aku tersenyum menyambut mereka, bagaimanapun mereka adalah teman-temanku, mereka yang terkadang membuatku tertawa saat hatiku sedih melihat Orang itu dekat dengan perempuan-perempuan disekolah.
Walaupun teman-teman tak tahu apa penyebab kesedihanku.

Tapi kali ini sepertinya aku sangat membenci mereka, ketika mereka duduk berkumpul di dekatku dan mengucapkan kalimat yang sangat tak inginku dengar...

"Hei Saga sudah tahu belum, katanya Tora sudah pacaran dengan maria lho..." ucap salah satu teman perempuanku, ia mengucapkan dengan senyum santainya.

Aku seperti terkena petir disiang bolong, dada ini seperti terhimpit batu.

Sakit...

Mereka bercerita dengan riang gembiranya, aku ingin membenci mereka tapi aku tak bisa.
Ini bukan salah mereka. Wajar mereka bersikap begitu karena mereka tak tahu perasaanku begitu mendengar berita ini.

Mereka tak bersalah.

"Hei, Saga kau kenapa?"

Aku tahu mereka akan menyadari sikapku yang aneh dengan terus menunduk.
Aku berusaha menahan air mataku yang hampir tumpah. Dan sepertinya aku tak bisa menahannya lagi.
Aku bangun dari kursiku dan berlari menuju pintu.

Aku mendengar panggilan mereka, tapi aku tak mau menoleh, karena jika aku menoleh, mereka akan melihat mataku yang sudah berair.

Aku berlari cepat sambil mencoba menahan sekuat tenaga agar air mataku tak tumpah sampai aku menemukan tempat yang bebas untuk menumpahkannya tanpa orang lain tahu.

Kubuka kasar pintu toilet dan aku masuk kedalamnya, duduk di atas koslet menumpahkan semua air mataku sejadi-jadinya sambil meremat rambutku dengan kesalnya.

Pasti...

Pasti suatu saat aku akan mengalami hal ini, cepat atau lambat.

Tsuzuku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar