Title : Brother relationship
Written by : Sachi
Chapter : 8/?
Fandom: Alice Nine, OC.
Pairing(s): Tora x Saga, Shou x Saga, more to come.
Genre: AU, Drama gaje, ancur-ancuran, crack gagal.
Rating: T
Disclaimer: Tora is mine.
*Yang percaya saya ucapkan terima kasih banyak*
(Dibakar idup-idup)
* * *
Di pagi hari itu datanglah dua orang tamu yang memang sudah ditunggu kedatangannya.
Seorang pria berwajah ramah juga sedang tersenyum ramah pada penghuni rumah.
Disebelahnya, ada anaknya yang duduk sambil mengemut permen lolipopnya, kedua kakinya ia naikkan ke atas sofa dan duduk melipat dengan tangan yang juga ia lipat didepan dada.
Sesekali tangannya memegang gagang lolipop sekedar untuk mengubah posisi lolipop didalam mulutnya.
Lalu ia kembali melipat tangannya.
Shou yang duduk dihadapan mereka terdiam sambil mengerutkan kening melihat sikap anak didepannya itu.
"Dia Hiroto anak paman??"
Shou bertanya pada ayah si anak, ia lalu menoleh ke samping melihat ibunya.
"Dia sepupu yang ibu ceritakan?"
Ibu Shou mengangguk anggun.
"Ahaha... iya ini anak paman,"
Ayah Hiroto mendekat pada anaknya lalu menyikut lengan anaknya itu dan berbisik,
"Sapa Shou-niichan!"
Bocah itu menoleh dan melihat pada Shou, wajahnya cemberut malas.
"Yo!"
Ia mengangkat satu tangannya untuk menyapa, setelah itu langsung membuang muka ke arah lain.
Shou yang melihat hanya mengerjapkan mata beberapa kali. Padahal ia sempat tersenyum tadi untuk menyapa anak itu namun seketika senyumnya hilang melihat sikapnya yang sepertinya tak ramah.
"Silahkan minum, Ogata-nii,"
Ibu Shou mempersilahkan ayah Hiroto untuk minum.
"Ya, terima kasih. Ngomong-ngomong jam berapa suamimu pulang?"
Kedua orang tua itu berbincang-bincang masalah kehidupan mereka karena sudah lama juga tidak bertemu.
Hiroto bangkit dari sofa itu merasa tak penting mendengar perbincangan antar orang tua itu.
"Mau kemana Hiroto??"
"Mencari tempat santai yang enak,"
Hiroto menjawab sambil tetap melangkah tanpa menoleh ke ayahnya.
Ia mencari sendiri di bagian rumah itu yang bisa digunakan untuk bersantai dengan aman tanpa gangguan walaupun ia baru pertama kali datang ke rumah itu.
Ia memang suka mencari sendiri sesuatu yang baru dan tak suka bertanya pada orang lain.
Hiroto menemukan teras samping rumah, ada dua bangku kayu dengan satu meja kecil ditata ditengah di antara dua kursi kayu itu.
Hiroto duduk disalah satu bangkunya dan mengeluarkan game portable dari dalam sakunya.
Permen lolipop masih ada dalam mulutnya, ia pindahkan kesamping permen itu hingga membuat pipinya menggembung sebelah.
Matanya sudah fokus menatap layar
game portablenya dan mulai memainkan jari-jarinya di atas tombol kontrol.
Ia sudah memasuki dunianya sendiri sampai tak menyadari Shou berdiri di pintu memanggilnya.
"Hei!!"
Panggil Shou ke sekian kali dan kali ini dengan nada sedikit kesal karena panggilannya terus di abaikan.
"Apa sih!?"
Hiroto menjawab dengan ketus. Ia sama sekali tak menoleh. Matanya terus fokus pada layar gamenya.
"Tidak ada, tadinya mau mengobrol denganmu, tapi melihat aku sepertinya di abaikan terus, ya tidak jadi."
"Ck,"
Hiroto hanya mendengus, ia benar-benar tak menoleh sedikitpun. Malah jari-jarinya makin bergerak lebih kencang di atas tombol gamenya, ia terlalu seru memainkan permainan itu. Benar-benar tak mau diganggu.
Saat Shou kesal dan hendak membalik tubuhnya untuk masuk kembali kedalam rumah, ia mendengar beberapa suara yang familiar ditelinganya, tengah ribut di ruang depan.
"Tora? Saga?"
Tebaknya, dan seketika mereka langsung muncul dihadapannya dengan wajah sumringah tengah menuju ketempatnya.
"Hei, Shou-nii, sudah bertemu anak paman Ogata!?"
Shou menggaruk kepalanya sesaat dan tersenyum terpaksa.
"Ya, ada diluar... silahkan kalian berkenalan."
Shou menunjuk ke arah belakangnya.
Tora dan Saga langsung menuju teras itu dan suara sapaan Saga membuat Hiroto sangat terganggu.
"Huaaa... kamu anak paman Ogata? Kawaiii"
Hiroto langsung meng-pause gamenya lalu menaikkan bola matanya menatap jengkel pada Saga.
"Siapa kau!?"
Saga terkejut melihat sikap anak itu.
"Aree... aku Saga, anak dari kakak ibumu..."
"Cih, tidak penting."
Hiroto kembali memainkan gamenya.
"Oii... sombong sekali kau bocah!!?"
Tora langsung tersulut emosinya melihat orang bersikap sombong seperti itu seolah-olah lebih kuat darinya.
Hiroto kembali mem-pause gamenya dan menatap Tora.
"Kau siapa lagi!? Manusia macan, mau mengaku sebagai anak saudara ibuku juga!? Dan kita saudara sepupu begitu?"
Seketika urat-urat disekujur tubuh Tora menegang.
"Siapa yang mau jadi saudara sepupu dengan bocah sombong sepertimu!? Rambut dikeritingkan, memangnya kau kerabat singa Afrika!?"
Hiroto makin menanjak emosinya.
Ia naik keatas kursi yang ia duduki hingga tingginya jauh melibihi tiga saudara sepupunya yang ada disitu.
"Suka-suka aku dong, ada masalah!?"
Tora yang tak mau kalah juga ikut-ikutan naik ke atas kursi.
Ia menaiki kursi satunya dan bertolak pinggang melotot pada Hiroto.
"Kau mau sok tinggi ha!?"
"Cih, walaupun kau tinggi kau pikir aku takut!!?"
"Cih, sialan kau bocah!!"
Tora langsung menarik kerah Hiroto yang langsung bisa ditepis Hiroto hingga tangannya terlepas dari kerah baju Hiroto.
Tora sangat marah hingga ia mau menonjok anak itu namun langsung dicegah Shou dan Saga.
"Hei, hei, Tora jangan!!"
Saga menahan tangan Tora.
Shou berada ditengah diantara Tora dan Hiroto merentangkan kedua tangannya untuk mencegah mereka berkelahi.
"Sudah, sudah, jangan berkelahi. Kau juga Tora, sama anak SMP saja kau lawan."
"Cih, bagaimana tidak ku lawan, dia sombong begitu."
Tora turun dari kursi itu dan masuk kedalam.
Niat awalnya untuk bertemu sepupunya yang lain dengan hati gembira malah jadinya begini.
Hiroto hanya mendengus lalu ia kembali duduk dan mulai memainkan kembali gamenya.
Saga dan Shou salaing melihat, mereka berdua mengangguk lalu sepakat untuk meninggalkan Hiroto sendiri.
Daripada di ajak bicara lagi, yang ada mereka ikut marah seperti Tora nantinya.
Shou dan Saga melangkah kedalam.Shou melihat tak ada Tora disekitar mereka, entah kemana dia, mungkin ketempat ibu dan pamannya? Tiba-tiba ia memanggil Saga.
"Hei, Saga!"
Saga menoleh,
"Apa Shou-nii?"
"Kita kekamar ku saja yuk, main piano."
"Eh, boleh. Ayo!"
Mereka berbelok lalu menaiki tangga menuju kamar Shou. Serasa mendapat keberuntungan hari ini, Shou tak bisa menyembunyikan senyum lebarnya.
"Bagaimana kalau kita berduet?"
"Oke!"
Saga dengan semangat duduk di bangku piano klasik bewarna coklat tua itu, disusul Shou duduk disampingnya. Karena beruntung bangku itu agak panjang hingga bisa diduduki dua orang walau agak dempet namun itu yang membuat Shou sangat senang.
"Mau memainkan lagu apa!?"
"Simfoni no.5 Beethoven!?"
Tanya Shou?
"Oke,"
"Mulai!!"
Keduanya menarikan jari-jari mereka di atas tuts-tuts piano dan tersenyum dengan gembiranya.
Saga tersenyum gembira karena kebahagiaannya memainkan piano, dan Shou tersenyum bahagia oleh hal yang lain. Yang pastinya menyangkut soal Saga.
Tora mendengar suara dentingan piano itu.
Ia mengeluarkan tangannya yang memegang remot TV dari balik punggungnya, ia pikir Shou dan Saga akan menyusulnya ke ruang TV dan berebut remot TV dengannya, karena ia ingat saat masuk melewati ruang TV itu, ada acara TV kesukaan Shou hari ini. Jadi ia buru-buru mengambil remot TV dan menyembunyikannya debelakang punggungnya untuk membuat Shou kesal.
Tapi kenyataannya tidak berjalan sesuai rencana. Shou dan Saga tidak melewati ruang TV.
Ia tahu piano dirumah Shou dipindahkan kekamar Shou semenjak ia masuk kuliah seni musik.
Dan sekarang piano itu berbunyi, pasti ada yang memainkannya 'kan?
"Cih, sial!!"
Tora cepat-cepat berdiri dari sofa dan berlari ke kamar Shou.
Ia membuka pintu kamar Shou tanpa mengetuk atau memanggil orang pemilik kamar saking ia takut Shou melakukan sesuatu pada Saga. Walau hal sekecil atau sewajar apapun sebagai saudara sepupu ia tetap tak rela jika itu Shou yang melakukannya.
Namun sialnya ia tak bisa mengatakan terang-terangan ketidakrelaannya itu, terlalu aneh dirasa pada Saga.
"Wow, sedang main piano ya, ikut dong!"
Tora langsung menyerobot duduk disamping Saga dan mendorong Saga hingga Saga tergeser dan membuat Shou hampir jatuh karena ikut terdorong oleh ulah Tora.
"Apa sih, kau Tora! datang-datang menggaggu saja."
"Aku 'kan mau ikut main piano. Iya 'kan Saga?"
Tora kaget melihat wajah Saga yang cemberut.
"Apa sih, Tora-nii mengganggu saja. Datang langsung serobot tempat duduk saja, kalau mau ikut main minta baik-baik dong,"
"Lho, Saga kok gitu? Memangnya nii-chan tidak boleh ikut main?"
"Bukan tidak boleh, tapi caranya tidak begitu."
"Ya maaf, deh, habis Nii-chan takut terjadi hal yang tidak di inginkan, jadi ya harus cepat-cepat bertindak."
"Apa sih?"
Saga tak mengerti dengan apa yang dimaksud Tora. Akan tetapi ia tak memikirkan itu. Jarinya mulai kembali memainkan tuts piano.
"Ayo, Shou-nii kita mulai lagi..."
"Lho, nii-chan tidak di ajak main!?"
Tora tampak mulai berisik lagi.
"Memangnya Tora-nii bisa amin piano!?"
Tora menggaruk tengkuknya.
"Tidak sih,"
"Ya sudah, sana dengarkan kami main saja."
Saga menyuruh Tora untuk pindah duduk ke tempat lain agar Shou bisa kembali duduk di bangku panjang itu dan melanjutkan main piano.
Tora duduk di pinggir kasur dengan wajah masamnya.
Sebelum memainkan jarinya dia atas tuts piano, Shou menyempatkan diri untuk menoleh pada Tora yang sudah pindah tempat duduk di pinggir kasur untuk memperlihatkannya sebuah senyum kemenangan.
"Apa-apa'an muka jelekmu itu!!"
Tora langsung melempar bantal ke wajah Shou yang kena telak.
Shou yang tak terima langsung bangkit hendak membalas perbuatan Tora.
"Sialan kau macan!!"
Ia membawa bantal yang tadi kena ke wajahnya untuk balas memukul wajah Tora.
"Wajahmu yang sialan, kau mengejekku 'kan!?"
Tora menahan serangan bantal dari Shou, dengan tangan kirinya ia mengambil bantal yang lain dan memukul wajah Shou.
"Hei, kalian apa-apa'an sih! Seperti anak kecil. Sudah hentikan!!"
Saga berada ditengah-tengah mereka untuk melerainya, namun Tora dan Shou seperti tak menggubris.
Pertarungan malah makin sengit, saling memukul wajah tanpa henti.
Akibat posisi Tora yang tidak beruntung karena ia duduk sedangkan Shou berdiri, maka Shou lebih bisa mengeluarkan tenaganya penuh hingga membuat Tora jatuh kebelakang hingga terlentang akibat dorongannya.
Secepat kilat Shou naik ke atas tempat tidur dan menginjakkan kakinya di atas perut Tora.
"Yeahh... hahahaha.... kau berani melawanku!!?"
"Uhuk!! Woy!! Kau mau membunuhku ha!?"
"Hanya di injak tak akan membuatmu mati,"
"Shou-niichan!! Hentikan!"
Shou menatap ke arah Saga.
Matanya memicing seperri kerasukan setan.
"Diam dan duduk manis disana! Ini pertarungan harga diri."
"Hah! Terserah kalian sajalah,"
Saga yang capek akhirnya menyerah.
"Woy! Pindahkan kakimu dari perutku yang sixpack!! Aku membentuknya berbulan-bulan kau tahu."
"Oh ya? Mungkin kalau ku injak begini akan tambah datar. Sepertinya bagus."
"Sialan kau mata jengkol!"
Tora memegang kaki Shou lalu mengangkatnya dengan kekuatan penuh membuat Shou kehilangan keseimbangan dan akhirnya jatuh.
Tora cepat-cepat bangkit dan duduk di atas perut Shou.
"Yeaahh! Sekarang siapa yang kalah!!?"
Dengan kakinya Tora menginjak pergelangan tangan Shou di sisi kiri dan kanan nya agar tak bisa melawannya.
"Uhuk!! Woy!! Lepaskan tanganku!! Tanganku mulai kesemutan!"
"Dasar kau kakek-kakek! Hahaha...
Karena kau sudah menginjak perut sixpack-ku sekarang akan kubalas kau.
Tora menoleh pada Saga.
"Saga, tolong ambilkan spidol!"
"Ambil saja sendiri, aku tak ikut main dengan kalian."
Tanpa menoleh Saga tetap memainkan piano Shou, memainkan musik bertempo cepat suasana terlihat makin membara.
"Saga kalau kau mau ambil spidolnya, setelah ini selesai akan ku traktir kau pizza dengan topping rasa kebab yang baru dirilis kemarin,"
Saga menghentikan permainan pianonya lalu menoleh ke arah Tora.
"Benarkah!?"
"Jangan percaya padanya Saga, kau dibohongi. tak ada pizza rasa ke- mphh.."
Tora menutup mulut Shou dengan telapak tangannya yang selebar daun talas.
Tora tersenyum ke arah Saga,
"bagaiman? mau 'kan?"
Dalam Hati Shou merapal mantra.
"jangan mau Saga, jangan mau," berulang-berulang.
Ia mulai meringis merasakan tangannya kesemutan terlalu lama di injak Tora.
"Oke!"
Saga beranjak dari tempat duduk, ia mngerlingkan matanya mencari dimana Shou menyimpan spidolnya. Ia mengambil spidol di meja belajar Shou di dalam laci.
Seketika Shou merasa seperti cermin yang retak, lalu pecah dan jatuh berkeping-keping.
"Oke, Shou, aku tahu cewek-cewek di kampus selalu suka akan senyuman manismu, maka dari itu aku akan membuat senyummu tambah manis.
Ah, Saga memang pintar ya, pas sekali mengambil spidol merah."
"Hu!? Semua spidol didalam laci Shou-nii bewarna merah."
Saga jadi penasaran apa yang akan dilakukan Tora, tanpa sadar ia seperti ikut menganiaya Shou karena tak melarangnya sedikitpun lagi tapi malah menonton.
Tora mulai menggerakkan mata spidol di atas garis bibi shou, mengikutinya sampai pada sudut bibirnya ia malah melewati sudut itu dan menarik garis warna merah itu sampai telinga Shou.
"Oi, Tora!! Sialan, kau apakan wajahku!?
Cukup! Kalau kau melakukannya lagi akan kubeberkan rahasia mu!?"
"Hm.. rahasia apa? Sepertinya aku tak pernah cerita apa-apa padamu."
Tanpa peduli, Tora lanjut mewarnai pipi Shou membentuk senyum nan lebar.
membuatnya tak bisa menahan tawanya.
hingga akhirnya tawanya meledak.
"Hei, Saga, kau tak tahu 'kan, waktu SMP dulu si macan mesum ini masuk ke kamarmu diam-diam dan mengambil pakaian dalammu."
"APA!!!!???"
Keduanya berteriak apa.
Tora berteriak karena tak menyangka Shou tahu perbuatan bejatnya.
Saga berteriak karena ia Shock mengetahui Tora berbuat seperti itu.
Saga langsung menatap macan yang seperti sudah ketakutan itu dengan matanya yang melotot lebar.
"Dasar macan mesuuuuummm!!!"
Dengan sepenuh hati jiwa raga Saga menjambak rambut Tora dan menggoyang-goyangkan kepala tora maju mundur tak peduli yang punya kepala akan pusing seperti habis naik jetcoaster.
Yang jelas ia marah dan malu.
Kesempatan itu di ambil Shou untuk melepaskan diri.
"Rasakan akibat ulahmu macan mesum. Huhf, pergelangan tanganku sakit sekali."
Shou mengurut sedikit pergelangan tangannya lalu siap membalas perbuatan Tora padanya.
"S...saga... aku minta maaf.. arrgh..."
"Tak ada maaf bagimu..."
"Ya, teruskan saja Saga..."
"Hei! kau jangan mengompori..."
Tora menjambak rambut Shou lalu mencekik leher Shou, tak terlalu kuat, hanya untu menyalurkan kekesalannya saja.
"Aarghh! Kau masih juga.."
Shou membalas mencekik leher Tora.
Dengan Saga yang masih menjambak rambut Tora dan menguncang-guncangnya.
Mereka bertiga berkerumun disitu.
"Arrgh.. aku minta maaf.. aku minta maaf..."
"Kalian dipanggil ke ruang makan..."
Saking serunya mereka menyiksa satu sama lain sampai tak menyadari seseorang berdiri di ambang pintu dengan wajah malasnya.
Malas menyaksikan keajaiban didepan matanya itu.
"KALIAN DI PANGGIL KE RUANG MAKAN!!!"
Untungnya telinga mereka masih berfungsi mendengar suara keras.
Ketiganya langsung terhenti dan menoleh ke asal suara.
"Hiroto!!??"
Setelah berteriak cukup keras tadi, Hiroto langsung pergi dari depan kamar itu masih dengan tampang malasnya.
Tsuzuku.
Hoh! saya telat.
BalasHapusYappari Hiroto-kun!
ya sudahlah, biar ntar Shou-san gak sedih-sedih amat kalo gak dapet Saga-sama.
Demo ne Sachi-san, itu tadi setingnya dimana sih? aku kira di rumahnya Shou-san, tapi kok tiba-tiba jadi di kamar Saga-sama?
Oh iya!
BalasHapusIya itu di kamar Shou.
Haduuh...
Ga di edit dulu sih langsung di post.
T.T
Ngetiknya buru-buru sih tadi, ga fokus.
XDa