Title : SNB
Written by : Sachi
Chapter : Oneshot
Fandom : Alice Nine
Pairing : Tora x Saga
Genre : AU, OOC, smut, romance.
Warning : Baka Saga, Saga SNB (Sexy, Naughty, Bitchy) and kid!!!! Get out!!!
Rating : NC-17
Disclaimer : They're not mine. Just this fic absolutely mine.
Comment : Haiii... ini fic semut hasil main RP-an sama Dhea. XDDD
cuma ngiseng2 mau ditumpahin jadi ff. Kalo nda bagus biarkan saja ya. XDD
*ditabok*
(=゚ω゚)ノ (* -_・)oO○
"haah~"
Saga menghela nafas untuk ke sekian kalinya.
Ia baru saja dari dapur,
membawa sepiring omelet dan segelas susu
hangat ke kamarnya. Bukan kamarnya seorang diri, tapi kamar bersama kekasihnya.
“Makan dulu Tora.”
Saga meletakkan sepiring omelet dan segelas
susu itu didekat pria berambut hitam yang
sedang sibuk dengan komputernya juga kertas-
kertas yang menumpuk diatas mejanya.
“Hm," jawab Tora dengan hanya bergumam
saja.
Matanya sama sekali tak melirik ke arah
Saga.
Tak hanya omelet dan susu yang sudah ada di
atas meja itu. Tapi sudah ada beberapa cemilan
yang Saga berikan sebelumnya untuk
mengalihkan Tora dari pekerjaannya untuk
istirahat sejenak.
Karena Tora selalu begitu, bekerja terus-menerus
tidak mengingat waktu juga tubuhnya.
Ini yang terakhir Saga membawa makanan,
Karena ia sudah menyerah untuk yang satu itu.
Lihat saja makanan-makanan yang ia bawa
sebelum nya,sudah dingin sama sekali tak
disentuh Tora.
“Tora makan dulu, nanti kau bisa sakit kalau tidak
makan.”
“Iya,sebentar lagi selesai kok”
Jawab Tora dengan jari yang begitu semangatnya
menari-nari diatas keyboard laptop nya.
“haah…”
Lagi,Saga menghela nafas.
Ia mendudukkan dirinya di pinggir kasur.
Menunduk pasrah.
Ia lihat lagi kepada Tora yang matanya sangat
fokus pada layar laptopnya.
Membuat Saga menjatuhkan tubunya diatas kasur
merasa lelah.
Namun saat Saga menjatuhkan tubuhnya, ia
merasakan sesuatu mengganjal dibawah punggungnya.
Saga meraba dibalik punggungnya dan
menemukan sebuah remot AC.
Ia melihat remot tersebut lalu terbesit sebuah ide
dari dalam kepalanya begitu saja.
Ya, habis ia begitu kesal terhadap Tora maka ide jail seperti terprogram dikepalanya untuk melampiaskan kekesalannya.
Saga sedikit tersenyum. Tidak, lebih tepatnya ia
berusaha menahan senyumnya agar tak berubah
menjadi sebuah tawa lebar yang dapat didengar Tora.
Ia melirik Tora yang masih sangat sibuk dengan laptop-nya.
Saga segera membetulkan tubuhnya agar terbaring
dengan benar di atas kasur. Lalu Ia menekan sebuah
tombol pada remote AC tersebut untuk menghidupkannya.
Bunyi "klik" yang dihasilkan oleh suara AC itu pun
tak disadari oleh Tora saking larutnya ia dalam
pekerjaannya.
Selesai menekan tombol pada remote, Saga
menyimpan benda itu dibawah bantal yang
sedang digunakannya.
Ia tersenyum tak sabar menunggu reaksi Tora.
Karena perlahan Suhu udara didalam kamar itu berubah.
Saga mulai membuka satu kancing kemejanya
karena sudah merasakan hawa panas.
Saga mengibas-ngibaskan tangan nya sedikit
menciptakan angin untuk meredakan hawa panas
nya.
Tora yang sedang fokus berkutat dengan laptop
nya itu mulai terganggu dengan hawa panas
tersebut, keringat dipelipisnya mulai muncul
semakin lama semakin banyak hingga ia tak
sanggup lagi.
Ia menghentikan pekerjaannya dan mendonggak dari balik laptopnya mencari Saga untuk meminta
tolong menaikkan Suhu AC-nya, atau jika tak ada Saga dia sendiri yang
akan membetulkan suhu AC nya.
Tapi ternyata Saga ada diruangan itu, Ia malah
tak peduli dengan suhu AC yang turun.
“Saga kena―” Ucapan Tora terhenti, Ia menyerngit
bingung.
Merasa dipanggil, Saga pun menoleh.
Kepala nya yang tadi ia tengadahkan ia turunkan
dan memutar wajahnya kesamping.
“Ada apa Tora?” Tanyanya dengan tangan yang
sedang mengibas-ngibas didekat wajahnya
dengan leher yang sudah berkeringat.
“K…kenapa ruangannya berubah jadi panas? AC-
nya hidup kan?” entah kenapa tiba-tiba Tora jadi
gugup, melihat Saga yang berbaring di atas
tempat tidur dengan kemeja yang beberapa
kancing atasnya terbuka.
Juga baru disadari Tora
kalau Saga mengenakan celana pendek hingga
memperlihatkan paha nya.
“Tidak tahu tuh, Mungkin AC-nya sudah rusak.”
Saga menarik pelan sebelah kakinya bermaksud
ingin menekuknya, membuat sprei putih dikakinya
tertarik mengikuti kakinya yang bergerak mundur
perlahan.
“Toraa…tidakkah kau berikan satu kertas milikmu
untuk kujadikan kipas? Aku kepanasan,”
Dengan mata yang sayu, Saga meminta kepada
Tora.
Cepat-cepat Tora memalingkang wajahnya sambil
mengumpat dalam hati.
Ia mencaro satu kertas yang tak terpakai.
“Ini,ambilah!”
Tora menyodorkan selembar kertas seperti apa
yang Saga minta, tetapi tanpa menolehkan
wajahnya kehadapan Saga.
“Tanganku tak sampai untuk mengambilnya.”
Tora tahu jarak tempat tidur dan meja kerja
tempat ia berada saat ini memang sedikit
jauh, tidak bisa dicapai dengan satu rentangan
tangan saja.
Tapi,apakah Saga tidak bisa bangun? Pikir Tora.
Tora meremat kertas ditangannya dengan
kencang sambil menutup matanya dengan tangan
satunya yang ia topangkan pada keningnya.
Suhu tubuhnya kini panas oleh hal lain.
Tora
membuang buntilan kertas itu asal di lantai.
Tora melepas kacamata nya, menutup laptopnya
tanpa menutup terlebih dahulu software yang
sedang ia gunakan tadi.
Bangun dari kursinya menuju kasur tempat Saga
sedang berbaring.
Menjatuhkan langsung tubuhnya diatas Saga.
“Ugh…ittai Tora, apa-apa’an kau itu?”
Rintih Saga saat tiba-tiba Tora menindihnya
diatas kasur dan menekan lengan nya sedikit
keras.
Wajah mereka hanya terhalang beberapa centi.
Tora menegak ludahnya akan itu,
“Celanaku sempit.”
Bisik Tora menatap dalam ke dalam mata Saga.
Sedangkan Saga hanya menatapnya dengan
tatapan yang dibuat polos.
“hm? Sempit? Kenapa bisa sempit, kau memakai
celana adikmu?”
“Kau pintar bercanda ya, mana mungkin aku
pakai celana adikku hm?!”
“Lalu??”
“Celanaku mendadak sempit karena kau!!”
“Kok karena aku? Memangnya apa yang aku
lakukan?”
Saga mengerling ke arah lain dengan jawabannya
yang seakan tak merasa bersalah.
Tora menjepit pipi saga menggunakan satu
tangannya, membawa wajah Saga untuk menatap
padanya.
“Kau telah membuat celanaku sempit lalu kau
berpura-pura tidak tahu salahmu apa?! Kauu!!”
tatap Tora tajam.
“Memangnya aku melakukan apa sih sampai
celanamu sempit? Aku kan dari tadi hanya
ditempat tidur terus.”
“Ya,kau memang ditempat tidur,tapi kenapa kau
berpose sedemikian rupa di tengah siang hari
bolong begini?”
“W…what? Pose apa? Aku hanya kepanasan.”
Tora berdecak kesal akan jawaban Saga yang
terus dialihkan.
Ia curiga kekasihnya mungkin merencanakan
sesuatu.
Dan Tora merasa harus waspada tak boleh termakan rencana
kekasihnya itu.
Dengan wajah mulai kusut Tora bangkit dari atas
tubuh Saga lalu pergi ke arah kamar mandi.
“Hmph…”
Saga menutup mulutnya menahan tawanya.
Ia bangun lalu duduk di atas tempat tidur sambil
menatap ke arah pintu kamar mandi.
“Ngapain ke kamar mandi Tora?”
“Melonggarkan celanaku!”
Pintu ditutup dengan sedikit kencang menimbulkan suara yang cukup keras.
Saga menjatuhkan tubuhnya berbaring kembali
dengan tangan yang terlentang.Ia tak bisa
menahan senyum yang melebar dibibirnya.
“Toraa..jangan main sendiri lhoo…”
Saga mengubah posisinya menjadi berbaring
menyamping, sebelah tangannya ia gunakan
untuk menopang kepalanya sedangkan matanya
menatap ke arah pintu kamar mandi.
Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka keras.
Menampakkan Tora dengan wajah kusut
bersamaan dengan ikat pinggang yang sudah
terlepas ia pegang di tangannya.
“Apa maksudmu hm?”
“Tidak, aku hanya mengingatkan saja,”
Jawab Saga sambil menutup mulutnya dengan
punggung tangannya.
“Hh…menyusahkanku saja, kau mau mempermainkanku ha?”
"Hmmm...???"
Saga membuat gestur seperti orang sedang berpikir keras. Itu membuat Tora makin kesal.
Ia kembali masuk ke kamar mandi dan terdengarlah suara Tora dengan nada yang beda.
“Ah itte…ck”
Saga hanya terkikik geli.
Kenapa dia tiba-tiba jadi begitu kejam
padaku, bisik Tora pada diri sendiri.
“hh…aahh…”
“Ng?”
Dahi Saga menyerngit penasaran saat mendengar suara Tora
yanga ada di dalam kamar mandi, Ia bangun dan
duduk diatas kasur, memeperhatikan pintu kamar mandi.
“Ini semua kan gara-gara dia.
Hn..itte te te…ssshh…”
Saga segera turun dari tempat tidur lalu berlari ke
pintu kamar mandi dan menempelkan kupingnya
disitu.
“Dia benar-benar melakukannya sendiri?”
Gumam Saga pada diri sendiri. Ia pikir Tora tak benar-benar melakukannya.
“Jika kau ingin bergabung masuklah Saga.”
Saga terperanjat kaget hingga mundur satu
langkah karena ternyata Tora mengetahui
kedatangannya.
“H…ha? Aku cuma mau tahu, kau itu benar-benar
melakukannya ya?”
Pintu terbuka, Tora sudah berdiri didepan pintu.
“Tentu saja aku harus melakukan ini untuk
menyelamatkan 'adikku' yang mulai kesakitan!”
Saga terjengit akan penampilan Tora yang
resleting celananya sudah terbuka.
“Hei, hei, main sendiri begitu tidak bagus untuk
kesehatan Tora”
“Lalu, aku harus apa? Sedangkan sang pelaku tak
mau bertanggung jawab?”
Tora mencondongkan tubuhnya ke arah Saga
dengan tangannya berpegangan pada pinggir bingkai pintu.
“Hee…pelaku? Memangnya aku penjahat?!”
“Ya! Kau penjahat Seme.”
Tanpa aba-aba lagi Tora menarik Saga untuk
masuk ke dalam kamar mandi.
“W..waa…”
Saga sedikit kelimpungan mengatur kaki nya saat
mendadak di tarik Tora.
Tora menutup pintu dan langsung mendempeti
Saga di pintu kamar mandi.
“Ne, aku tahu kau tidak akan membiarkan aku
main sendirian ‘kan?
Kalau main sendiri tidak bagus. Apa itu
sebenarnya alasan untuk bisa bergabung
bersamaku, hn?”
Bisik Tora yang berada tepat di depan batang
hidung Saga sehingga hidung mereka beradu.
Saga menggigit bibirnya merasa malu termakan
kata-kata nya sendiri.
Saga menoleh ke samping untuk menghindar,
namun kesempatan itu digunakan Tora untuk
mendekatkan wajahnya ke pipi Saga lalu
mendekat ke telinga Saga dan berbisik,
“Begitu ya, Jadi kau sering bermain sendiri
sampai tau begitu kalau main sendiri itu tidak
bagus?”
Saga menoleh cepat menghadap ke depan
kembali.
“A…apa? Enak saja! Aku tidak pernah bermain
sendiri begitu.”
Tora melihat wajah dihadapannya dan langsung
menempelkan lembut bibirnya ke bibir Saga.
“Lalu, untuk apa tadi itu kau menggodaku?”
Tanya Tora setelah ia melepas ciuman singkatnya
tetapi jarah wajah mereka masih tak berkurang.
Saga menatap mata Tora, kemudian ia
mendorong tubuh itu.
“Kapan aku menggodamu?”
“Tadi, saat kau bilang kepanasan, padahal aku
tau kau itu mau menggodaku, iya ‘kan?”
Saga mulai tersenyum miring.
“Hmm... tampak seperti itu kah? Aku hanya ingin
membuatmu teralihkan saja kok, habisnya kau sibuk
terus dengan laptop dan kertas-kertas diatas meja mu itu,”
“Tak ada cara lain apa? Kau tahu kan kalau aku
sudah ‘bangun’ seperti ini tak bisa didiamkan lagi? Kau merencanakan
sesuatu hm?”
“Yup! Tidak ada cara lain. Dan soal merencanakan sesuatu,
sepertinya iya”
Saga tersenyum lebar.
“So, you just want to have sex with me hnn?”
Tora kembali mendekatkan wajahnya ke wajah
Saga, menatap mata itu sangat dalam.
“Hm bisa dikatakan iya! Tapi harus dengan
rencanaku yang berjalan lancar dulu”
“Kenapa repot-repot menyusun rencana, tinggal
bilang saja kan, tidak usah membuatku sampai
kesakitan begini!?”
Dengan sedikit geram Tora menarik Saga hendak
keluar kamar mandi menuju tempat tidur.
“Hei, tunggu dulu. Rencanaku harus berjalan
lancar dulu! Lagipula rencana nya tidak se-
merepotkan itu kok.”
Saga menahan Tora supaya tak membawanya
keluar, karena ia masih ingin mengatakan sesuatu
terlebih dahulu; bagian dari rencananya.
“Kau tahu?…”
Ucap Saga menyentuhkan jari tangannya di dada Tora turun kebawah sembari melanjutkan kalimatnya kembali,
“…membuat 'milik' sang seme terbangun lalu
membiarkannya, itu sa-ngat me-nye-nang-kan! “
Jari-Jari Saga terhenti di daerah bawah pusat
Tora dan ia melihat sesuatu itu yang menonjol.
“Uuugh…berdiri~”
“Gh…”
Tora menggigit bibir nya sendiri sambil menatap
Saga.
“Harusnya aku tahu kalau uke ku ini sangat
pervert.”
Tora membisikkan kalimat itu pada telinga Saga
dan tak tahan untuk tak menggigitnya kali ini
sedikit lebih keras.
“Aaakhh…”Saga merasakan sedikit sakit juga geli
ditelinganya.
“Lakukanlah apa yang seharusnya kau lakukan
terhadap sesuatu yang berdiri ini…”
Tora kembali menjilat telinga Saga.
“Bagaimana kalau dipegang?”
Tangan Saga turun dan meremat sedikit benda
milik Tora.
“Keraaass~”
Ujar Saga menatap nakal.
“Aah…sakit Saga, jangan di remas begitu hn!”
Tora menajamkan matanya,
“Please do it with you mouth!”
Di ucapankan dengan sedikit nada penekanan
kemudian memegang rahang Saga dan
menciumnya dalam.
“Mmh…” terpaksa Saga harus menengadahkan
wajahnya untuk menyamai tinggi tubuh Tora yang
lebih tinggi darinya karena Tora tak menundukkan
tubuhnya kali ini.
Namun begitu, Saga cepat mematahkan ciuman
itu.
“Chotto matte kudasai ne~”
Saga meletakkan telunjuknya di dada Tora,
kemudian membawanya turun lagi sampai menyentuh
sesuatu di ujung bawah sana. Kemudian berganti
menatap nakal pada Tora.
“Tidakkah yang ini harus segera ditangani?”
“Ah…kau membuatku tak sabar Saga, kau
membuatku menderita ck. Tapi aku masih bisa
menahan nya, aku tidak akan membiarkan diriku
menderita sendirian, kau harus merasakan hal
yang sama denganku.”
Ucap Tora menyeringai lalu mencium Saga sambil
perlahan tangannya masuk ke dalam celana
pendek Saga dan tangan Satunya kedalam
kemeja Saga melingkarkan tangannya pada tubuh
Saga. membombardir Saga dengan banyak
serangan, Membuat Saga tersentak kaget.
“Aahh!…mmph…tung…”
"Aaahh…” Saga mencoba melepaskan tangannya dari cengkraman Tora, begitu berhasil ia
langsung mengeluarkan
tangan Tora dari dalam
celananya.
“Tidak bisa doong…
rencanaku hampir
berhasil, maka aku tidak
boleh kalah!”
“Lalu, dengan aku ‘berdiri’ seperti ini kau pikir aku sudah kalah? Begitu Saga? Hn? … Aku sama sekali belum
kalah!”
Entah siapa yang mengadakan pertandingan, dengan sendirinya mereka seperti membuat pertandingan.
“Hm…souka? Belum kalah? Punyaku belum berdiri, sedangkan punyamu sudah berdiri dari tadi. Bagaimana kalau … Ditambah
dengan yang ini?!”
Saga mendekat ke arah Tora, bahkan sangat dekat sampai menempel, lalu menggerakkan
tubuhnya hingga miliknya bergesek dengan punya
Tora sambil menatap seduktif.
Tora memejamkan sebelah matanya sambil
menggigit bibirnya untuk menahan nafsunya yang
semakin serasa membludak.
Karena tak ingin status semenya jatuh, ia pun tak
mau hanya tinggal diam. Tora memegang bokong
Saga mendorong Saga hingga jarak mereka lebih
sempit lagi sampai tak ada celah apapun. Lalu
meremat-remat buntilan daging itu, membuat
Saga mulai merasa kesusahan.
“Kh…”
Sial, kalau begini jadinya aku juga yang kena,
umpat Saga dalam hati.
Saga mencoba mendorong tubuh itu untuk
membuat sedikit celah, namun kekuatan Tora
masih lebih besar darinya, jadinya Saga belum
berhasil.
“Apa yang bisa kau lakukan lagi hn?”
Tora menggerakkan badannya menggesek
bendanya pada milik Saga.
Tangan nya yang tadi meremat bokong Saga kini
naik ke punggung Saga dan bergirlya di situ.
Keadaan menjadi berbalik, Saga menggigit bibir
bawahnya menahan sensasi yang menjalar ke
tubuhnya.
Namun Ia masih belum menyerah, Saga kembali
berusaha membuat celah diantaranya dan Tora.
Akhirnya dengan usahanya Saga berhasil
menelusupkan tangannya ke dalam celana Tora
lalu meremat benda yang ada didalamnya.
Saga tersenyum nakal.
Tora yang merasakan bendanya diremas
menjatuhkan dagunya ke pundak Saga, kemudian
memiringkan kepalanya dan mencium leher Saga.
Saga tersenyum lebar.
“Tidak sanggup lagi hm?”
“A-aku bukanya tak sanggup tapi itu sakit…
nnh…”
Tora kembali melanjutkan aktivitasnya mencium
dan menggigit leher Saga salah satu bentuk
pelampiasannya.
“Sakit bukankah berarti tak sanggup lagi?”
Saga menghadapkan kepala Tora kewajahnya dengan satuntabgannya yang bebas.
“Hm?”
Saga menaikkan alisnya sebelah meminta
jawaban atas pertanyaan nya sambil tersenyum.
Tora terdiam melihat wajah Saga mencoba
menyembunyikan ekspresinya yang ingin sekali
memohon tetapi gengsi nya yang juga tak mau
kalah sehingga membuatnya masih bisa bertahan.
“Bagaimana, tidak sanggup ‘kan?”
Ulang Saga.
“Hh…kau senang Saga? Apa yang membuatmu
senang?”
“Tentu saja aku senang. Yang membuatku
senang? Wajah menderitamu~”
Saga menggeleng-gelengkan kepalanya dengan
bibir yang di monyong-monyongkan sambil
menepuk-nepuk sedikit pipi Tora.
“Ck… Shh… Maaf ya, aku sudah terlalu banyak
bersabar,”
Tanpa aba-aba lagi Tora menarik Saga keluar
kamar mandi membawanya ke tempat tidur tanpa
mempedulikan protes dari Saga.
“O-oi!”
Tora menjatuhkan Saga di atas kasur lalu
menindihnya.
Aura gelap seperti mulai terasa.
Tak memperdulikan kalimat apapun yang
dilontarkan Saga, Tora langsung menyerang bibir
Saga seperti tanpa membiarkan Saga menarik
nafas.
“Mmphh…”
Saga mencoba memberontak, mendorong wajah
Tora menjauh sekuat tenaga.
“Sebelum melakukan ini, akuilah sesuatu dulu
Tora!”
Tora terhenti dari kegiatan nya.
Ia melihat Saga.
“Apa yang harus kuakui? Kali ini aku benar-benar
kehilangan kesabaran kau tahu?! Dan kau harus
menerima akibatnya.”
Tora mulai kembali, ia turun ke leher Saga dan
menggigitnya dengan keras sambil tangan nya
mulai membuka kemeja Saga.
Setelah kemeja terbuka Tora turun ke nipple Saga
menghisap benda tersebut sampai memerah.
“Aaargh… Chotto…Toraa…
Akui…akh..akui kalau kau itu sudah kalah..hh..”
Dengan nafas tersenggal Saga masih mencoba
berbicara.
Tora terhenti,
“Apa yang kalah? Aku tidak akan pernah kalah
kau tahu?”
Tora meletakkan kedua lengannya di belakang
pinggang Saga lalu mulutnya menjelajahi perut
Saga, berputar-putar di area itu lalu turun ke
bawah hampir menyentuh benda Saga, tetapi ia
kembali membawa lidahnya naik ke atas.
Seperti sengaja untuk menggoda Saga.
“Aaarghh~”
Saga tak sanggup untuk tak melepaskan
desahannya.
“Tora!! Pertahananmu yang sudah roboh itu
namanya kalah baka!!”
Saga mulai kesal karena Tora sama sekali tak
mengakui kekalahannya.
Saga menarik-narik tangan Tora untuk lepas dari
bawah pinggangnya.
“Apa ini!”
Protes Tora, ia gantian menarik tangan Saga lebih
cepat untuk ia bawa ke atas kepala Saga dan
menguncinya disitu.
Tora mulai kembali mencium perut Saga
berputar-putar di area itu sampai ke bawah
hampir mengenai benda Saga tapi langsun
kembali ke atas lagi, begitu terus berulang-ulang
sampai Saga tak sabar sendiri.
“Kkhhh~”
Saga menggigit bibirnya menahan gejolak yang
muncul dari tubuhnya.
Ini tidak bisa! Teriak Saga dalam hati.
“Ngghh…c-chotto…”
Saga berusaha melepaskan tangannya.
“Apa yang akan kau lakukan lagi?”
Tanya Tora sambil tersenyum dan terus
menikmati perut Saga.
“Kkhhh…”
Saga mendonggak dan perlahan mencoba
membangunkan tubuhnya.
“Tora…c-cukup..hhh…”
“Ssstt…jangan melakukan apapun lagi, haha…”
Tora mendorong Saga kembali supaya uke nya
terbaring dengan benar.
“Aku ingin menikmati ini memangnya salah?”
Tora melahap benda Saga hingga penuh ke mulut
nya.
“Aaahh~”
Pada akhirnya Saga berhasil menjauhkan Tora dari meja kerjanya.
Menjauhkan pandangan mata Tora dari layar laptopnya untuk beralih menatap mata indah Saga.
Menjauhkan pikiran Tora dari kertas-kertas tugasnya beralih memikirkan tubuh sexy Saga.
Menggunakan tangannya kini untuk menyentuh kulit indah Saga sampai pada puncaknya menggunakan 'senjatanya' untuk 'membunuh' Saga...
His Lover.
End.
Hyaaa.... Sagaku nakal!! ><
BalasHapusSagaku? iidesu ne? haha...
Ah, aku baru inget. aku suka banget sama Ff Butterfly. Bisa banget bayangin saga jadi semacam kupu ato peri dengan bajunya yang super duper minim itu.
tidak ada sekuelnya ya? kalo request boleh gak? tentang kehidupan saga sebagai manusia baru gitu? Pliiis....
Errr... sekuel?
BalasHapusSama sekali gak berencana/kepikiran buat sekuel sebenarnya.
Ide nya pun ga ada.
Semisal ada muncul ide mungkin bisa, tapi sekarang ini....
Ga ada bayangan sama sekali sama sekiel ff itu.
T.T
Maaf...