Selasa, 01 Oktober 2013

[FF Oneshot] Butterfly

Title: Butterfly
By : Sachi
Chapter : Oneshot
Cast : ToraXSaga (Alice Nine)
Rating: NC-15
Disclaimer: This fic mine, from my idea.
Firs post : 18Agustus2013







*********


"Hahaha..." Suara tawa riang anak-anak yang berlarian ditaman menyebar keseluruh taman bunga itu. Mengejar teman-teman mereka kesana-kemari mengintari setiap sudut taman.

Hari ini taman kanak-kanak tersebut mengajak para muridnya piknik di taman bunga. Masih taman dalam kota namun begitu indah dan asri layaknya di pinggir bukit. Semua sangat senang berada di taman itu, tak terkecuali anak TK yang berambut hitam pekat bermata tajam itu, ia tak henti-henti nya mengejar teman-temannya Sambil tertawa riang.

Bagi murid TK yang perempuan, mereka lebih senang bermain merangkai bunga. Karena dimusim semi ini bunga sedang bermekaran dengan indahnya, beragam warna dan bentuk membuat mereka sangat tertarik.
Tak ayal, serangga-serangga kecil yang juga menyukai bunga banyak ditemui di sana, mereka terlihat seperti juga ikut bermain dan bergembira bersama. Para murid itu duduk berkelompok sedangkan para guru hanya bertugas mengawasi mereka.

"Anak-anak, mainnya jangan terlalu jauh!"
Teriak salah satu guru memperingatkan pada sekelompok anak laki-laki yang bermain kejar-kejaran kini agak jauh dari tempat guru berada.

Sekelompok anak-anak itu pun terhenti saat mendengar teriakan gurunya,segera mereka memutar balik arah tubuh mereka kembali mendekata tempat berkumpulnya guru dan teman-teman yang lain.

Anak laki-laki berambut hitam pekat yg berada paling terakhir itu juga ikut berlari mengikuti teman-teman nya.
Namun tiba-tiba ia terhenti karena melihat sesuatu disebuah tumpukan sampah tanaman kering.
Ada sebuah kantong plastik yang bergerak dan berbunyi seperti,

"Kresek..kresek" didalamnya.

Awalnya ia hampir tak mempedulikan itu, namun peegerakan didalam kantung plastik itu terus terjadi.
Karena jadi penasaran, anak laki-laki itu akhirnya mencoba mendekati tumpukan sampah itu sedangkan teman-temannya sudah jauh berlari meninggalkan nya.

Ia agak takut membayangkan apa yang ada dibalik plastik itu yang terus bergerak-gerak, tapi ia diberanikan oleh rasa penasarannya. Anak itu makin mendekat, lalu ia berjongkok.
Begitu matanya jelas melihat kedalam plastik yang agak transparan itu, wajah nya langsung terkejut dan langsung membuka kantong plastik itu segera.

"Ya ampun, kasihan sekali kupu-kupu ini,"
Anak itu membebaskan seekor kupu-kupu cantik bercorak kuning ke-emasan yang terperangkap didalam kantung plastik itu.

Kupu-kupu yg sudah bebas itu langsung menggepak-gepakkan sayapnya dengan gembira.
kupu-kupu itu terbang mengintari anak yang telah menyelamatkan nya, seperti ia ingin menyampaikan sesuatu. Mungkin ucapan terima kasih.
Namun karena anak laki-laki itu tak mengerti maksud serangga bersayap indah itu, ia jadi hanya tertawa senang melihat kupu-kupu cantik itu terbang didekatnya yang beruntung sayapnya tak rusak. lalu dengan wajah polosnya anak itu kembali berjalan menyusul ketempat teman-temannya berada sambil mengucapakan kata sampai jumpa  pada Kupu-kupu itu dan berdadah.

Sang serangga bersayap indah itu hanya bisa menggepak-gepakkan sayapnya ditempat tak pergi kemana-mana. Matanya sedang fokus ia gunakan untuk menatap kepergian anak itu.
Ia seperti merasa sedih.



-12 tahun kemudian-



Wusshh.. Tendangan bola dari seorang penyerang bernomor punggung 17 itu begitu kencang melambung ke daerah lawan dan langsung disambut oleh teman-teman satu tim nya yang sudah menunggu,lalu berusaha sekuat tenaga menggiringnya menuju gawang.

Suasana dilapangan hijau itu kian memanas,ditambah sorak-sorai penonton yang seperti tiada hentinya mendukung tim mereka masing-masing.

Pertandingan antar SMU se-nasional itu kini memasuki babak kedua.
akan menentukan tim mana yang akan menang dan kalah. Karena dari babak pertama kedua tim sama sekali belum mendapatkan skor.
Para pemain saling merebut bola.tim smu kousai berhasil merebut bola dari smu lawan,menggiring menuju gawang lawan.

Para penonton dibuat deg-degan menyaksikan pertandingan tersebut yang berlangsung seru.

Waktu 90 menit harus mereka gunakan sebaik-baiknya.

Untuk memenangkan pertandingan ini. Hingga waktu hampir habis tak satupun mereka berhasil memasukkan bola ke masing-masing gawang.

Kedua tim sangat kuat mempertahankan gawang mereka. Namu di detik-detik terakhir SMA Kousai berhasil membuat gol walau nyaris gagal karena bola sempat membetur tiang, namun kiper lawan dari SMA Senkou yang sedikit oleng saat menangkap bola membuat bola itu masuk melewati garis kedalam gawang dan pertandingan itu pun dimenangkan oleh SMA Kousai.
Semua berteriak gembira.

''Haaaa... ini hari yang sangat melelahkan tapi juga menyenanangkan!" seru seorang pemuda yang tengah duduk dibangku ruang ganti itu pada teman-temannya yang sedang sibuk berdiri di loker masing2 untuk mengganti baju.

"Haha..itu berkat kita semua yang sudah bekerja keras ne?!" sambung pemuda berambut hitam legam yang juga sedang mengganti pakaiannya

"Kau benar Tora!"

"Ku kira kita akan seri dan adu penalti, tapi ternyata berhasil di detik-detik terakhir.
itu sangat menegangkan!"
ucap teman yang lain nya yang juga ada diruangan tersebut.

"Itu seperti sebuah keajaiban"sahut yang lain.

"Kau percaya keajaiban??"
Tanya Tora yang sedang berpindah dari depan lokernya dan duduk disebuah bangku panjang disamping teman lawan bicaranya dan mulai menggati sepatunya.


"Hmm.. yah, aku percaya..."


"Begitu? Baiklah, aku duluan ya," Tora bangkit dari duduknya,mengambil tasnya lalu beranjak keluar. Bisa dibilang ia seperti tak terlalu memikirkan hal itu, mungkin tepatnya tak terlalu percaya, karena ia tipe yang berpikir realistis.

"Oke, ceritakan keberhasilan ini pada orangtuamu"

"haha..tentu saja! Sampai jumpa besok semuanya,"
Tora mengankat tangannya sebelah sebelum keluar ruangan untuk ucapan salamnya.



Tora mengayuh sepedanya dijalan menuju rumahnya. Matahari mulai bersembunyi dibalik bumi meninggalkan jejak sinar ke-emasan. Memang pulang pertandingan tadi hari sudah sangat sore.

Udara senja membuatnya sedikit bersantai diperjalanan karena ingin sedikit menikmati langit sore yang indah dan angin sepoi-sepoi. Tora kini melewati sungai yang mengarah kerumahnya.
setelah melewati sungai ia harus melewati jalan kecil di antara pertokoan, lampu-lampu jalanan sudah mulai dinyalakan untuk penerangan.
Namun tora masih santai di perjalanan dengan wajahnya yg masih sumringah karena mengingat kemenangan tim nya.

Tetapi tiba-tiba senyum nya hilang ketika seorang pria berjaket kulit hitam berlari kearahnya dengan terburu-buru sambil memeluk sebuah tas dengan sebelah tangannya. Tora sontak menghentikan sepedanya sedikit oleng karena takut nanti menabrak orang itu. Tetapi sialnya orang tersebut menggunakan kesempatan tersebut untuk melemparkan tas ditangannya kearah Tora. Setelah itu orang tersebut meninggalkan Tora yang sedang kaget setengah mati.


"Hei, apa-apa'an ini!!" Tora hendak memutar sepedanya untuk mengejar orang itu sampai belum sama sekali Tora beranjak dari tempat itu ia sudah ditahan oleh suara orang ramai yg meneriakinya.

"Hei berhenti kau!"
Tora menoleh, dilihatnya segerombol orang dengan wajah-wajah penuh emosi menuju ke arah nya, beberapa orang langsung memegang tangan Tora, mencegah agar Tora tak melarikan diri.

"Kau pasti teman si jambret itu kan! Dasar penjahat! Kau tak bisa lari kemana-mana lagi sekarang!"

"Apa?! Hei,hei,hei, kalian salah orang. Aku bukan temannya! Lepaskan aku!" Tora panik dan ketakutan seiring gerombolan itu kini ada disekelilingnya.

"Jangan berbohong! Jelas-jelas tas yang dijambret ada ditanganmu! Cepat kembalikan!"
Tora baru menyadari kini bahwa orang yg melemparnya tas itu adalah penjambret dan dia juga jadi korban kejahatannya.

"Hei dengarkan aku dulu...aku tidak mengambil tas ini. Ini silahkan kalian ambil!" Tora memberikan tas itu pada salah satu dari mereka.

"Aaargh...sudah bersalah masih mau membela diri!!? Kau harus menerima hukumannya!!" Sebuah pukulan tinju hendak melayang ke arah Tora, spontan Tora menutup matanya dan hanya bisa berteriak karena tak tahu harus berbuat apa karena ditempat itu tak ada siapapun yang memihak padanya.

Tora berusaha melakukan apapun sebisanya untuk melindungi diri, salah satunya menundukkan kepalanya untuk menghindari pukulan itu walau sepertinya akan mustahil karena kedua tangannya ditahan oleh orang-orang itu dan tak bisa lari kemanapun bahkan bergeser satu langkahpun.

"Ha!?" Tora merasa bingung karena tak ada pukulan yang mendarat padanya.

Ia mengangkat wajahnya untuk melihat apa yang terjadi. Dan wajah nya langsung terbengong kaget atas apa yang ia lihat sedang terjadi didepan matanya.

Orang-orang itu kini sedang berteriak-teriak sendiri, mengibas-ngibas tangan mereka diatas kepala masing-masing, ada juga yang mengucek-ngucek mata mereka seperti kemasukan debu. Sepertinya ada yang mengganggu mereka. Dan tora melihat itu, serbuk-serbuk bewarna putih yang jatuh dari atas kepala mereka lalu masuk ke mata menghalangi penglihatan mereka.

"Aargh..apa ini!!"

Merasa ini waktu yang tepat untuk kabur, maka Tora segera mengayuh sepedanya sekuat tenaga meninggalkan tempat itu. Ia mengayuh dengan kecepatan penuh menggunakan semua sisa tenaganya, hingga akhirnya ia tiba dirumah dengan selamat.

"Hah..hh..hh.." Tora meletakkan asal sepedanya dihalaman rumahnya, setelah itu masuk kedalam rumah dengan tergesa-gesa

"Tadaima hh..hh"

"Eh, Tora sudah pulang? Okaerinasai" terdengar jawaban dari ibu Tora yang muncul dari ruang TV.

"Bagaimana pertandingannya?"

"Hh..kami menang bu," Jawab Tora sambil menaiki tangga menuju kamarnya

"Waaah Omedetou... Eh, kenapa kau tegesa-gesa begitu Tora? Ayo kesini ceritakan pada ayah dan ibu bagaimana pertandingannya?"

"Nanti saja bu aku ceritakan, aku mau istirahat dulu sebentar, capek."

"Hmm..baiklah akan ibu tunggu. Ah, ngomong2 kau mau ibu masak apa? Ibu akan membuat masakan tambahan untuk merayakan kemenanganmu hari ini." Tanya ibu tora yang kini harus membesarkan sedikit suara nya agar terdengar oleh Tora yang sudah tak terlihat lg diatas tangga, melainkan sudah berada dikamarnya.

"Apaa saja bu," Jawab Tora yang juga harus membesarkan suaranya.

"Baiklah..."


Tora merebahkan tubuhnya diatas kasur

"Haah..sial! Bukanya dapat keberuntungan atas kemenangan hari ini, malah dapat sial. Jambret sialan!" Rutuk Tora sambil mengatur nafasnya karena kelelahan.

Tiba-tiba ia teringat sesuatu,
 "Tadi itu aneh, gerombolan orang itu seperti terkena serangan."

Gumam Tora dengan mata menerawang langit-langit kamarnya. Siapa yang menyerang mereka? Aku sama sekali tak melihat ada orang lain disitu kecuali mereka yang sedang kacau, pikir Tora dalam hati.

Bulan ini pun tidak sedang dalam musim dingin, maka salju tidak akan turun. Dikatakan salju pun serbuk itu tidak seperti salju karena tampak lebih halus dan berkilauan.

''Hah,..." Karena tak mau terlalu ambil pusing dengan hal yang sedikit diluar nalar manusia, maka Tora beranjak dari tempat tidurnya menuju kekamar mandi untuk membersihkan diri. Dipikirkan sekeras apapun sepertinya ia tak bisa mendapatkan jawabannya. Karena ia tak menemukan petunjuk apapun. Semua itu hanya bisa dikatakan aneh.

Selesai mandi dan bwrganti pakaian Tora turun keruang makan berkumpul dengan orangtuanya, menceritakan pada mereka yang sudah sangat penasaran akan cerita serunya pertandingan yang di ikuti anaknya. Sekaligus untuk Tora mengalihkan sedikit pikiran aneh tentang serbuk putih yang telah menolongnya.


***


"Tora, ku dengar tim kalian menang ya?!" Tanya seorang siswi yang menghampiri Tora saat Tora tengah berjalan dikoridor menuju kelasnya.

"Ya, begitulah." jawab Tora sambil tersenyum.

"Huaa..omedetou..lagi-lagi kalian membanggakan sekolah ya!" siswi itu menepuk bahu Tora ikut senang.

"Oi, Tora tunggu!!" dari arah belakang seseorang memanggil Tora, ternyata tidak hanya satunorang, tetapi tiga orang   teman satu tim Tora yang ikut bertanding kemarin menghampiri Tora.

Mereka bermaksud berjalan menuju kekelas bersama-sama sambil mengobrol santai. Sedikit demi sedikit para siswi mengerubuni mereka untuk menanyakan atas keberhasilan mereka. Mereka tertawa senang atas pujian-pujian yang diberikan pada mereka.

Ada yang menggaruk tengkuknya karena malu di puji terus, ada juga yang bersikap biasa saja. Disepanjang lorong mereka berbincang seru dan disapa sana-sini. Kemengangan itu jadi perbincangan hangat di SMA Kousai pagi ini. Namun tiba-tiba ada yang merusak suasana indah itu.

"Tora-kun selamat pagi~" seorang siswi berambut ikal panjang dengan centil nya menghampiri Tora.

Ia langsung berdiri sangat dekat dengan Tora, menerobos tempat teman-teman Tora berdiri hingga mereka tersingkir. Membuat teman-teman Tora risih jadinya.

"Selamat atas kemenangannya, ini ada kado dariku..." ia menyodorkan sebuah kotak kado berpita warna pink muda itu dengan gembira.

Walau sebenarnya Tora agak enggan menerima kado itu dan ingin menolak, namun siswi itu terus mendorong kadonya untuk diterima Tora. Hingga ia harus terpaksa menerimanya.

"Terima kasih" jawab Tora penuh  keterpaksaan.

"Hei, kado untuk kami tidak ada? Kami kan juga berjuang kemarin" protes salah satu teman Tora,dengan maksud hanya untuk menggoda siswi itu.

"Minta sama yang lain saja ya~ tuh masih banyak cewek-cewek yang lain. Kadoku hanya untuk tora-kun seorang!" jawab siswi itu dengan kepercayaan diri yang tinggi.

Seketika wajah ketiga teman Tora berubah masam, dan siswi itu tentu tak mempedulikannya.

"Nee...Tora-kun, atas kemenanganmu..."

"kemenangan kami!" potong ketiga teman Tora cepat.

"Ck, kalian diam deh," ucap siswi itu mendelik dengan wajah seram pada tiga teman Tora lalu berubah manis kembali saat menatap Tora.

Ia mulai menggelayut manja dilengan Tora. Membuat Tora harus menarik-narik tangan itu lepas dari lengannya karena risih. Namun siswi itu seakan tak peduli dan makin mengeratkan gelayutannya. Lalu melanjutkan kalimatnya yang tadi terpotong.

"Nee..atas kemenanganmu, mau tidak nanti malam kita pergi makan malam untuk merayakannya?""

Tora langsung membelalak kaget.
"Hah?! Makan malam?"

"iyaa~"

"Eng... maaf, bukannya aku tidak mau tapi..."Tora ingin menolak dengan halus sambil berusaha melepaskan tangan yang sangat erat itu.
Bagaimana tidak, jika teman-temannya ikut mungkin ia akan memeprtimbangkan ajakan siswi itu, tapi jika hanya berdua dengan dia, itu berarti berkencan. Ia menggunakan alasan merayakan kemenangan padahal ia ingin jalan dengannya. Karena Tora tahu, siswi itu menyukainya, tapi yang jelas bukan menyukai dari ketulusan  hatinya, tapi menyukai dari hal lainnya.

"Tora-kun menolak?" Siswi itu makin mengeratkan tangannya.

"B-bukan..egh.. Bukan aku menolak, tapi aku ada urusan lain..hm.." Tora kelelahan melepas tangan siswi itu sampai akhirnya ia menyerah.

Teman-teman Tora hanya terbengong-bengong menyaksikan tingkah siswi itu, terlihat menyeramkan.

"Besok deh juga gak apa-apa,"

"Besok juga tidak bisa, ada acara keluarga."

"Hmm...hari lain deh, Kapan Tora-kun bisa?" Tanpa pantang menyerah siswi itu terus memaksa Tora.

"Aku belum tahu..."

"Iiih!!..jadi hari apa juga dong!? Tidak ada cara lain Tora harus mau ikut aku. Hari ini langsung!!" Siswi itu menarik Tora entah mau dibawa kemana.

"Eh, hei mau kemana?"

"Kita akan bolos dan pergi ke-kyaaaa..." Tiba-tiba siswi itu berteriak memegang matanya.ia refleks melepas tangannya dari lengan Tora untuk mengucek-ngucek matanya yang seperti kemasukan debu.

Tora tercengang, ia melihatnya lagi, serbuk seperti kemarin bewarna putih tapi tak tahu dari mana asal jatuhnya.

"Kyaaaa...apa ini?! Mataku! Tora-kun tolong!!" siswi itu menggerakkan tangan satunya mengapai-gapai Tora, tapi malah Tora menggunakan kesempatan itu untuk kabur, begitu juga dengan teman-teman Tora.

Mengapa mereka terlihat tega meninggalkan seorang perempuan yang sedang kesusahan? Ya itu karena ia sendiri yang mulai membuat para cowok susah. Mendekati cowok-cowok tampan atau kaya lalu memacari nya,masi dalam status pacaran malah memacari cowok lain lagi yang menurutnya tampan tanpa memutuskan pacar sebelumnya. Terkenal akan kecentilan nya dan sombong pada siswi-siswi yang lain.

Merasa paling cantik dan paling disukai. Membuat siswi-siswi disekolah benci padanya.termasuk cowok-cowok yang telah jadi korbannya. Maka dari itu Tora membuat tameng pada siswi itu agar tak ikut menjadi korbannya.

Lagipula, hanya kelilipan kemasukan debu tidak menyakitkan itu 'kan.


***


Guru sedang menerangkan pelajaran didepan, tetapi Tora sama sekali tak memperhatikan. Memang dia menghadap kedepan, namu mata dan pikiran nya tak terfokus ke tempat itu.

Sedari tadi hanya mengayun-ayun kan bolpen dijarinya ke kiri dan kanan dengan pikiran yang melayang entah kemana.

"Sebenarnya darimana serbuk itu datang?" Gumam Tora dengan suara kecil. Ternyata ia sedang memikirkan keanehan yang belakangan ini menimpanya.

Orang-orang yang coba mencelakai atau membuatnya susah selalu berakhir dengan hal yang sama. Berteriak-teriak karena serbuk yang mengganggu mereka. Yang anehnya lagi kenapa Tora tak diserang? Sepertinya serbuk itu mencoba melindunginya.
Sebenarnya ia tak mau memikirkan hal-hal tak masuk akal begitu. Tapi yang ia lihat memang ada didepan matanya. Bagaimana ia tak memikirkan hal itu terus-menerus!?



Suara getaran jendela yang disebabkan oleh angin yang sedikit kencang berhembus itu membuat Tora tersadar dari lamunannya. Spontan ia menoleh kesamping menghadap jendela disampingnya, saat itu pula ia melihat seekor kupu-kupu yang sedang terbang dibalik jendela. Hanya menggepak-gepakkan sayapnya ditempat itu saja tanpa berpindah ke tempat lain.

Setelah beberapa saat baru kupu-kupu itu terbang menjauh. Dan entah sejak kapan mata Tora sudah terpaku pada kupu-kupu itu, bahkan saat kupu-kupu itu menjauh, mata Tora mengikutinya. Tora membelalakkan matanya saat kupu-kupu itu terbang meninggalkan jejak serbuk-serbuk putih yang belakangan ini dilihatnya. Dengan refleks Tora bangun dari kursinya dan lebih mendekat ke jendela.

"Amano shinji ada apa?!!" tanya guru yang kaget melihat Tora yang tiba-tiba berdiri, tak terkecuali teman-teman sekelasnya yang menatap bingung.

"A..aa..tidak apa-apa, maaf..." Tora kembali duduk dengan wajah yang sedikit malu karena sikapnya sendiri.

Sepanjang hari itu pikiran Tora tak fokus pada pelajaran, yang hanya dipikirkan tentang kupu-kupu aneh itu.

Berkali-kali ia mencoba tak mau memikirkan hal itu dan mencoba mengabaikannya, namun tetap tak bisa. Otaknya terus mengajaknya untuk memikirkan hal tersebut.

***


Tora baru saja menutup pintu pagar rumahnya dan berjalan kehalaman rumahnya. Baru saja ia habis selesai lari pagi di sekitar rumahnya, kebiasaan yang dilakukan Tora tiap minggu pagi.

Di halaman rumah, Tora melihat Ibu nya sedang menyiram bunga. Ia menyapa Ibu nya lalu lanjut senam ringan untuk merenggangkan otot-otot nya dihalaman itu sambil menghirup udara pagi yang segar.

Baru ia sadari ternyata dihalaman rumahnya banyak tanaman bunga milik ibu nya. Bunga-bunga itu sedang banyak bermekaran, mengundang banyak kupu-kupu datang ketempat itu untuk menghisap nektarnya.

Banyak warna kupu-kupu yang mengelilingi bunga-bunga itu, seperti hijau,kuning,coklat dan lain-lain.

Entah sejak kapan Tora sudah terpaku menatap para kupu-kupu itu. Melihat serangga cantik itu membuatnya ingat akan kejadian itu.

Tetapi ia masih ragu apakah yang melakukan itu adalah seekor kupu-kupu? Tidak mungkin, pikirnya.

Tora membelalakkan matanya ketika salah satu dari gerombolan kupu-kupu yang tengah terbang riang gembira itu terlihat satu kupu-kupu yang disekitarnya mengeluarkan serbuk-serbuk putih berkilau seperti apa yang sudah ia liat beberapa kali belakangan ini.

Tapi, apa mungkin itu dari kupu-kupu? Memangnya ada kupu-kupu yang seperti itu? Lalu, kenapa hanya satu kupu-kupu itu saja? Pertanyaan itu terus memutar dikepala Tora. Sampai tiba-tiba ia tersentak oleh suara seseorang yang memanggilnya.

"Tora?!"

"Ha? I..Ibu?" baru saja Tora tersadar dari lamunannya.

"Sedang apa kau melamun disitu? Ada temanmu tuh datang"

"Ha? Ah i...iya,"

Dengan wajah yang seperti orang linglung, Tora masuk kedalam rumah untuk menemui teman-temannya. Mereka datang untuk mengajak Tora latihan sepak bola.

Selesai berbenah diri, Tora akhirnya pergi bersama teman-temannya.

***

Kali ini Tora tak bisa mengabaikan hal itu lagi, semenjak latihan pikiran nya terus berputar-putar mengenai serangga itu.

Walau mungkin di luar nalar manusia, tapi ia harus mencari jawaban sebisanya. Bagaimana harus ia membiarkan misteri itu terus menghantui pikirannya. Kejadian janggal yang sudah tak hanya satu kali saja ia lihat.

Saat itu Tora pulang kerumah hampir malam, karena latihan pada hari itu agak lama disebabkan oleh Tora yang tak fokus latihan. Pikirannya terus menampilkan serangga itu.

Maka saat tiba dirumah Tora langsung menuju kamarnya. Duduk dimeja belajarnya lalu menyalakan komputernya.

Ia segera menjalankan iternetnya untuk mencari artikle tentang kupu-kupu. Padahal selama ini Tora tak pernah mencari tahu tentang hal itu. Namun kali ini ia harus cari tahu untuk mengungkapnya.

Dimulai dengan mencari tahu lebih detail tentang ciri-ciri dan jenis serangga itu untuk memastikan apakah ada jenis kupu-kupu yang belakangn ini dilihatnya?

Mata Tora sama sekali tak berkedip membaca baris tiap baris artikel yang ia temukan.

"Kupu-kupu menyukai nektar, warna sayapnya bermacam-macam. Bentuk dan ukuran sayapnya juga bermacam-macam."
Tora membaca artikel dengan suara yang dapat didengar telinganya sendiri. Untuk meyakinkan jika ia tak salah baca.

"Sayap kupu-kupu akan meninggalkan serbuk ditangan bila disentuh" Tora sedikit terperanjat saat membaca ciri-ciri yang satu itu. Ia mencoba mengulangi dan memahami apa yang sedang ia baca sedalam-dalamnya.

Kupu-kupu memang meninggalkan serbuk ditangan saat sayapnya disentuh. Itu memang benar, dan bukan hal yang aneh lagi. Karena Tora pernah menyentuhnya dan hasil nya memang seperti apa yang sudah ditulis. Semua yang sudah Tora baca tak ada yang aneh, semuanya ciri-ciri normal pada serangga itu. Sudah mencari artikel dari sumber apapun, tak ada satupun yang menulis tentang kupu-kupu yang mengeluarkan serbuk dengan sendirinya dan dapat mencelakai manusia.

Tora menggaruk kepalanya seperti orang frustasi karena tak menemukan jawaban nya. Sama sekali tak ada petunjuk.

Saat ia sedang menundukkan kepalanya dengan tangan yang tertopang diatas meja meremat kepalanya sendiri, saat itu pula tiba-tiba serbuk putih yang seperti menghantuinya belakangan ini kembali muncul tepat didepan wajahnya.

Tora sontak membelalakkan matanya karena kaget.

Ia langsung mengangkat wajahnya dan mengedarkan pandangannya mencari asal serbuk itu datang.

Ternyata serbuk itu datang dari luar yang masuk kekamar nya melalui celah jendelanya yang tidak tertutup rapat.
Tora makin kaget melihat serbuk putih itu yang kini datang lebih banyak dan tebal hampir menyerupai kabut.

Tora bangun dari kursinya dan menuju jendela.

Saat ia menggeser jendelanya agar terbuka lebih lebar dan melongokkan kepalanya keluar, tubuhnya langsung refleks mundur hingga menabrak meja belajar dibelakangnya hingga membuat beberapa benda dimejanya jatuh ke lantai saking kaget nya.

"Apa itu?!" Ucap Tora spontan.
Jantungnya berdegub kencang.

Namun begitu, rasa penasaran Tora mendorong nya untuk kembali mendekati jendela untuk melihat  dengan jelas apa yang ia lihat tadi.

Sesosok manusia yang sedang duduk membelakangi Tora, menekuk kedua lututnya dengan kedua tangan nya mencengkram atap loteng rumah Tora. Wajahnya tertunduk dan mengeluarkan suara seperti menahan sakit. Sedangkan serbuk-serbuk itu terus keluar dari tubuhnya sangat banyak.

''Serbuk itu kan-'' Tora masih takut untuk mengira-ngira.lebih tepatnya ia tak bisa menyebutkan fenomena apa yang sedang dilihatnya.

Suara manusia yang seperti sedang kesakitan itu terdengar sampai telinga Tora lagi.

"nggh...aaakhh!"

Di akhir erangan itu terdengar suara kepakan sayap yang begitu besar keluar dari punggungnya.
Sayap kupu-kupu itu makin banyak mengeluarkan serbuk putihnya,  bertebaran disekitarnya samapai pada tempat Tora.

"Tidak mungkin! Mahkluk apa itu!?" Tora bergumam sendiri dengan wajah shock nya. Bagaimana bisa manusia punya sayap seperti kupu-kupu. Ini mustahil, pikir Tora.

Mahkluk itu menoleh kebelang sedikit menunduk ke arah punggungnya dengan wajah yang tampak sedikit kecewa.

Namun saat itulah Tora dapat melihat wajah makhluk itu sedikit, tak begitu jelas karena wajahnya ia tolehkan membelakangi sinar bulan. Tora hanya memperhatikan gerak-gerik mahkluk tersebut.

Mahkluk itu kembali menoleh kedepan lalu ia berbicara dengan sedikit mendongkak.

"Tertua, kenapa masih ada sayap? Anda membohongiku ya?" Entah dengan siapa makhluk itu berbicara, membuat Tora tak bisa memikirkan apapun tentang
kejanggalan itu. Setelah beberapa saat terdiam, mahkluk itu kembali berbicara
"Begitukah? Baiklah aku akan melakukannya. Terima kasih tertua."

Setelah berbicara, mahkluk itu perlahan bangun dari duduknya. Secara otomatis serbuk-serbuk disayapnya berjatuhan karena pergerakan mahkluk itu. Setelah berdiri tegak, mahkluk itu memutar tubuhnya menghadap kearah Tora.

Lagi-lagi Tora tersentak kaget hingga tubuhnya mundur dan menabrak meja lagi saat mahkluk itu menatap pada Tora.

"Bahaya! mahkluk itu melihat kesini!"

Seru Tora sambil cepat-cepat menutup jendelanya. Namun sayang mahkluk itu ternyata lebih cepat dari Tora, mahkluk itu bisa menahan jendela yang akan ditutup Tora dengan satu tangannya. Mahkluk itu sudah berada tepat dihadapan Tora sambil tersenyum manis dengan serbuk berkilauan karena diterpa sinar bulan yang menghiasi tubuhnya.

Tora terpaku kaget menatap mahkluk dihadapannya. Ia tak berkutik menatap mahkluk yang tengah berada sangat dekat dihadapannya, rambu coklat ke-emasan, kulit yang sangat putih, bola mata bening kehijauan uang tengah menatap kedalam bola matanya, hidung mancung, bibir tipis dengan senyum menawan.

Cantik! Sebuah kata yang muncul begitu saja dalam benak Tora. Namun suatu kejadian yang datang sangat tiba-tiba ini membuat Tora masih merasa takut walau saat ini ia sedang terpukau akan keindahan yg disuguhkan didapannya. Tora berteriak takut saat mahkluk itu menganggkat sebelah kakinya dan menginjak bingkai jendela bermaksud hendak memasuki kamar Tora. Sontak Tora berteriak.

"Siapa kau?! Jangan masuk!!" Tora menggeser jendela gesernya agar tertutup, tapi mahkluk itu menahannya.

"Hei, jangan takut. Aku tidak akan menyakitimu,"

Tora mundur menjauh dari jendela, jantung nya masih sangat berdetak kencang karena takut.

Mahkluk itu masuk dengan lancar karena Tora tak menahannya lagi. Setelah menginjakkan kakinya dilantai kamar Tora, mahkluk itu mulai berjalan mendekati Tora dan membuat lantai kamar Tora ditinggali jejak kaki berserbuk milik mahkluk bersayap itu.

"M...mau apa kau?!" Tora melangkah mundur menjauhi mahkluk itu namun mahkluk itu terus melangkah maju hendak mendekati Tora.

"Aku mohon jangan takut padaku. Aku datang bukan untuk menyakitimu,"



Langkah Tora terhenti tak bisa mundur lagi, kakinya membentur dan tertahan oleh kaki tempat tidur. Mahkluk itu pun berhenti saat Tora tak melangkah lagi.

"Apa kau bisa dipercaya?!"

"Perrcayalah!" Mahkluk itu kembali melangkah.
"aku sama sekali tak punya niat jahat, aku hanya ingin..."

"Stop!...cukup berdiri disitu saja!" Tora sampai terduduk dikasurnya saat mahkluk itu kembali maju sedangkan ia tak bisa mundur lagi.

Mahkluk itu sedikit terjengit kaget, namun ia menuruti permintaan itu dan melangkah mundur.

"hah!..." Tora mengela nafas sambil menyeka keringat dikeningnya.

"B...baiklah, aku percaya padamu" ucap Tora walau masih ada sedikit keraguan dimatanya.

"Apa?!! Terimakasih!! Akhirnya kau mau percaya. Aku.. aku sangat senang, akhirnya keinginanku terwujud, aku bisa bicara denganmu, Tora!" Mahkluk itu tampak begitu sangat gembira sampai ia terlihat hampir menangis.

"Ha? K-kau tahu namaku?"

"Tentu saja aku tahu, aku 'kan selalu berada didekatmu Tora!"

"Apa?! Siapa kau sebenarnya? Aku tak pernah melihatmu ada didekatku."

"kau tidak mengingatku?..."
wajahnya sedikit tampak murung, lalu melanjutkan kembali kalimatnya dengan sedikit tersenyum,

"Ah, mana mungkin kau mengingatku kan...haha. Aku, mahkluk yang sudah kau selamatkan hidupnya"
Tora tampak bingung.

"Siapa? Aku tak ingat."

"Aku, kupu-kupu yang terperangkap itu..."

"kupu-kupu?? Kapan aku menolong kupu-kupu??"

"Saat kau bermain ditaman Orihime, kau menyelamatkanku yang terjebak didalam kantung plastik ditumpukan sampah dedaunan,"

"Ha? Seingatku aku tidak ketaman manapun belakangan ini,"

"Bukan belakangan ini, tapi sudah sangat lama."

Tora makin bingung,  "Sudah sangat lama?..."
Ia mencoba mengingat-ngingat.

"Ah! Aku ingat. Dulu memang pernah aku menolong seekor kupu-kupu kecil. Tapi  itu waktu aku masih duduk di bangku taman kanak-kanak. Jadi tidak mungkin―"

"Ya! Saat itulah kau menolongku. Ah...ternyata kau masih mengingatnya, aku senang sekali"

"Ha?!" Tora terdiam bingung.

"Sudah sangat lama, aku ingin mengucapkan terima kasih padamu, bahkan aku merasa terima kasih masih belum cukup kuberikan untukmu yang sudah menolong nyawaku.
bayangkan jika aku tak juga bisa keluar dari tempat itu, mungkin aku sudah mati terkurung.
Karena aku mahkluk berbeda darimu, aku tak bisa berbicara dengan bahasamu. Bagaimana bisa aku mengucapkan terima kasih kepadamu sedangkan kau tak mengerti bahasaku. Mengucapkan terima kasih saja aku tak bisa, aku merasa sangat jahat.
Maka dari itu, Aku meminta pada Tertua untuk merubahku menjadi manusia agar aku bisa berbicara denganmu dan kau bisa melihat keberadaanku. Selama aku jadi kupu-kupu kecil, kau tak pernah sadar akan kehadiranku disekelilingmu."

Tora hanya bisa mematung diam seribu bahasa. Ia tak tahu harus mengatakan apa pada kenyataan yang sedang dihadapinya sekarang, begitu mengagetkannya.

Karena rasa bahagianya yang begitu meluap, mahkluk itu tak tahan untuk tak memajukan langkahnya untuk mendekati Tora.

"Anoo...Terima kasih telah menolongku Tora, Terimakasih banyak."

"Y...ya..tapi kau jangan maju lagi"

"Ah, maaf..." Mahkluk itu menggaruk tengkuknya sesaat karena malu, membuat Tora terpana akan senyum malu Mahkluk itu. Namun cepat-cepat ia membuang rasa terpananya karena mengingat itu hal yang aneh baginya. Mahklu itu bukan manusia, bagaimana Aku bisa terpana? Ucap Tora dalam hati.

"Jadi, Kau mengubah wujudmu hanya untuk bisa berbicara denganku?" Tanya Tora untuk mengalihkan sedikit detak jantungnya yang entah sejak kapan berdebar kencang.

Mahkluk itu menatap pada Tora, lalu Ia menggeleng dan menunduk malu, sampai-sampai Tora mengangkat alisnya sebelah melihat tingkah mahkluk itu yang sekarang sedikit aneh.

"Lalu?"

"Ada satu hal lagi yang juga membuatku bertekad bulat untuk menjadi seorang manusia"

"Apa?"

Mahkluk itu kembali menunduk, menatap lantai sambil menggigit bibirnya. Ia sedikit meremat ujung pakaiannya yang baru disadari Tora kalau Mahkluk itu memakai pakaian yang tergolong sangat  minim. Hingga tangan mahkluk itu dapat meremat pinggiran bawah bajunya tanpa harus ia menunduk untuk menggapai pinggiran bawah pakaian nya karena pinggiran baju nya yang terlalu pendek. Kain itu melilit seperti perban menutupi dari sebelah bahu kirinya sedangkan bahu kanan nya terbuka lalu turun melilit dadanya sampai pada... Tora sampai menelan ludahnya saat meperhatikan pakaian mahkluk itu, kain itu hanya menutup sampai paha atas nya saja. Bahkan bisa dibilang hanya sampai bawah...bawah bokongnya saja? Sisanya semua terekspos tanpa kain apapun.

Yabee...apa-apa'an Mahkluk ini? Tora berbisik dalam hatinya.

"Anoo Tora?"

"Ha? He?...ya?!" Baru saja Tora tersadar dari lamunannya saat Mahkluk itu memanggil namanya.

"Kau lihat apa?" tanya Mahkluk itu dengan wajah tanpa dosa, padahal dia sudah membuat Tora berdosa barusan.

"Ha? T..tidak, tidak lihat apa-apa. Aku hanya melihat keluar jendela, bulan nya tampak bagus"

"Begitukah?" Mahkluk itu tak ikut melihat bulan yang ada dibelakangnya, karena ia berpikir masih ada sesuatu yang lebih penting dari itu yang harus ia jelaskan.

"Ah, jadi apa alasanmu sebenarnya?" Kembali bertanya untuk mengalihkan perhatian.

"Itu...sebenarnya karena Aku. Karena Aku...jatuh cinta pada seorang manusia"

"Oh, begitu..." Tora masi menjawab santai sampai tiba-tiba ia terperanjat kaget,

"Apa kau bilang tadi?! Jatuh cinta pada manusia?!"

Mahkluk itu mengangguk.

Tora terdiam. Dalam hatinya ia mengatakan itu aneh tapi tak berani menyuarakannya.

"Memang aneh, tapi aku tak bisa menghapus perasaan ini,"
Tora menoleh kaget menatap mahkluk itu yang seakan mendengar ucapan dalam hatinya tadi.

"Be..begitu" Tora menghela nafas kecil sambil menopang kedua tanganya diatas kasur.
Siapa orang beruntung itu? Disukai oleh mahkluk indah seperti ini, beruntung sekali dia.
Tora tiba-tiba tersentak oleh pemikirannya sendiri barusan. Ia terlihat seperti orang yang cemburu dan juga menginginkan maklhluk itu.
Hei, aku tak menginginkan mahkluk yang tak jelas itu.
Tora mencoba menolak itu.

"Tapi bentukku ini belum sempurna, dan aku membutuhkan pertolongan orang itu,"

"H..ha? ...pertolongan apa?" Ada sedikit rasa kecewa dalam benak Tora karena bukan dia yang dimintai pertolongan.

"Kau lihat tubuhku belum se-sempurna manusia 'kan? Akan bahaya jika aku berkeliaran diluar dengan sayap besar ini menempel ditubuhku"

"yaa...memang aneh jika manusia memiliki sayap,"

"Maka dari itu aku ingin meminta pertolongannya"

"Kalau boleh tau,memangnya kau minta tolong apa?"

"Menghilangkan sayap ini."

"Caranya?!"

Tiba-tiba Mahkluk itu terdiam. Entah salah penglihatan Tora atau bukan, tetapi Tora melihat wajah mahkluk itu sedikit bersemu merah.

"Entah apa yang dipikirkan Tertua dengan memberikan syarat seperti ini, tapi bagaimana pun aku harus melakukannya demi menjadi manusia seutuhnya."

"Memangnya apa syaratnya?"
Mahkluk itu sedikit menggigit bibirnya sambil mengerling ke arah lain sebelum ia menjawab.

"Aku harus dicium oleh orang yang kusukai, maka sayapku akan menghilang,"
Tora membelalakkan mata karena kaget mendengarnya

"S..souka?! Ada ya persyaratan seperti itu?"
Sesungguhnya Tora sangat kaget mendengar itu.

"Tapi, ituu kan bukan aku yang meminta seperti itu..."


Mahkluk itu bergerak refleks membelakangi Tora karena malu, kibasan sayapnya menciptakan angin yang dapat menerbangkan helai-helai rambut Tora. Senggolan sayapnya yang lebar itu mampu menjatuhkan lampu meja belajar Tora ke lantai karena terkena sayap mahkluk itu saat ia bergerak tadi.


Lampu meja itu patah tergeletak dilantai sampai bohlamnya pecah.

"Ah! M..maaf!!" Mahkluk itu buru-buru membungkuk memungut lampu meja itu.

"Bagaimana ini, lampunya rusak. Maafkan aku, aku sungguh ceroboh." Mahkluk itu menunjukan lampu itu pada Tora dengan wajah penuh penyesalan.

"Tidak apa-apa, letakan saja disitu haha,"
Tora menoleh kesamping memalingkan wajahnya dari hadapan Mahkluk itu.

Siaal...apa yang kulihat barusan? Paha mulus? Kaki jenjang? T..tidakkah tadi bokongnya sedikit terlihat saat ia membungkuk?

Beruntung sekali orang yang disukainya itu, walau bukan manusia, Tapi kalau dicium mahkluk indah seperti itu siapa yang akan menolak? Ah, bukanya setelah dicium maka dia akan berubah jadi manusia seutuhnya?
Beruntung! Benar-benar beruntung.

Aargh...apa sih yang kau pikirkan Tora! Tidak, tidak, tidak... aku baru bertemu Dia hari ini, dan baru beberapa jam. Tidak mungkin aku.... Aaaakh..tidak, ti―

"Tora!!" Entah sejak kapan mahkluk itu sudah berdiri sangat dekat dihadapannya, menyadarkan Tora yang sedari tadi sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Uwaa...a..apa?! Kenapa kesini?!"

Tora sampai terlonjak kaget begitu menyadari kehadiran Mahkluk itu didepannya.

"Tora, maukah kau..."
Mahkluk itu kian mendekat membuat Tora harus mengangkat kakinya keatas tempat tidur lalu bergerak mundur

"Hha? A-apa?" Mendadak Tora jadi was-was

"Maukah kau menciumku?" Tora tak bisa bergerak lagi karena ia sudah tertahan oleh kepala tempat tidur dengan Mahkluk itu yang sudah berlutut tepat didepannya.
Sedang menatapnya dengan wajah memohon.

Tora hanya bisa mematung.
Kali ini ia memperhatikan baik-baik wajah itu yang berada sangat dekat dengannya.
Matanya memang indah, bewarna kehijauan bening. Bibir itu basah mengkilap, seperti siswi-siswi disekolahnya yang selalu memakai lipgloss.
Tora merasakan suhu tubuhnya meningkat. Jantungnya makin berdebar.
Ia menelan air liurnya gugup.

"Tora..."
Makhluk itu memanggil karena ia butuh jawaban.


"K-kenapa aku?"

"Karena orang yang kusukai adalah Tora."

Tampak wajah mahkluk itu yang merah padam menahan malu. Sedangkan Tora terperangah kaget. Beberapa saat keduanya saling diam lagi dan ruangan menjadi sunyi. Hanya serbuk disayap Mahkluk itu yang terus rontok seperti butiran salju yang turun, tampak lebih berkilau lagi karena terpaan sinar bulan.
Setelah beberapa saat terdiam,Mahkluk itu bergerak bangkit dari atas tempat tidur Tora dan berniat pergi.
Wajahnya tampak kecewa.

"Maaf jika aku telah memaksamu, padahal kau tidak menyukaiku, dan tentu saja kau tidak menyukaiku. Kau baru melihatku hari ini."

Kini Mahkluk itu sudah berdiri tegak dilantai dengan wajah yang sedih. Dan dia hampir saja menginjakkan kakinya lagi di bingkai jendela hendak keluar kalau Tora tak mengeluarkan suaranya.

"Bukan karena itu, tapi..." Tora bingung mau menjelaskannya bagaimana, tidak mungkin ia bilang kalau ia terdiam tadi karena terlalu kaget bahkan hampir shock karena ternyata dia orang yang disukai mahkluk itu. ditambah lagi ia meminta pertolongan jenis langka begitu.

“lalu apa?”

“E..emm..aku hanya kaget saja, ternyata aku orang yang kau sukai itu”

“Ja..jadi?...bagaimana?...”
Mahkluk itu terdiam memperhatikan saat Tora bangun dari tempat tidur lalu mendekati mahkluk itu.

Sebenarnya pertahanannya sudah rubuh dari tadi, namun ia butuh sedikit lagi saja penjelasan, dengan begitu ia bisa menikmati hidangan didepannya dengan nikmat.
Tora menarik dagu mahkluk itu dan langsung menciumnya, membuat mahkluk itu kini yang mebelalakkan matanya.
Setelah itu Tora menarik kembali bibirnya.

Tora dapat melihat wajah mahkluk itu yang sudah merah padam, lalu ia melihat ke arah belakang tubuh mahkluk itu.
ujung sayapnya mulai berubah menjadi debu dan ditiup angin.

Sedanggkan mahkluk itu hanya menunduk diam.

"Lihat, sayapmu sudah mulai hilang"

Mahkluk itu hanya diam, ia ingin mengatakan sesuatu tetapi seperti tak berani mengatakannya.

"Hei,kenapa diam saja? tidakkah kau senang?"

"Ya, tapi..."

"Hm? apa?"

"Tapi menghilangnya hanya sampai disitu saja."

"Maksudmu?"

"Maaf, tertua memberikan syarat yang sangat aneh, tapi aku tak punya cara lain..."

"Ya, ya aku mengerti. Tapi apa maksudnya itu?" potong tora

"Sayapku akan berhenti menghilang, saat kau berhenti menciumku,"

"Apa? Jadi aku harus?...b..berulang-ulang!?"

Saga mengangguk seperti mengerti apa maksud ucapan terpotong Tora itu.

"Oh, sepertinya aku harus mengucapkan terima kasih banyak pada tertuamu." Senyum Tora.

Saga makin memanas wajahnya mendengar itu. Ia makin menundukkan wajahnya merasa sangat malu.


Kembali Tora mendekat pada makhluk itu, Tora dapat melihat wajah makhluk itu tampak tegang.
Tora menarik pinggang makhluk itu dengan tangan kirinya lalu mendorong kepala makhluk itu yang membuat bibir mereka seketika menempel.

Makhluk itu sempat tersentak tapi ia berusaha mencoba bertahan. Sayapnya kembali bereaksi berubah menjadi abu.

Dengan waktu yang dibutuhkan cukup lama begini, Tora tak bisa hanya menempelkan bibirnya saja, itu jadi terlihat aneh baginya.
Maka ia mulai menggerakkan bibirnya, menghisap bibir bawah makhluk itu, menggigitnya lalu menghisapnya lagi berulang-ulang.
Ciuman itu makin dalam seiring dengan sayap mahkluk itu yang terus rontok sampai kini tinggal setengahnya.

Mahkluk itu memeluk erat tubuh Tora untuk menahan tubuhnya yang mulai lemas, kakinya sudah bergetar serasa tak sanggup untuk berdiri lagi.

Keduanya sedang diliputi hawa panas yang diciptakan dari tubuh mereka masing-masing.

"Nnghhm..."
Hingga tanpa sadar makhluk itu mengeluarkan suara yang membuat Tora terpancing untuk melakukan lebih.

Tora memsukkan lidahnya menjelajah didalam mulut mahkluk itu.

Tapi tiba-tiba ia terhenti.
menjauhkan bibirnya lalu menatap mahkluk didepannya yang sedang ngos-ngosan.

Dengan bibir yang basah dan wajah merah padam mahkluk itu bertanya,
"Hh..hh..a...ada apa?"

Tora tersenyum
"Sedari tadi kita bertemu tapi aku belum mengetahui namamu"
Tora mencoba membuat sedikit jeda agar ia tak membuat mahkluk itu mati kehabisan nafas nantinya.

"Ah...hh..hh...nama?" Saga mencoba memfokuskan matanya yang mulai sayu untuk melihat Tora.

"Hm.."

"Namaku Saga" jawab Saga sambil menatap dalam kedalam mata Tora.

"Saga ya, nama yang cocok untuk orang cantik dan seksi sepertimu,"

Seketika saga dibuat merah padam lagi wajahnya, tanpa mengatakan apapun lagi Tora mlanjutkan kembali tugasnya.

Aktivitas panas itu kembali berlanjut.
Kembali Saga memeluk erat tubuh Tora agar tak terjatuh, ia ikut kemana Tora mendorongnya. Tidak, bukan dorong, tetapi gerakan tubuh mereka masing-masing yang membuat mereka terdorong kesana-kemari karena terlalu masuk dalam dunia mereka hingga tanpa sadar keseimbangan tak teratur sampai keduanya terjatuh diatas tempat tidur saat kaki saga menabrak tempat tidur dengan kaki nya yang sudah lemas itu.

Secara otomatis ciuman mereka terlepas.
Mereka saling pandang dalam diam dengan helaan nafas yang berat.

Baru disadari Saga saat ia terjatuh tadi, tak ada apapun lagi yang menghalangi punggungnya.

"Sayapnya?" Saga segera mendorong tubuh Tora yang berada diatasnya lalu duduk dan meraba punggungnya.

"Sayapnya sudah hilang!!" seru Tora sambil tersenyum

Tetapi entah mengapa wajah Saga masih sedikit tampak tak bahagia, membuat Tora bertanya...

"Kenapa wajahmu masih sedih?"

"Ha?...em...tidak apa-apa. Aku sangat bahagia kok. Terima kasih ya..." Saga menunjukkan senyum lebarnya.
lalu diam-diam ia menyentuh mata kirinya yang tertutup poninya yang bagaimanapun juga disadari oleh tora karena Tora berada dihadapannya.

"Kenapa matamu?"  Tora coba menarik tangan Saga namun Saga menggeleng cepat untuk menghindarinya.

"Kenapa sih matamu? Tunjukan padaku!" kali ini Tora menariknya dengan sedikit kuat hingga tangan Saga pun terlepas dari matanya.
Tora terdiam saat ia melihat apa yang ada dibalik poni Saga.

"Apa ini?"

"Ini konsenkuensi yang harus aku terima setelah aku berhasil berubah.sebelah mataku tak akan bisa melihat dan ditutupi dengan ini"
Saga menyentuh mata kirinya yang ditutupi sebentuk sayap kupu-kupu yang hanya sebelah.

Tora sedikit terperangah,
"Souka...tapi kau masih bisa melihat dengan matamu yang sebelah lagi 'kan?"

Saga mengangguk.

"Syukurlah, lagipula dengan sayap bewarna ungu yang menempel di matamu itu kau masih tetap cantik kok, malah lebih cantik."

Ucapan Tora itu membuat Saga tersipu.
"B..benarkah? Terima kasih."

"Oh, iya aku baru ingat sesuatu."

"Apa?"

"Jadi yang selama ini membantuku dalam bahaya apapun dengan serbuk berkilauan itu adalah kau? saat disekolah juga,yang menebar serbuk kemata maria saat menggodaku itu juga pasti kau 'kan?"

Saga membuang mukanya kesamping untuk menutupi wajah malunya,
"Huh, masih tanya juga?"

"Jadi kau benar-benar menyukaiku ya sampai cemburu begitu"

Saga masih mempertahankan posisinya untuk tak menghadap Tora karena ia merasa malu sekali.

"Sudah ah, jangan menggodaku terus!!" Saga bangkit dari tempat tidur hendak menuju keluar, tetapi langkahnya terhenti karena Tora menarik tangannya.

"Mau kemana?"

Wajah saga tiba-tiba menjadi bingung.ia menggaruk pipinya kebingungan.

"Err...tidak tahu"

Tora mendekati Saga dan menarik tangannya kencang.mendorongnya kekasur hingga terlentang

Saga sampai menahan nafas akan pergerakan Tora yang tiba-tiba itu

"Ada apa?"

"Jadi bagaimana kalau kita lanjutkan yang tadi?" Tora mengangkat sebelah alisnya.

Saga langsung memalingkan wajahnya kesamping dengan wajah merah padam.

Tanpa mau mendengar apapun protes yang keluar dari mulut Saga nantinya, Tora langsung saja memegang pipi Saga dengan sebelah tangannya dan menghadapkan wajah Saga ke wajahnya. Saga hanya menggigit bibir bawahnya dengan diam. Tora mendekatkan wajahnya hingga bibirnya menempel pada bibir Saga. Merasakan Saga tak protes atau memberontak, Tora mulai menggerliakan tangannya ditubuh Saga dengan tangannya yang satunya.
Menyentuh pakaian itu yang baru ia ketahui sangat lembut seperti sutra, hingga dengan mudah Tora dapat menyobek helaian kain itu.

"To-mmph.."
Saga ingin mengeluarkan suaranya tetapi begitu susah dilawan dengan Tora yang energinya sedang diatas puncak.

Tora melepas tangannya yang tadi ia gunakan untuk memegang pipi Saga kini ia gunakan untuk menahan kedua tangan Saga yang dikunci diatas kepala Saga agar tak mengganggunya.



Angin bertiup kencang memasuki ruangan itu.
Menerbangkan serbuk-serbuk yang tadi berserakan dilantai kini berterbangan diseluruh ruangan kamar Tora.
Dengan terpaan sinar rembulan, serbuk mati itu tampak kembali berkilau.
Menghiasi sepasang anak manusia yang kini sedang memadu kasih.


OWARI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar