Title : Night
By : SachiJ6
Chapter : 1/-
Fandom : Alice nine, OC.
Pairing : ToraxSaga
Genre : AU, romance, drama.
Rating : T
Disclaimer : Tora milik saya. Yang percaya saya ucapkan terima kasih. *di getok rame-rame*
★★★
“Tuan muda berhenti!!”
Dimalam gelap gulita,
segerombol orang laki-laki berlari mengejar satu
orang pemuda berambut brunet yang tengah
melarikan diri.
Dengan malam gelap dan dingin begini mereka
membuat keriuhan disepanjang jalan yg mereka
lewati.
Pemuda yang dikejar menoleh kebelakang, tambah
cepat saja ia berlari saat gerombol orang-orang
yang mengejarnya dirasa semakin dekat.
“Cih, sial!”
Umpat nya kesal.
Untuk sementara ini, ia berbelok melewati lorong
manapun yang ia temukan tak peduli jauh dari
jalan tujuan nya, asal bisa menjauh dahulu dari
para pengawal-pengawal suruhan ayahnya.
“Tuan muda berhentilah, anda bisa dimarahi ayah
anda!”
Seperti angin lalu, ucapan pengawal nya sama
sekali tak didengarnya.
Ia terus berlari menghindari pengawal-pengawal
nya.
Terus berlari sampai ia merasakan hampir pada
batasnya.
“Hah..hah..”
Nafasnya mulai terengah-engah, ditopangkan
kedua tangannya dilutut untuk mengatur nafas
nya.
Untuk saat ini pengawalnya bisa tertinggal. Tapi
kalau ia tak melanjutkan lari nya, maka ia akan
tersusul.
Terbukti kini dengan terdengarnya langkah kaki
mereka yang makin mendekat.
Pemuda itu panik. Ia kembali berlari, berbelok ke
gang-gang kecil antara pagar-pagar tembok
rumah warga.
Nafasnya terengah-engah.
Lagi, pemuda itu berhenti. Sepertinya kakinya
benar-benar sudah mencapai batas, tak sanggup
untuk berlari lagi.
Ia berhenti dan mengatur nafasnya, sedangkan
para pengawalnya masih terus dapat
mengejarnya dan kini sudah semakin dekat
kearah nya.
"Bagaimana ini?!”
Dengan keadaan yang hampir saja ia
menyerah, tiba-tiba saja ia melihat seseorang
berpakaian hitam dengan mantel panjang hitamnya sedang menatap entah apa diatas
langit, ia berada beberapa meter didepan pemuda
itu.
Ia merasa seperti diberi pertolongan, maka dengan
itu ia berlari menghampiri seseorang
itu. Bermaksud meminta pertolongan nya.
Tetapi pertolongan yang bagaimana yang bisa
ditolong orang itu, ia belum sempat
memikirkannya.
Tapi yang jelas pemuda itu sudah menghampirinya.
“Hah..hah..a..anoo tolong aku!”
Pemuda itu mencekram lengan baju orang
tersebut, matanya menatap meminta pertolongan.
Sedangkan orang itu menyerngit bingung karena
kedatangan pemuda itu yang tiba-tiba.
“Tolong..aku dikejar-kejar orang jahat..bisa kau
menolongku?”
Orang itu belum sempat membuka mulutnya
untuk merespon permintaan pemuda
tersebut, karena tiba-tiba saja wajahnya berubah
aneh, menegang seperti menahan sesuatu.Bahkan
tanpa diketahui pemuda brunet itu yg tengah panik
sendiri, mata orang itu perlahan berubah warna
menjadi ke-perakkan.
Pemuda brunet tersebut mendadak menarik tubuh orang asing itu kehadapannya untuk menyembunyikan tubuhnya sendiri di balik tubuh besar orang asing itu,
karena dari lorong yang ia lewati tadi telah
muncul para pengawalnya yang sedang berlari
ke-arahnya kini,
dan sudah sangat dekat.
”Ng?!” pemuda brunet itu kaget dengan perlakuan orang
yang di depannya karena tiba-tiba mendekatkan hidungnya ke
lehernya, seperti membauinya.
Namun karena para pengawal sudah sangat
dekat, ia pun tak sempat protes. Segera ia
menundukkan kepalanya menyembunyikan
wajahnya dipundak orang itu.
Dan kini ia makin dibuat terbelalak matanya
karena orang itu mengangkat dagunya dan mencium bibirnya.
Pemuda brunet itu ingin berontak tetapi ditahan orang dihadapannya itu, bersamaan dengan para pengawal yang sudah
ada dihadapan mereka.
Orang itu menatap mata pemuda brunet yang masih
terbelalak, seperti menyampaikan sesuatu.
Seperti mungkin menyuruhnya untuk diam.Karena ia kini sedang membantunya.
“P...permisi. Apa kalian melihat…emm..” suara itu
terdengar ragu untuk bertanya.
Orang bermantel hitam itu makin
menenggelamkan tubuh pemuda dihadapannya dalam
pelukannya, menambah lagi ke-intiman dalam
ciumannya saat mendengar pengawal itu
bertanya, dan entah apa yang dibuat orang
bermantel hitam itu hingga membuat tuan muda
mereka mulai sedikit mendesah.
“nghh~”
Suara tersebut tambah membuat para pengawal
risih.
“Baka! Tak ada gunanya kau menyakan pada
orang yang sedang pacaran!
Cepat kita cari kedepan sana, tuan muda pasti
lewat jalan ini.”
Ujar salah satu pengawal.
Pengawal yang tadi sempat bertanya pada dua
orang itu pun mengangguk agak malu.
Mereka pun berlalu melanjutkan pengejaran
mereka, sampai mereka hilang dibalik tikungan
lorong.
Pemuda itu langsung mendorong tubuh
didepannya kencang, sampai membuat ciuman itu
terlepas.
“Apa yang kau la-”
Pemuda itu membelalakkan matanya saat melihat
tangannya sudah ditahan orang itu padahal ia
belum melayangkan tinju nya kewajah orang itu.
Pemuda itu menatap takjub kearah orang tersebut
yang kini tengah menyeringai.
“Lepas! Aku mau pergi!"
Pemuda tersebut berusaha menarik tangannya
dari genggaman orang itu.
"Jiiih..sepertinya aku akan gagal ujian,”
Orang itu menatap pada pemuda brunet itu dengan seringainya.
“Ah, biarkan saja lah gagal”
Lanjutnya dan mulai mendekatkan wajahnya
kearah leher pemuda itu.
“Eh? Eh? Apa-apa’an kau Lepaskan aku!”
Pemuda itu menarik-naeik tangannya sekuat tenaga
agar terlepas.
“Lepaskan aku manusia mesum!”
Spontan pemuda itu berteriak karena saking
takutnya.
"Mana terima kasihmu? Aku sudah menolongmu 'kan,"
"Ho? Oke, terima kasih banyak telah menolongku."
Tiba-tiba pemuda brunet itu terperanjat sendiri setelah mengucapkan terima kasihnya.
"Heh, tapi kau sudah menciumku seenaknya, tanpa seijinku. Jadi aku tak perlu berterima kasih padamu!!"
"Oh, ya, tau begitu aku serahkan saja tadi kau pada orang-orang itu."
"A..apa!? Ck,"
Pria bermantel hitam itu memegang sebelah tangan pemuda itu, mendorongnya bersandar pada tembok pagar.
"A..apa-apa'an kau!!"
Dengan sebelah tangannya yang terbebas, pemuda brunet itu menahan dada pria itu agar tak terlalu dekat dengannya.
"Aku minta bayaran atas pertolonganku. Paling tidak satu tegukan saja."
Pria itu mendekatkan wajahnya ke leher si pemuda brunet.
"H..hei!! Apa maksudmu tegukkan, menjauh dariku!!" Pemuda itu sangat panik, dan ia juga tak mengerti apa maksud ucapan pria itu.
“Ckckck”
Suara asing yang datang tiba-tiba itu membuat
semua aktivitas terhenti.
Pemuda brunet itu tersentak kaget namun tidak dengan pria bermantel hitam dengan berambut nya yang juga hitam legam itu.
Ia malah tampak kesal.
Pria itu membalikkan tubuhnya menghadap pada orang yang sudah mengganggu kegiatan yang akan ia lakukan tadi.
Ia mendecih dengan wajah masam.
"Tora~ Tora~ kau masih juga belum bisa menahannya ya? Kalau begini hukumanmu akan bertambah hm?"
"Cih, habis aku tidak tahan!!"
Orang itu melirik pada pemuda brunet yang tampak kebingungan,
"Sebaiknya kau segera pergi dari sini nona, sebelum dia..."
"Hei, aku laki-laki! Enak saja kau panggil nona!"
"Oh, maaf, apapun itu sebaiknya kau cepat pergi dari sini. Karena akan bahaya jika dia..."
Orang itu menunjuk pada pria berambut hitam legam itu sambil tersenyum mengejek.
"... lepas kendali"
Ia terkekeh.
Pemuda brunet itu tentu panik, ia tak paham lepas kendali yang bagaimana yang dimaksud, namun ia merasa jiwanya akan terancam jika terus berada di dekat dua orang itu. Ia pun segera pergi menjauh sebelum hal-hal buruk terjadi padanya.
"Ck, kau menakutinya."
"Memang kau harus ditakuti 'kan?"
"Cih,"
Orang itu mendekat pada pria berambut hitam legam itu, ia menepuk kedua bahunya.
"Berjuanglah kawan, jangan melanggar lagi."
Setelah itu orang yang ternyata teman si pria berambut hitam legam itu pun pergi, ia menaiki tembok pagar dengan satu kali lompatan.
Pria berambut hitam legam itu menghela nafas, ia menyibak rambut depannya kebelakang.
"Aku pasti akan tetap menagih bayaranku, kau, manusia cantik, khekhe.."
Pria itu pun menyusul ketempat temannya melompat tadi lalu menghilang di balik gelapnya malam.
* * *
Pemuda berambut brunet itu melempar beberapa kerikil ke arah pintu yang ada di lantai dua sebuah rumah.
Ia menyelinap menyelinap masuk ke perkarangan rumah tersebut lewat lubang di tembok pagar belakang. Itu sudah jadi jalan rahasianya untuk masuk perkarangan rumah itu saat malam-malam begini.
Tak berapa lama setelah ia melempar kerikil itu ke arah pintu kamar itu, terlihat siluet dari jendela orang yang berjalan ke arah pintu.
Pemuda brunet itu tersenyum karena sang pemilik kamar mendengar ketukannya.
Pintu itu terdengar putaran kuncinya, lalu saat terbuka terlihatlah sosok tinggi dan tampan teman bermainnya.
Pemilik kamar tampak melihatnya sedikit malas, sedangkan pemuda brunet itu tersenyum santai melambaikan tangannya.
Pemuda pemilik kamar yang berwajah manis itu menjauh dari pintu, pemuda brunet di bawah menunggu.
Tak berapa lama sebuah tali jatuh dari lantai dua, dari kamar pemuda tinggi itu.
Setelah melempar tali pemuda pemilik kamar langsung menjauh dari depan pintu dan kembali melanjutkan kegiatannya tadi sebelum di ganggu.
"Hup!"
Pemuda brunet itu melompat dari pagar balkon lalu masuk ke kamar yang sudah sering dia datangi.
"Oi, Shou, mukamu masam sekali?"
Pemuda brunet itu menghampiri temannya yang sedang berbaring terlunhkup di atas kasurnya sambil membaca buku tebal dan beberapa buku lain disekitarnya.
"Ck, kau tiap malam datang kesini, padahal tidak di izinkan 'kan?" Shou melihat pada pemuda brunet itu menunggu pemuda itu mengangguk atau menjawab 'ya'.
"Kalau orang tua mu tahu kau ke sini bagaimana?"
"Ahahaha... tenang, mereka tidak akan membunuhmu kok,"
Pemuda bernama Shou hanya berdecak lalu kembali membaca bukunya.
Pemuda brunet itu agak cemberut karena tak di hiraukan.
"Hei, aku capek-capek kesini, penuh perjuangan tahu, beri aku minum."
"Siapa suruh keluar malam-malam sudah tahu dilarang."
"Kau setega itu!?"
Pemuda brunet itu memasang wajah sedih.
"Hah, baiklah, tunggu sebentar Tuan muda Saga."
Shou melipat sedikit sudut buku yang ia baca sebagai penanda sebelum ia bangkit dari tempat tidurnya dan keluar dari kamarnya mengambil minuman untuk Saga; nama pemuda brunet itu.
Tak berapa lama Shou kembali ke kamarnya dengan membawa nampan berisi secangkir teh hijau dan makanan kecil.
"Aahh... terima kasih Shou~ kau baik sekali..."
Saga langsung menyambar nampan itu dan meyeruput pelan-pelan teh hijau yang masih panas itu.
Shou kembali tengkurap di atas tempat tidurnya, ia kembali membaca bukunya.
Setelah membasahi kerongkongannya yang kering, Saga meletakkan nampan itu di meja samping tempat tidur.
Saga menggeser dudukya bersandar pada kepala tempat tidur, kepalanya menoleh pada Shou yang ada disampingnya.
"Hei, Shou, kau sudah dengar desas-desus pembunuhan belakangan ini!?"
"Hm," Jawab Shou sekenanya, ia sedang sangat fokus pada buku bacaannya.
"Kira-kira siapa pelakunya ya? Apa motifnya?"
"Vampir!" Shou masih menatap bukunya.
"He?" Saga menjauhkan punggungnya dari kepala tempat tidur dan mendekat pada Shou dengan tampang kaget.
"Kenapa kau bisa bilang vampir yang melakukannya?"
"Mayat yang ditemukan seminggu yang lalu punya bekas gigitan dilehernya. Tak ada bekas luka lain dimana pun diseluruh tubuh mayat itu. Gigitannya membuat bekas dua lubang seperti gigi taring."
Saga menyimak tiap kalimat yang Shou ucapkan, tak dipungkiri ia sempat merinding tadi, ia jadi takut.
Sampai ia tersentak melihat gambar yang ada dibuku Shou. Gambar sederetan gigi dengan dua gigi taring yang panjang.
"Shou, kau baca buku apa!?"
Saga melebarkan matanya, ua makin mendekat untuk melihat buku itu.
"Buku tentang vampir, yang disusun oleh seorang saksi yang katanya pernah melihat vampir pada tahun 1932 silam"
Saga tampak penasaran.
"Sampai sekarang masih ada?"
"Sepertinya, kalau tidak ada, lalu yang ditemukan seminggu lalu itu apa?"
Saga terdiam, ia jadi ingat orang aneh yang ia temui saat hendak ke rumah Shou tadi.
Tapi ia mencoba tak memikirkan hal-hal aneh.
Iya meyakinkan dirinya kalau orang itu bukan mahkluk yang sedang dibicarakan kini.
Lagipula orang itu sudah lancang menciumnya, jadi ia pikir itu hanya orang mesum.
"Vampir itu apa hanya keluar dimalam hari!?"
"Menurut cerita seperti itu,"
Saga menyentuh tengkuknya, merinding. Ia mulai benar-benar ketakutan.
"S..shou!"
Suara Saga tampak terasa sedikit bergetar.
Shou menoleh.
"Apa!?"
"Ijinkan aku untuk menginap dirumahmu malam ini."
Saga menyatukan kedua telapak tangnnya lalu meletakkan didepan keningnya, ia benar-benar memohon.
Shou mengerutkan keningnya bingung. Ia bangkit dari berbaringnya dan duduk.
"Ada apa, kau tiba-tiba ingin menginap? Bukankah, tengah malam pun biasanya kau berani pulang? Ayahmu pasti menunggumu sekarang, kalau kau lama pulang, kurasa kau akan di amuknya besok."
"Tak apa, daripada aku bertemu vampir ditengah jalan dan aku mati dimangsanya, aku lebih memilih dimarahi ayah."
"Kau takut!? Kejadiannya bukan ditempat kita 'kan? Lagipula ditempat kita belum ada berita seperti itu."
"Ya, tapi bagaimana kalu tiba-tiba ada disini, kita tidak tahu 'kan, bisa saja mahkluk itu datang ketempat kita, bagaimana!?"
Shou tampak menimbang-nimbang.
Memang perkataan Saga ada benarnya, mereka tak tahu mahkluk itu pergi kemana saja, bisa saja tiba-tiba muncul didesa mereka.
Dan Shou mengkhawatirkan itu, ia juga tak mau temannya mendapat bahaya itu jika ia pulang malam-malam begini.
Sebagai menghindari bahaya, tak apalah Shou mengizinkan Saga untuk menginap.
"Baiklah, tapi kalau kau dimarahi ayahmu jangan bawa-bawa aku."
"Ya, ya, tenang saja. Terima kasih Shou!"
Wajah Saga langsung tampak lega.
Dan malam itu, mereka membahas mahkluk itu sampai tengah malam.
Tsuzuku.
HohoHoho... I Love Vampire Tora. mukanya Tora tanpa makeup pun udah kaya vampire.
BalasHapustapi jarang banget nemu ep ep Vampire Tora.
Hm~ masih penasaran....
penasaran sapa yang jadi temennya Tora.
BalasHapusOh ia sachi, jangan lupa sama FF yang lain ya...