Title : The Mask
Chapter : 02/??
Written by : Sachi
Fandom : Alice nine, The gazette.
Pairing : ShouxSaga, ToraxSaga
Rate : T
Genre : AU, Drama, fantasy(?)
Summary : “Hei, sedang mencari seseorang?”
Tora tersentak lalu dengan refleks memutar
tubuhnya kebelakang dan di situlah dia melihat
orang yang sedang ia pertanyakan keberadaannya
ada didepannya kini.
Disclaimer : Mereka bukan milik saya, mereka
milik orangtua masing-masing.Cerita nya baru sah
milik saya.
Comment : Saya raguuuu... (=~=)
~The first meeting~
Setibanya dirumah Tora langsung merebahkan
dirinya diatas kasur tanpa mengganti seragamnya
terlebih dahulu.
Tora menghela nafas
, menatap langit-langit kamarnya. otaknya mulai
memutar kembali apa yang dilihatnya saat pulang
sekolah tadi diparkiran sekolah.
Saga, orang yang kini sedang merasuki
hatinya.orang yang sedang menguras hampir
semua isi otaknya, terlihat pulang bersama shou
pacarnya.
Siapa yang tidak kenal shou? Anak direktur
sekolah, selalu dielu-elukan namanya oleh siswi-
siswi sekolah.
Berpacaran dengan Saga,
pasangan paling serasi menurut warga sekolah.
Bodohnya Tora kenapa baru menyukai saga
sekarang, lebih tepatbya ia baru menyadari
perasaannya sekarang.Disaat dia sudah jadi milik
orang lain.
Itu karena sifat cueknya, Tora awalnya sama
sekali tak memperhatikan Saga, bahkan tak tahu
yang mana orangnya.
karena ia jarang mengenal
siswa-siswa dari kelas lain.
Ia lebih suka berdiam diri dikelas sambil main
game atau sekali-sekali saja pergi kekantin.
Namun, setelah berita heboh yang menggeparkan
satu sekolah itu keluar, Tora mau tak mau jadi
mendengar apa yang dibicarakan siswa-siswi
disekolahnya. Bahkan teman dekatnya Reita
dan Aoi ikut membicarakannya, bagaimana ia bisa
menghidar dari berita yang menyatakan 'prince
Shou telah menemukan princessnya itu?'
Membuat Tora jadi sedikit penasaran, ia mencari
tahu yang mana orang yang telah menjadi pacar
Shou itu dan gawat! Tora langsung jatuh hati
begitu melihatnya.
Lama kelamaan Tora jadi sering
memperhatikannya dan semakin lama pula
perasaannya makin menjadi-jadi pada pemuda
cantik itu.
Perlu diketahui Saga berjenis sama dengannya,
namun entah kenapa ia seperti perempuan.
Wajahnya cantik, kulitnya sangat putih dan
tubuhnya kurus seperti perempuan dan kakinya
panjang karena tubuhnya memang tinggi.
Oleh karena fisiknya itu ia terkadang dipanggil
princess oleh para siswi-siswi sekedar untuk
menggodanya.
Dan kini Tora tamapak menyesal.
"Ck! Baka Tora!!"
Tora merutuki dirinya sendiri.
***
Minggu sore pukul 16.00 adalah waktu yang
sudah
ditentukan mereka untuk pergi ke Game center.
Tora baru selesai memakai sepatu sneakernya
ketika bunyi klakson mobil terdengar dari depan
pintu rumahnya.
Segera ia keluar dari kamarnya menghampiri
kedua temannya yang sudah menunggu didepan
rumah.
Tora menyapa mereka sambil masuk keedalam
mobil hitam tersebut dan
merekapun melaju ke daerah shibuya.
* * *
Tiba ditempat tujuan, mereka langsung menuju
ketempat yang sudah mereka rencanakan. Masuk
ke Game center dan bermain sepuasnya disana.
Tak terasa hampir dua jam mereka berada di
sana.
Perut mereka pun mulai meraung minta di isi.
Mau tak mau mereka menghentikan permainan
mereka untuk mengisi perut mereka yang kosong.
Sehabis mengisi perut mereka, mereka ingat ada
tugas yang lebih penting untuk segera mereka
laksanakan.
Mencari bahan untuk properti drama mereka, itu
yang mereka utamakan seharusnya, bukan malah
bermain game.
Tapi namanya juga Tora dan kawan-kawan,
mereka suka membuat tugas apa saja menjadi
santai, yang penting hasil akhirnya ada. Mau
mereka jungkir-balik sekalipun mencari bahan
yang penting mereka puas bermain game dulu
baru setelah itu tugas sekolah mau apapun itu.
"Ayo cepat kita cari bahannya... nanti bahaya
kalau kita tak membawa bahan itu besok,
pementasannya tinggal beberapa hari lagi."
Ucap Tora memperingati.
"Ya, ya. Di antara kami kau itu yang kadar
kesantaiannya sedikit Tora,"
Ucap Aoi.
"Kalau aku juga terlalu santai seperti kalian, aku
yakin kita akan terus bermain game sampai besok
pagi!"
"Ya, ya, baiklah kawan,"
Mereka bergegas keluar dari cafe dan mencari
toko barang bekas.
Memang agak sulit mencari benda-benda yang di
perintahkan Rina, mengingat benda itu tak pernah
dipakai lagi di jaman sekarang.
"Hei, itu ada toko barang bekas!"
Seruan dari Reita itu membuat Tora dan Aoi
sedikit bernafas lega.
Paling tidak, mereka menemukan dulu toko yang
dicari karena mereka sudah capek berkeliling.
Tampaknya, memang ini satu-satunya toko
barang bekas yang ada disini, terlihat dari deretan
toko lain kebanyakan menjual aksesoris, baju , tas
dan lainnya yang semuanya barang baru.
Tora dan kedua temannya memasuki toko yang
pintunya bergaya tradisional jepang itu.
Mereka disambut oleh seorang kakek tua yang
sedang membersihkan barang-barangnya dari
debu yang menempel.
"Selamat datang anak muda, ada yang bisa
dibantu"
Sambut kakek tua itu dengan suara seraknya.
"Apa disini ada topi semacam, emm... bagaimana
menyebutnya ya? Kakek tahu musketeer?"
Tanya Tora sambil mengedarkan matanya untuk
mencari sendiri.
"Musketeer? Yang bagaimana itu?"
Wajah kakek tampak bingung.
Tora dan kawan-kawan pun bingung
menjelaskannya.
"Hm.. Topi yang dipakai prajurit perancis kek, tahu
tidak? Pinggirannya lebar."
Aoi mencoba menjelaskan. Akhirnya setelah kena
semprot Rina kemarin mereka mencari informasi
tentang pakaian yang dipakai musketeer.
Ada banyak macam memang, tapi ada satu
bagian dari perlengkapan kostum musketeer yang
tak begitu banyak perubahan yaitu topi dengan
pinngiran lebar dan aksen bulu yang terbuat dari
bulu unggas apa itu yang mereka tak tahu.
"Maksudmu topi yang seperti itu?"
Sang kakek menunjuk sebuah arah tempat topi itu
terpajang dengan rapinya, walau sudah tampak
sedikit berdebu.
Tora, Aoi dan Reita melihat kearah yang ditunjuk
kakek.
"Bukaan... Itu topi rimba!"
"Kakek tidak tahu, coba kalian cari saja sendiri di
rak-rak disana."
Merekapun mencari sendiri barang yang mereka
butuhkan.
Semoga saja ada.
Hingga sampai memakan waktu tiga puluh menit
pun mereka tak menemukannya.
"Hei, apa kalian menemukannya?"
Tanya Reita pada Tora dan Aoi yang ada disisi
lain.
Keduanya menjawab tidak ada.
Aoi sudah lelah berputar-putar, yang ada hanya
topi rimba itu saja yang terlihat.
Ia memperhatikan kembali topi rimba itu, lalu ia
mengambil topi tersebut.
Aoi tiba-tiba terenyum seperti menemukan sebuah
ide.
Tapi sebelum memberitahukan idenya itu, ia
mencoba bereksperimen terlebih dahulu.
Ia melengkungkan satu sisi topi itu keatas hingga
menempel dibadan topi dan sebagainya sampai ia
sibuk sendiri.
Ada seorang pengunjung lagi yang datang,
sehingga kakek itu harus melayani pengunjung lain
dulu dan membiarkan Tora dan temannya mencari
sendiri benda yang mereka butuhkan.
Dan itu tak masalah bagi mereka, karena
sepertinya mereka sudah sibuk sendiri dengan
kegiatan mereka membongkar barang-barang itu.
Tora sedang berdiri disebuah rak yang memajang
topeng dengan bentuk-bentuk unik.
Saat berusaha mencari topi tak sengaja ia melihat
pajangan topeng-topeng unik itu.
Ia memandang takjub pada semua topeng itu.
Bentuk dan warnanya bagus-bagus.
Sepertinya topeng-topeng itu berasal dari negara-
negara lain.
Ada yang Tora kenal dari salah satu topeng itu
selain topeng wajah khas negaranya sendiri.
Topeng itu bewarna putih namun dengan Corak
meliuk campuran warna hitam dan merah hampir
memenuhi seluruh bagian topeng, Itu topeng
china.
Tora beralih melihat topeng-topeng lain, ada
sebuah topeng sepertinya membuat Tora tertarik.
Ia langsung mengambil topeng itu dan
memperhatikannya.
Topeng bewarna putih namun hanya berbentuk
setengah wajah.
Keningnya tampak sedikit berkerut karena heran.
"Topeng apa ini?" Pikirnya.
Tora membolak-balikkan topeng tersebut, karena
rasa penasarannya juga, maka ia mencoba
memakai topeng itu. Lagipula, topeng itu tampak
keren jika dikenakan sepertinya, Pikirnya lagi.
Topeng itu sudah menempel di wajah Tora, tinggal
ia tarik tali yang menyangkut di sisi pinggir topeng
itu dan membawanya kebelakang kepalanya untuk
menyangga topeng itu agar tak jatuh.
Setelah tali selesai terpasang , ia menggeser
sedikit topengnya agar topeng tersebut terletak
dengan betul di atas wajahnya .lalu ia membalik
tubuhnya dan berjalan mendekati kedua temannya
bermaksud ingin menanyakan pendapat mereka
tentang topeng yang ia kenakan, apakah terlihat
keren!!?
"Hei, Reita, Aoi! Bagaimana menurut kalian topeng
yang kupakai ini?"
Reita dan Aoi berbalik saat dipanggil, namun mata
mereka melihat-lihat ke arah lain seperti mencari
keberadaan Tora. Padahal jelas-jelas Tora berdiri
didekat mereka .
“Bukankah sepertinya tadi Tora memanggil?
Dimana anak itu?”
Reita memutar kepalanya kesana-kemari,
"Hei, disebelah mana kau?"
Reita melangkahkan kakinya hendak menemui
Tora namun pundaknya segera ditepuk Tora.
"Hei, aku disini!!"
Reita menoleh kebelakang.
"Dimana kau Tora? Kau mau main petak umpet?"
Reita lalu melihat pada Aoi.
"Tadi untuk apa kau menepuk pundakku??"
"Ha? Siapa yang menepuk pundakmu? Aku berdiri
disini dari tadi."
Bantah Aoi, karena memang ia merasa tak
melakukannya.
"Lalu siapa kalau bukan kau? Tora tak ada disini,
kau mau bilang hantu yang melakukannya?"
"Mana kutahu, aku tak melakukannya!"
Aoi tampak kesal.
Tora mengerjapkan matanya beberapa kali
berharap ia salah lihat. Tapi kebenaran yang ada
kedua temannya sama sekali tak melihat dirinya
padahal ia sangat dekat berada di dekat mereka.
"Hei, aku disini!!"
Tora kembali menepuk pundak Reita.
Reita kembali berbalik, yang lihat hanya Aoi.
"Kau menepukku lagi!?"
"Aku tak menepukmu bodoh!!"
"Baiklah, kau mau aku bilang itu hantu yang
melakukannya?"
"Terserah!!"
"Ck,"
Reita melangkah kesal mencari keberadaan Tora
yang ia pikir ada dibalik rak tempatnya berada
mungkin.
"Dimana kau Tora!?"
Mulut Tora menganga dengan mata yang melebar
melihat apa yang terjadi pada kedua temannya.
mereka sama sekali tak melihat dirinya!?
Tora segera menjauh dari tempat temannya, ia
berhenti dibalik rak lain yang lebih besar yang
tertutup dari pandangan Aoi dan Reita maupun
kakek pemilik toko.
Ia segera melepas topeng itu.
"Tidak mungkin!"
Ia memandang tak berkedip pada topeng
ditangannya kini. Ia membolak-balik topeng
tersebut dan memperhatikan dengan seksama.
Tak ada yang aneh pada bentuknya, juga tak ada
sesuatu yang aneh yang menempel di topeng itu.
Mungkin semacam tombol seperti alat Doraemon
yang bisa membuat orang tak terlihat ketika kita
menggunakan dan menekan tombolnya? Tidak
ada, pikir Tora. Topeng itu polos sama sekali.
Tora merasakan tubuhnya merinding memegang
topeng itu. Aneh, ini aneh, ucapnya dalam hati.
“Ooi…Tora, rupanya kau bersembunyi disini. Apa
maksudmu ha, memanggil tapi malah
bersembunyi disini.”
Tora terlonjak kaget ketika temanya
menghampirinya.
ia langsung membawa topeng itu kebelakang
tubuhnya.
“Ooi, kenapa kaget begitu memangnya aku
hantu?? Ah, tapi sepertinya disini memang ada
hantu,” Reita melirik pada Aoi.
"Sialan, aku tak menepukmu!"
"Ah, bukan... ya aku kaget saja kau datang tiba-
tiba begitu..."
Tora melihat barang-barang yang terpajang di rak
sebelahnya.
"Datang tiba-tiba apa, kau kan memanggil kami
tadi!"
"A- ya, ya...aku mau menunjukkan ini pada kalian,
lihat, keren 'kan?"
Dengan tangan satunya yang tak memegang
apapun, Tora mengambil benda itu dan
menunjukkan benda itu pada Reita dan Aoi.
"Wow, apa ini!"
Seru Aoi takjub.
"Keren, kuku apa ini?"
"Mungkin kuku werewolf!"
Jawab Tora sekenanya.
"Kau pikir werwolf ada di jepang?"
"Mungkin saja,"
Tora perlahan mundur menjauh dari Aoi dan Reita
dengan tangannya yang memegang topeng itu
masih berusaha tetap dibelakang tubuhnya untuk
menyembunyikan benda tersebut.
Tapi langkah Tora terhenti karena Aoi kembali
berbicara.
"Hei, kalian tahu?! Aku menemukan ide bagus
untuk topi kita nanti"
Ujar Aoi tersenyum lebar.
"Apa??"
Sahut Reita.
"Jika memang tak bisa menemukan topi yang kita
cari, kita bisa gunakan topi rimba ini. Tinggal
lengkungkan saja sisi topi ini keatas lalu dijepit.
Untuk aksen bulu-bulunya, kita bisa beli bulu
ayam, bagaimana?? Lumayan mirip kan??"
"Woow... ide bagus Aoi, itu boleh digunakan
sebagai alternatif jika memang tak ada yang lain.
Ya! Itu benar! Kau hebat!"
Puji Tora begitu terlihat senang.
"Benarkan?? Tapi gaya memujimu aneh,"
"Apanya!? Aku hanya senang saja kita tak perlu
capek mencari topi itu nantinya, 'kan sudah ada
ide darimu, haha... Aku mau melihat-lihat benda
lain sebentar, tadi sepertinya ada yang menarik.“
Dengan ucapan itu Tora mengangkat kakinya
lebar-lebar untuk menjauh.
Reita dan Aoi saling memandang lalu sama-sama
menaikkan bahu mereka menjelaskan mereka tak
mau terlalu memikirkan sikap Tora itu.
***
Tora terburu-buru manaiki tangga menuju
kamarnya, bahkan ia menjawab seadanya ketika ia
berpapasan dengan adiknya yang menyapanya.
Tora sedikit membanting pintu kamarnya karena
terburu-buru, ia mengunci pintu kamar tak seperti
biasanya. Ia langsung duduk di atas kasurnya dan
membuka tas dengan terburu-buru, Ia terdiam
menatap benda di tangannya sedikit bergetar.
Ia akhirnya membeli topeng itu diam-diam tanpa
diketahui Aoi dan Reita saking ia penasaran akan
benda itu.
Tora turun dari tempat tidurnya berdiri dihadapan
cermin lalu memasang topeng itu di wajahya
dan…. seketika tubuhnya tak terlihat sama sekali
di cermin tersebut. Tora cepat-cepat melepas
topeng itu. Dengan mata yang melebar ia melihat
topeng di tangannya lalu beralih ke cermin, tubuh
nya kembali terpantul di cermin itu saat ia
melepas topeng tersebut.
“Tidak mungkin...” gumamnya pelan namun
dengan wajah yang masih tertegun.
****
Tora tengah berbaring di atas rumput di bawah
sebuah pohon besar di taman belakang gedung
sekolah. Matanya tak terpejam karena ia sedang
menatap awan yang tengah berarak indah di
atasnya. Tatapannya menerawang, otaknya sudah
pasti memikirkan topeng aneh itu, benda yang
seperti punya ilmu sihir. mungkin ada orang yang
memasukkan sihir ke topeng itu?
Kira-kira siapa pemiliknya!? Dan untuk apa di
ciptakan topeng itu? Pertanyaan-pertanyaan itu
terus bekecambuk di pikirannya. Pada akhirnya ia
lelah juga dengan pikirannya yang terus menebak-
nebak tentang topeng itu, membuatnya tersadar
akan waktu yang luyaman lama ia gunakan untuk
melamun disitu.
Ia mengangkat tangannya untuk melihat jam yang
melingkar di pergelangan tangannya. Hari sudah
hampir gelap, matahari hanya menyisakan sinar-
sinar jingganya di langit. Sehabis latihan drama
sepulang sekolah tadi memang dia tak langsung
pulang kerumah, karena saat lewat di daerah
belakang sekolah dia melihat di bawah pohon
besar ini sepertinya sangat nyaman di gunakan
untuk berbaring sebentar mengumpulkan kembali
tenaga yang sudah terkuras saat latihan sebelum
ia kembali berjalan kaki untuk pulang
kerumahnya.
Setelah menepuk-nepuk sedikit celananya dari
debu-debu yang menempel, Tora mengambil
tasnya. Sebelum ia menyandang dibahunya ia
membuka tasnya terlebih dahulu memastikan
benda itu masih ada didalam tasnya. Semenjak ia
membawa pulang topeng itu, ia selalu membawa
topeng itu kemanapun didalam tasnya. Ia tak mau
topeng itu ditinggalkan dirumah karena ia takut
keluarganya menemukan benda itu. Bagaimana
kalau adiknya yang sering main ke kamarnya lalu
menemukan topeng itu dan memakainya?
Ia tak tahu apa yang akan terjadi karena ia sendiri
belum memahami sepenuhnya topeng itu. Ia takut
hal buruk menimpa keluarganya jika mengenakan
topeng itu.
Setelah melihat topengnya aman didalam tasnya
Torapun melangkah untuk meninggalkan gedung
sekolah menuju ke rumahnya.
Pertokoan dan kedai-kedai di sepanjang jalan
mulai menyalakan lampu untuk menerangi tempat
mereka. Dering ponsel yang berbunyi membuat
langkah Tora sedikit memelan untuk mengambil
ponselnya yang ada didalam sakunya.
Ternyata pesan dari ibunya yang menyuruhnya
untuk membeli sebotol soyu.
Saat Tora tengah sibuk membalas pesan ibunya,
tak sengaja ia mendengar suara aneh, seperti
suara mengcongkel sesuatu yang keras.
Tora berhenti lalu melihat kesekitarnya.
Matanya berhenti pada sebuah gang sempit antar
dinding pertokoan.
Terlihat gelap karena gang itu tampaknya jarang
dilewati orang karena memang sepertinya gang itu
tercipta tanpa sengaja hanya untuk memberi
ruang pemisah antara gedung pertokoan satu
dengan lainnya bukan untuk jalan. Yang tampak
hanyalah pintu belakang masing-masing toko
yang berjajar.
Ada seseorang yang Tora lihat sedang berdiri
disalah satu pintu belakang toko tersebut.
Wajahnya tak begitu jelas ia lihat karena
penerangan yang remang-remang. Para penghuni
toko hanya menggunakan lampu kecil untuk
menerangi belakang toko mereka.
Tora merasakan orang itu melakukan gelagat
aneh, ia melangkah mendekat lalu bersembunyi
dibalik tembok sambil tetap mengawasi.
ternyata suara aneh yang ia dengar tadi berasal
dari tempat itu.
Orang itu sedang mencoba membuka paksa kunci
pintu toko tersebut.
Tora bisa langsung menyimpulkan apa yang mau
dilakukan orang itu.
"Mau mencuri ya.. berani sekali melakukannya di
saat jam orang masih ramai berkeliaran seperti
ini.yaah...mungkin karena disini sepi? Kau
menggunakan kesempatan dengan baik ya pak
pencuri? Walaupun kali ini sepertinya kau akan
gagal."
Tora hendak melangkah ketempat pencuri itu
bermaksud untuk menangkapnya langsung, namun
ia tiba-tiba mengurungkan niatnya karena ia
berfikir kalau terlalu gegabah seperti itu bisa saja
maling itu langsung lari saat melihat Tora datang,
atau bisa saja saat Tora berhasil menangkap
pencuri itu tapi pencuri itu bisa melawan atau
bahkan membawa benda tajam, itu akan sangat
berbahaya.
Tiba-tiba Tora seperti ingat sesuatu.
ia segera membuka tasnya dan mengeluarkan
topeng yang ia bawa.
Tora tersenyum lebar.
"Sepertinya aku mulai menyukai topeng ini"
Gumamnya sebelum memakai topeng tersebut.
Saat Tora melongokkan kepalanya dibalik tembok,
ia melihat pintu toko itu sudah terbuka lebar.
Pencuri itu sudah masuk kedalam.
Tora masuk kedalam Toko dan melihat pencuri itu
sudah mencabut satu barang elektronik dari stop
kontak bersiap membawanya keluar.
"Jangan harap kau bisa kabur pencuri bodoh!!"
Pencuri itu tampak kaget dan panik mendengar
suara Tora.
Tora yang tak mau membuang kesempatan
langsung menangkap pencuri itu dan mengunci
kedua tangan si pencuri kebelakang tubuhnya.
Dengan mengarahkan kekuatan ke sikutnya ia
mendorong jatuh pencuri itu sampai terlunkup di
lantai.
Hingga pencuri itu berteriak keras karena
kesakitan.
Tora mengambil kabel microwave yang hendak
dibawa kabur pencuri itu yang sudah tergeletak
dilantai akibat terjatuh untuk mengikat tangan si
pencuri.
Akibat teriakan tadi membuat beberapa penghuni
toko datang ke tempat suara berasal, mereka
spontan berteriak "Pencuri!" dan langsung
mengamankan pencuri itu agar tak kabur.
"Fuh..."
Tora sudah berada diluar, ia melempar pisau yang
ia dapati di saku celana pencuri tadi kedalam tong
sampah.
Ia pun kembali melangkah untuk pulang kerumah.
Setelah menyelesaikan sedikit masalah tadi,
Tora ingat untuk membeli pesanan ibunya terlebih
dahulu, ia mencari minimarket dan menemukannya
setelah berjalan sedikit jauh dari tempat kejadian
tadi. Ia langsung masuk kedalam begitu
menemukannya.
Selesai membeli soyu pesanan ibunya Tora keluar
dari minirmaket dan ingin cepat sampai kerumah.
Saat diluar, ia baru melihat ada sebuah mobil
yang tampak familiar di ingatannya terparkir di
depan sana.
Tora berjalan menuju mobil itu, karena arah jalan
pulangnya juga ke arah sana. Ia berhenti tepat
disamping mobil tersebut yang diparkir tepat
didepan restoran keluarga disebelah kirinya.
Tora melihat kedalam restoran tersebut lewat
kaca besar yang di jadikan dinding depan restoran
itu.
Benar saja, tebakan Tora tak salah lagi, pemilik
mobil itu Shou, ada di dalam restoran itu bersama
seorang pria dan wanita dewasa yang duduk di
hadapannya. Muncul satu pertanyaan di benak
Tora , di manakah Saga? Bukankah dia selalu ada
bersama Shou.
Mereka selalu terlihat lengket bukan?
Ditambah lagi siapa kedua orang itu?
Tora masih mencari-cari keberadaan Saga di
dalam sana ketika sebuah suara menyapanya.
“Hei, sedang mencari seseorang?” Tora tersentak
lalu dengan refleks memutar tubuhnya kebelakang
dan di situlah dia melihat orang yang sedang ia
pertanyakan keberadaannya ada didepannya kini.
“Saga??” seru Tora spontan. Ia benar-benar
terkejut berhadapan begitu dekat dengan Saga
sekarang.
“Kau mengenalku??” ucap Saga sumringah.
“Tentu saja!! Siapa yang tidak kenal dengan pacar
anak direktur sekolah kan??”
Tora melihat wajah Saga sesaat murung saat ia
mengucapkan kalimat itu.
“Ah, Kau satu sekolah dengan ku?? pantas tadi
aku merasa seperti pernah meliahatmu…”
“Ya, kita satu sekolah. Kenapa diluar? Tidak
bersama pacarmu??” Tora menoleh sesaat kearah
Shou lalu kembali kehadapannya.
Ia mencoba mengatur nada bicaranya sebisa
mungkin agar tak terdengar bergetar.
“Ahaha…ya tadi aku sedang cari udara segar
sebentar, lagipula dia sedang mengobrol serius
dengan paman dan bibinya”
“Oh…” jawab Tora singkat
“kalau begitu aku permisi kedalam dulu, aku sudah
lama meninggalkan mereka nanti takut di marahi “
ucap Saga sedikit menundukkan kepalanya lalu
pergi meninggalkan Tora kembali masuk kedalam
restoran. Ia menghela nafas sesaat. Beruntung
tadi dia masih bisa menahan detak jantung nya
yang rasanya ingin melompat keluar dari rongga
dadanya.
* * *
"Berkumpullllll!!!"
Suara teriakan Rina menggelegar keseluruh
ruangan Aula sekolah.
Semua teman-teman dramanya berkumpul
dihadapannya termasuk Tora, Aoi dan Reita.
"Hari ini latihan terakhir untuk pementasan drama
besok. Kita harus tampilkan yang terbaik. Karena
kalian tahu yang mementaskan drama bukan dari
kelas kita saja 'kan, ada satu kelas lagi yang
menampilkan drama, maka kita harus
menampilkan drama yang lebih bagus dari
mereka. Oke, teman-teman yang semangat ya!!"
"Osh!!"
Jawab mereka serempak.
Semuanya lalu berlatihbdrama dengan serius.
Namun ada seseorang yang selalu kena tegur Rina
karena tak fokus latihan akibat ia terlalu banyak
senyum-senyum sendiri.
Tsuzuku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar