Rabu, 02 April 2014

[FF] My papa, not yours!

Title : My papa, not yours!
Chapter : 01/??
By : Sachi_ciel
Fandom : Alice nine
Pairing : ToraxSaga
Genre : AU, OOC,romance, drama
Rating : T
Disclaimer : Para tokoh bukan milik saya, Cuma
pinjam nama aja.
Note : Ga yakin (plakkk..)
* * *
"Silahkan masuk."
Saga mengangguk, lalu melangkahkan kakinya
memasuki rumah Tora.Saga mengedarkan
pandangannya keseluruh ruangan yang dapat
ditangkap matanya sembari ia mencari seseorang
yang ingin ditemuinya.
"Duduklah dulu, aku ambilkan minum,"
"un, ngomong-ngomong dimana anakmu?"
"Ah, iya, mungkin dikamarnya, sebentar."
Tora melangkahkan kaki meninggalkan Saga
sebentar diruang tengah menuju kamar
Hiroto.Tora mengetuk pintu nya, namun karena
tak kunjung dijawab, Tora mencoba memutar
gagang pintu tersebut, dan...Pintu terbuka, Tora
melonggokkan kepalanya kedalam, ternyata
kamar itu kosong.Tora segera menutup kembali
pintu dengan wajah sedikit bingung dan kembali
kedepan menemui Saga.
"Tak biasanya ia belum pulang jam segini" ujar
Tora sambil memeriksa ponsel ditangannya.
"He? Dia tidak memberi kabar?" Saga jadi ikut
khawatir."Tak ada telpon ataupun pesan darinya.
"Segera Tora menelpon Hiroto.Sedikit menunggu
lama sampai telpon Tora dijawab.
"Halo, papa?"
"Hiroto, kamu dimana?"
"Aku dijalan pa, tadi disekolah ada pelajaran
tambahan,"
"Haah.. Papa kira kamu kemana, lain kali telpon
atau kirim pesan kalau pulang terlambat."
"Iya papa, maaf aku lupa"
"Yasudah, hati-hati dijalan."
"Um. Sebentar lagi aku sampai dirumah, aku
sayang papa"
"Ya, papa juga sayang Hiroto"Sambungan ponsel
pun diputuskan. Wajah Saga kini ikut tampak
lega, sedikitnya ia bisa mendengar percakapan
Tora dan anaknya walau samar-samar.
"Dia ada pelajaran tambahan, mungkin sebentar
lagi pulang."
"Un, tak apa"
"Ah, sebentar aku kebelakang"
Saga mengangguk. Saat Tora meninggalkannya
diruang tengah, Saga tak tahu mau berbuat apa.
Maka saat disamping nya ia lihat ada rak kecil
berisi majalah, Saga mengambil salah satu
majalah itu dan membacanya sambil menunggu
Tora kembali.Beberapa saat kemudian Tora
kembali dari dapur.
"Ini mimumlah,"
Saga mengangkat wajahnya dan menutup
majalahnya ketika Tora datang membawa
nampan berisi dua gelas minuman.
"Terima kasih, maaf merepotkan."
"Tidak masalah, jangan terlalu formal begitu, ini
bukan dikantor"
Saga hanya bisa tersenyum malu atas ucapan
Tora itu.Tora meletakkan minuman itu diatas
meja sambil mengambil duduk disamping
Saga.Tora mengambil minuman bagiannya dan
meneguk minuman tersebut karena lumayan haus
setelah pulang kerja tadi.
"Maaf cuma ada jus orange, yang lainnya
ternyata sudah habis haha..."
"Tidak apa-apa,"
Saga hendak mengambil gelas jus orange nya
namun tertunda karena ia mendengar pintu depan
terbuka dengan suara seorang anak yang berseru,
"Tadaima..." Tora dan Saga segera bangun, Tora
berjalan duluan ke pintu depan dan menyambut
anaknya diikuti Saga dibelakangnya.
"Okaeri Hiroto-chaan..." Goda Tora.Hiroto yang
tengah jongkok untuk melepas sepatunya
langsung berwajah cemberut.
"Huh, jangan memanggilku Chan, aku sudah
bes―"
Hiroto kaget, saat ia sudah selesai melepas
sepatunya lalu berdiri hendak menyimpan
sepatunya di rak sambil melihat kearah ayahnya
untuk membalas ucapan ayahnya, ia melihat
Saga. Orang yang belum pernah dilihatnya.
"Siapa?" Dengan spontan Hiroto melontarkan
pertanyaan itu."Ah, dia...
"Tora melirik ke arah Saga yang langsung dibalas
Saga dengan menunduk malu.
"Mm... Dia teman kerja papa,"
Mungkin belum saatnya mengatakan pada Hiroto
tentang hubungan mereka, mengingat Hiroto
masih belum terlalu perlu mengetahui hal
tersebut, pikir Tora.
"Yoroshiku, Hiroto-kun" Sapa Saga sambil
tersenyum ramah.Tetapi balasan yang didapatkan
malah berbeda.Mata Hiroto memicing tajam saat
menatap Saga.Hiroto menoleh sesaat untuk
meletakkan sepatunya di rak, setelah itu ia
berjalan mendekati kedua orang yang lebih tua
darinya itu. Tetapi Lebih tepatnya ke arah Saga.
"Benar hanya teman kerja?" Tanya Hiroto dengan
mata menatap dalam, membuat Saga jadi sedikit
merasa canggung"I...iya"Tora sedikit kaget atas
pertanyaan Hiroto itu, ia tak menyangka anak nya
akan menanyakan hal seperi itu.
"Hiroto, bersikap yang baik sayang," Tanpa
mempedulikan ucapan ayahnya, Hiroto malah
pergi meninggalkan Tora dan Saga.
"Hiroto!?" Hiroto sama sekali tak menoleh,Tora
menghela nafas panjang dibuatnya.
"Tak biasanya dia seperti itu, Maaf atas sikap
Hiroto,"
"Tak apa, mungkin karena dia kelelahan baru
pulang sekolah," Saga memberi senyum, walau
dalam hati ia merasa was-was."Hah.. Ayo duduk
kembali."
* * *
Saga kembali duduk di sofa, di ikuti Tora duduk
disampingnya.Saga duduk dengan tatapan lurus
menatap meja didepannya tak menggerakkan
tangannya untukmelakukan apapun.
"Haha... Kau terlihat tegang, santai saja. Diaanak
yang baik kok."
Tora menepuk pundak Saga lalu mengelusnya.
Saga menghadap pada Tora lalu mengangguk
dengan sedikit senyuman.
"Papa!!"
Keduanya menoleh kearah dapur tempat asal
suara Hiroto berada, sampai Hiroto tiba diruang
tengah dengan baju seragam yang sudah berganti
dengan pakaian rumah.
"Papa, jus orange ku habis!"
"Ah, maaf papa ambil untuk papa berikan
padateman papa. Nanti papa beli lain ya? "
"Aku mau minum sekarang. Aku haus papa!"
Tak sengaja mata Hiroto melihat pada gelas yang
masih utuh isinya terletak di atas mejatamu.
Dan Saga menyadari itu,
"Emm.. Anoo Hiroto-kun minum yang ini saja
dulu. Ini belum ku minum kok,"Saga menyodorkan
gelas miliknya ke arah Hiroto.
"Eh, tidak usah Saga! Aku akan belikan yang
lainuntuk Hiroto"
"Tidak apa. Ini ambilahHiroto-kun," Dengan wajah
sedikit cemberut Hiroto melangkah mendekat dan
menganbil jus tersebut.Setelah itu ia mengambil
langkah kecil untuk duduk disofa ditengah-
tengah antara Tora dan Saga,Membuat Saga
tersentak terkejut saat anak itu menggeser paksa
posisi duduk Saga.Dengan santainya Hiroto
meneguk jus orange itu. Sedangkan Tora merasa
sedikit tak enak atas sikap Hiroto.
Namun karena ia berfikir itu hanya sikap anak-
anak yang sepele tak usah terlalu dipikirkan.
Biasabukan, anak ingin duduk didekat orang
tuanya?Tetapi yang dirasakan Saga berbeda,
bahkan sudah merasa perbedaan itu muncul dari
sikap awal Hiroto bertemu dengannya tadi.
"Papa, tadi ada pelajaran tambahan di kelas
musik,lalu saat di tes akumendapat nilai A!!"
Cerita Hiroto sambil mengayun-ayun kan kakinya
yang selalu berakhir menghantam kaki sofa yang
empuk membuat kakinya tak merasa sakit walau
dihentak-hentak berapa kalipun..
"Ohyaa... Wah, anak papa hebat!" Tora menepuk-
nepuk kepala Hiroto.
"Iya dong, aku kan ingin jadi pemain gitar hebat
dan terkenal."
Saga jadi tersenyum sendiri, melihat keakraban
ayah dan anak itu.Mungkin, akan tampak
menyenangkan lagi jika ia bisa akrab
denganHiroto.
Mungkin, suatu hari nanti dia bisa menjadi bagian
dari keluarga ini?Saga cepat menutup mulutnya
yang tersenyum akibat pemikirannya tadi.
"Ngomong-ngomong, Hiroto-kun sudah kelas
berapa sekarang?"
Hiroto diam tak menjawab, menyibukkan diri
dengan gelas jus orange nya, hingga Tora harus
menegurnya.
"Hiroto! Jawab jika ditanya,"
"Kelas dua SMP!" Jawab Hiroto ketus, tak
menolehsedikitpun ke arah Saga dan masih
menhentak-hentakkan kakinya di dinding kaki
sofa.Sikap itu tentu membuat hati Saga sedikit
tertohok.Akan tetapi ia mencoba untuk tak
memasukkan nya kedalam hati, dan yang di
tunjukkan hanyasenyuman.
"Hiroto, lihat pada orang yang mengajakmubicara.
Kau tak harus diajarkan lagi tentanghal itu 'kan?"
TegurTora lagi.
"Tidak apa-apa kok Tora,"
"Yasudah, Aku kedepan sebentar,"
"Eh?"
"Papa mau kemana?"
"Ke minimarket depan sebentar, tidak lama kok,
Hiroto duduk dengan Saga-san dulu disini ya."
Tora bangkit dari sofa nya dan keluar apartemen
menuju minimarket depan.Ia berpikir membiarkan
Saga bersama Hiroto agar bisa mengobrol
dengan leluasa dan jadi lebih akrab.Berbanding
terbalik dengan perasaan Saga yang sudah
merasa sedikit tak nyaman.Rasanya ia ingin ikut
kemana Tora pergi karena bersama Hiroto ia
merasa was-was dan takut.Namun karena tak
merasa enak jika ia ikut bersama Tora lalu
meninggalkan Hiroto sendirian padahal ia diminta
untuk menemani anaknya, maka Saga hanya
memberikan anggukan saat Tora mengucapkan
kalimat itu.
"Kau sudah lama bekerja bersama papa?" Tiba-
tiba pertanyaan itu keluar selepas Tora pergi
keluar membuat Saga sedikit tersentak.
"Em... Lumayan, hampir satu tahun." Saga
menatap anak itu yang sedang sibuk memainkan
gelas dengan menggoyang-goyangkan gelas
tersebut yang hanya tinggal batu es-batu es kecil
didalamnya.Ia berbicara pada Saga, tetapi tak
mau menatapnya.
"Apa kalian sering bersama?"
"Y-ya... Karena dia atasanku, dan ia juga sering
bersama karyawan lain sepertiku"
"Kau sangat dekat dengan Papa? Bukan
maksudnya papa dengan karyawan lain, tapi
denganmu. Apa kalian sangat dekat?"
Saga terdiam, ia harus memberi jawaban yang
bagaimana? Apakah jawaban yang ia berikan
akan berdampak baik padanya, atau malah
sebaliknya? Ia belum terlalu mengerti apa tujuan
Hiroto bertanya seperi itu.Namun karena tak bisa
terus terdiam, jadi dengan segala rasa khawatir
nya Saga menjawab,
"y...ya..."
Hiroto menghentikan gerakan tangannya bermain
dengan batu es-batu es tersebut.Ia menoleh
kearah Saga dengan tatapan menajam.
"Kuharap tak ada kedekatan antara kau dan papa
lebih jauh lagi!!" Tatapan itu seperti
mengintimidasi.Ucapan nya pelan tetapi mampu
membuat hati Saga bagai ditikam pedang.Ia
hanya bisa diam membantu sampai rasanya
nafas pun tak dapat ditariknya. Tora pulang dari
minimarket, Saga segera membuang muka nya
menghindari Tora.Sungguh, ekspresi wajahnya
saat ini pasti akan membuat Tora melontarkan
pertanyaan.Tora mendekati meja didepan sofa
lalu mengeluarkan beberapa kaleng minuman dari
dalam plastik belanjaannya dan ia letakkan di
atas meja itu.
"Minumlah,"Saga tak mampu menatap Tora, ia
membuat gestur melihat jam ditangannya.
"Ng... Tora, maaf aku harus segera pulang."
"Lho, kenapa?"
"Aku baru ingat kalau harus segera
menyelasaikan pekerjaanku untuk besok."
"Ah, souka,"Tora memaklumi."Kalau begitu
minum dulu, kau belum minum 'kan?"
"Tak apa, lain kali aku akan mampir kesini
lagi"Tentu saja itu basa-basi.
"Sampai jumpa besok," Saga langsung melangkah
menuju pintu keluar.
"Tunggu, aku antar," Tora bersiap mengambil
kunci mobil akan tetapi cepat dicegah oleh Saga.
"Tidak apa, aku pulang sendiri saja."
"Tidak apa biar aku antar saja lebih cepat tak
harus menunggu taksi"
"Tidak, tidak usah Tora. Kasian Hiroto-kun
tinggal dirumah sendirian"
"Dia tidak apa-apa, lagian tidak lama kan hanya
mengantarmu,"
"Tidak usah Tora, terima kasih, Maaf
merepotkan."
Saga memutar gagang pintu lalu keluar dari
rumah Tora dan berjalan cepat menjauhi rumah
tersebut.Hatinya sudah terasa perih, namun
wajahnya masih mencoba menutupi efek perih itu,
hingga genangan air mata itu hanya bertahan di
matanya dan akan siap tumpah jika
pertahanannya runtuh.Sangat jauh dari
dugaannya, sikap Hiroto tak seperti dalam
bayangannya.Padahal sudah ia coba seramah
mungkin dengan anak itu, tetapi sikap balasan
nya sangat berbeda.Dia memang anak yang
manis, baik dan periang. Namun itu hanya
ditunjukkan pada papa nya, tidak dengan
dirinya.Sebuah mobil berhenti tepat disamping
Saga saat ia tengah berjalan meninggalkan
rumah Tora.Saga pun terhenti dan menoleh
kearah mobil itu.Pintu mobil itu terbuka,
"Masuk!"
"Tora!? Sudah kubilang aku bis―"
"Sudah, jangan banyak bicara lagi, masuk saja!"
Saga menyerah.Akhirnya ia mengikuti perintah
Tora.Akan terasa aneh juga jika ia bersikukuh
tetap tak mau diantar 'kan?Itu malah membuat
Tora curiga nantinya.Saga pun masuk kedalam
mobil itu dan ia diantar pulang.



Tsuzuku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar