Rabu, 02 April 2014

[FF oneshot] part b (end)

Title: FATE By: Sachi_ciel Chapter: Oneshot part 2
Cast: Tora,Saga,OFC. Genre: Drama, angst(?)
Rate: T Note: Saga POV * * * Tiga hari aku tidak
masuk sekolah, selama itu pula aku terus
mengurung diri didalam kamar, menangis hingga
mata ini bengkak, tapi aku bersyukur masih bisa
berpikir jernih dengan tak melakukan hal-hal
bodoh. Sampai akhirnya aku cukupkan
tangisanku, aku menyadari tangisanku tak akan
mengubah apapun. Tak akan membuat Tora
menjadi milikku. Aku melangkah ke sekolah
dengan gontai karena sebenarnya masih merasa
berat untuk pergi ketempat ini. Tapi aku tak boleh
terus-menerus bersikap seperti itu. Karena bisa
membuat keluargaku khawatir. Dan aku mencoba
menguatkan diri untuk bisa kembali ke sekolah.
Saat muncul disekolah aku sudah tahu kalau
teman-temanku pasti akan membombardirku
dengan pertanyaan-pertanyaan mereka perihal
kenapa beberapa hari kemarin aku tak masuk
sekolah. Terbukti saat aku muncul dikelas aku
langsung melihat temanku berseru memanggil
namaku, "Saga? Kemana saja tidak masuk
sekolah tiga hari?" Aku menghampiri teman-
temanku, kulihat teman-teman sekelas yang lain
juga melihat ke arahku tanda mereka juga ingin
mendengar jawabanku. Haah.. Aku sedikit
menyesal kenapa tidak datang lebih pagi dari
mereka seperti biasanya. Begini aku jadi terlihat
seperti penjahat yang di interogasi oleh polisi
seluruh Tokyo. "Tidak, aku hanya sedikit tidak
enak badan" Jawabku bohong. Aku menggantung
tas ku disangkutan pinggir meja dan temanku
bertanya lagi, perempuan memang cerewet ya.
"Benar cuma tidak enak badan?" "hum! karena
malas aku tambah libur saja dua hari lagi"
Kutunjukan cengiran bohonganku. "huh, kau ini.."
"Oh iya, besok malam ikut ke festival kembang
api kan?" Aku terdiam, sebenarnya aku tak ingin
ikut. Aku masih butuh ketenangan. Sebenarnya
untuk kesekolah hari ini saja masih terasa begitu
berat. Lalu, ajakan teman-temanku juga, aku ingin
menolak tetapi merasa tak enak dengan mereka.
aku sering sekali tertutup pada mereka tetapi
mereka masih mau dekat denganku. "Saga,
sebenarnya ada apa sih? Kau seperti
menyembunyhkan sesuatu, jika ada masalah
ceritakan pada kami, mungkin kami bisa bantu?"
Aku melihat pada mereka. "Ha? Tidak kok, haha..
Kalian tidak usah khawatir begitu, ini hanya efek
obat tidur, aku masih terasa mengantuk"
"Benarkah?..." Aku mengangguk, dan mereka
tampak seperti mempercayai jawabanku. Kalian,
Memang teman-teman yang baik. Tapi maaf aku
belum bisa menceritakan hal sebenarnya, terlalu
rumit bagiku. Dan terlalu memalukan untuk
kuceritakan. Haah... "Jadi bagaimana
jawabannya? Ikut kan? Ayolah..." Aku sedikit
terperanjat, mereka masih menangih jawabannya,
padahal sesaat tadi aku sudah lupa. Mereka
menatapku dengan tatapan memohon. "Ayolah
kawan, ngapain sih dirumah saja. Sesekali
bermain diluar rumah untuk mencuci otakmu
sedikit haha..." Ujar teman ku yang ucapannya
sedikit asal-asalan, memang begitu gaya laki-laki
yang punya piercing dibibirnya itu. Dan aku
sedikit aneh juga mengapa ia mau berteman
denganku yang pendiam ini sedangkan dia tak
bisa diam. Hah, entahlah aku tak tahu. Tapi
dengan sifat mereka yang berbeda denganku
inilah membuatku terhibur oleh tingkah-tingkah
mereka. "Um...Akan kupikirkan nanti" Jawabku
menolak dengan halus agar tak mengecewakan
mereka. * * * Bel tanda istirahat sudah
berdentang dari beberapa saat yang lalu, aku
berjalan di koridor sekolah mengikuti teman-
temanku. Tak ada alasan lagi untukku menolak
ajakan mereka, karena aku sudah tak lagi
memegang kamera untuk melakukan aktivitasku
seperti biasanya. Karena menurutku sudah tak
penting lg, jika kini aku membidikkan kameraku ke
arah Tora, pasti di samping nya ada dia.
Perempuan cantik yang selalu bersama Tora.
"Hei, lihat apa sih?" Aku tersentak. Ku kerjapkan
mataku. Teman-temanku ada didepanku, dan ini
sudah dikantin. Sejak kapan aku melamun?
"Aaah... Kau melihat pasangan baru itu ya?
Hayoo..kau cemburu ya? Jangan-jangan kau juga
suka dengan maria?" "Ha? T-tidak..." "Ah, jangan
bohong, dari tadi kau terus melihatnya. Hum...dia
memang cantik sih, dan banyak laki-laki suka
padanya. Tapi sekarang dia sudah jadi pacar
Tora,jadi bagaimana dong Saga? Kau sih tidak
curhat dengan kami, tau begitu kami kan bisa
bantu," Ya,memang kalian akan membantu, aku
percaya itu. Tapi bagaimana kalau aku bilang
orang yang aku sukai adalah Tora, apakah kalian
mau membantuku? "Kalian tidak jadi makan?"
Tiba-tiba aku langsung mengalihkan topik
pembicaraan membuat mereka sedikit kaget.
"Hha..tentu saja beli" "Kalau begitu ayo" Aku
melangkah duluan untuk membeli makanan lalu
disusul mereka. Aku bersusah payah mencari
tempat duduk yang mungkin jauh dari Tora tapi
kenapa Tora malah duduk dihadapanku? Walau
diselingi beberapa meja tapi aku tetap bisa
melihatnya. Saat makan berlangsung aku tak bisa
tak megerlingkan mataku padanya, mata ini
seperti bergerak sendiri tanpa kuperintah untuk
melihat Tora. Tora, dia terlihat bahagia bersama
perempuan itu. Senyumnya tak henti-hentinya
terkembang disamping perempuan itu. Cintaku
terlarang, mungkin karena itulah takdir tak bisa
menyatukan kami. Aku… Aku menyerah... Aku
harus merelakan nya. Mungkin memang
seharusnya itu pasangan yang tepat untuk Tora.
Tapi, bisakah aku berharap satu hal Tuhan?
Bisakah aku berbicara dengannya satu kali saja?
Merasakan ia tersenyum kepadaku, merasakan
matanya benar-benar menatapku bukan sekedar
kerlingan mata yang tak dapat kutangkap seperti
hal nya saat ia mencari temannya dibangku
penonton saat aku juga ada di bangku penonton
disamping temannya ikut menonton
pertandingannya. Aku ingin sekali saja mendengar
suaranya yang benar-benar bicara padaku walau
hanya satu kata saja. Tuhan, apakah kau izinkan
aku untuk mendapatkan sesempatan itu satukali
saja? "Em...sepertinya aku akan ikut kalian besok
malam." Ketiga temanku mendadak berhenti dari
gerakan mereka yang sedang makan dan minum.
"Yang benar!?" Tanya teman perempuanku yang
berambut lurus panjang itu tak percaya. Aku
mengangguk. "Horee..." kedua teman
perempuanku berseru senang, dan si piercing
hanya tersenyum mengangguk. Yah, tak ada
salahnya kali ini aku main dengan mereka,
mungkin bisa sedikit mengalihkan bayangan Tora
dalam benakku, dan sepertinya aku memang
harus belajar melupakannya. * * * Festival sudah
dimulai, suasana sangat ramai. Lampu-lampu
hias berkelap-kelip menghiasi stand-stand
penjual makanan juga mainan. Semua
pengunjung merasa gembira. Sepertinya memang
tak salah memilih ikut dengan mereka, aku mulai
tersenyum menikmati suasana keramain dan
pemamandangan yang indah ini. Tepi sungai di
hiasi lampion-lampion cantik. Aku di ajak mereka
bermain menyaring ikan mas. Aku merasa
bernostalgia dengan masa kecil ku dulu. Sudah
lama sekali aku tak bermain permainan ini lagi,
dan kuakui saat kucoba kembali memainkannya
sekarang aku merasa gugup. Saat pertama
kucoba kertas saringan langsung sobek, haha
terbukti keahlianku sudah menurun. Padahal dulu
aku jago nya. Aku meminta saringan kedua, dan
gagal lagi. Tak kurasakan lagi kegugupanku,
malah aku sudah mulai ketagihan dan mencoba-
mencoba terus. Teriakan teman-temanku
membuatku tanpa sadar tertawa. Kami pindah ke
stand lain, kalau teman-temanku tidak mengajak
ke stand lain, mungkin aku sudah menghabiskan
semua saringan yang tersedia disitu. Satu ikan
koi yang berhasil kudapatkan, kugantung ditas ku.
Karena aku malas memegang benda apapun
ditangan jika lagi berjalan. Kami pergi ke stand
lain nya yaitu permainan menembak kaleng
kosong yang disusun bertingkat membentuk
piramid. Aku ditantang teman ber-piercingku
untuk melawannya. Tentu saja aku menerimanya.
Kamipun bertanding, dua teman kami yang
perempuan berteriak-teriak memberi semangat.
Dimulai olehku yang hanya bisa menumbangkan
lima kaleng dari keseluruhan tersedia sepuluh
kaleng. Oh, tidak! Kemampuanku benar-benar
menurun, haha... Sekarang giliran temanku, dan...
Oh hebat! Dia bisa menumbangkan kesepuluh
kaleng itu. Dan ia diberi sebuah hadiah boneka
beruang. Hahaha mau disimpan dimana boneka
itu? "Untukmu..." Ia langsung menyodorkan
boneka itu ke arahku dengan cengiran nya,
membuatku kaget saja. "Ha? Apa-apa'an?
Memangnya aku perempuan?!" Aku sedikit sebal.
"Tapi sepertinya kau cocok menyimpan boneka
itu, hahaha" "Enak saja! Kenapa tidak kau berikan
saja pada adik perempuanmu?" "Sayangnya aku
tak punya adik perempuan," "Hihi..sudahlah,
ambil saja Saga, mumpung gratis" Kulihat kedua
perempuan itu menertawaiku. "Tidak perlu! Ambil
saja untuk kalian!" "Ah, kami sudah banyak
boneka seperti itu, ambil saja daripada dibuang
kan," "Kaliaaan..." Geramku melihat ulah jahil
mereka. Akhirnya aku ambil saja boneka itu. Ah,
aku baru ingat kalau aku punya tetangga
memeliki anak perempuan, kuberikan saja untuk
anak tetanggaku ku itu. Kutenteng dengan malas
boneka yang lumayan besar ini dengan hanya
memegang tangan boneka tersebut. Lalu teman-
temanku mengajak ke tempat permainan lain.
Membuatku terlupa sesaat dengan boneka ini, lalu
kembali melihat boneka beruang ini saat aku
harus membawanya pindah ke stand yang lainnya
lagi. Kami cukup lelah dan perut sudah terasa
kosong. Salah satu temanku mengajak kami
membeli cumi panggang dan minuman kaleng,
dan aku setuju saja karena aku juga menyukai
makanan itu. Tapi... Oh ya ampun, tangan ku
penuh! aku tak bisa memegang minumanku
karena satu tanganku memegang boneka. Maka
kuputuskan untuk menyimpan boneka itu didalam
tas ransel ku. Beruntung aku membawa tas ku
walau boneka itu tak sepenuhnya masuk ke
dalam tas ku karena urukuran nya yang lebih
besar dari tasku. Jadilah setengah badan boneka
tersebut menyembul keluar. Tak apalah, asal aku
tak capek memegang benda merepotkan itu. Kami
menikmati cumi bakar sambil berjalan menuju
tepi sungai. Karena sebentar lagi akan ada
pertunjukan kembang api. Banyak sekali orang-
orang yang sudah berkumpul disana ternyata,
kami mencari sebuah tempat kosong dan
beruntung masih ada tempat kosong untuk kami
duduki. Tak berapa lama kemudian kembang api
meluncur kearah langit. Kembang api indah itu
menghiasi langit malam yang cerah ini. Semua
mata tertuju pada kumpulan percikan api yang
seperti bunga itu. Disusul bertubi-tubi oleh
kembang api yang lainnya dengan bentuk, ukuran
dan warna yang berbeda-beda. Aku membawa
tas ku kedepan, mengeluarkan boneka itu lalu
membongkar tas ku dan mengambil kamera yang
selalu ada dalam tasku ini. Aku mulai membidik
kembang api-kembang api itu. Mungkin, sudah
waktunya aku memotret hal lain selain dirinya
sebanyak-banyaknya sampai aku harus
menghapus foto-foto lama untuk menyimpan
foto-foto baru. "Sepertinya kau harus melanjutkan
sekolahmu di bagian fotografer nanti" Aku
menoleh, dan tertawa menanggapi ucapan
temanku. "Haha..mungkin," Sudah cukup lama
kami berada disini, sekarang sudah saat nya kami
pulang karena pertunjukan kembang api pun
sudah selesai. Satu temanku pamit pulang dluan
karena mendadak ditelfon ibu nya ada urusan
penting. Kini tinggal kami bertiga, temanku si
piercing dan si perempuan rambut ikal. Haha
padahal mereka punya nama, tapi aku suka
menyebut mereka begitu, kecuali saat aku
memanggil mereka, maka aku akan meyebut
nama mereka. Kami mengumpulkan sampah
makanan kami setelah itu aku membereskan
barangku, memasukkan kembali benda-benda
yang kukeluarkan tadi saat hendak mengambil
kamera. Kulihat mereka menungguku, "eng, kalian
duluan saja nanti aku susul, biar sampah nya aku
yang buang," "Eh, apa tidak apa-apa?" Tanya
teman perempuanku si rambut ikal.
"haha..memangnya aku anak kecil. Sudah, dulua
saja!" "um, baiklah. Kami duluan ya" Kulihat
wajah si ikal itu sedikit memerah saat berbalik
tadi. Tanpa sadar aku tersenyum. Aku tahu,
mereka saling suka, dan aku tidak mau
mengganggu suasana diantara mereka, biarkan
mereka bisa lebih dekat lagi karena ini
kesempatan untuk mereka saat si cerewet sudah
pulang duluan. Kalau disekolah, mana ada
kesempatan itu untuk mereka. Aku berdiri setelah
selesai membereskan isi tas sambil memegang
kantong plastik berisi sampah makanan kami tadi
untuk kubuang ke tempat sampah. Juga masih
sama seperti tadi, posisi boneka masih tetap
sama, menyembul keluar. Bahkan lebih buruk lagi
karena ada tambahan mainan-mainan lainnya
membuat tasku tambah berat. Begitu aku bilang
akan memberikan pada anak tetangga, mereka
langsung semangat memdapatkan hadiah. Dasar
mereka itu... Tapi aku senang, berkat mereka aku
merasa gembira hari ini. Terima kasih teman-
teman. Kubuka tutup tempat sampah dan aku
membuang sampah kami tadi, setelahnya
menepuk sedikit tanganku untuk menghilangkan
debu. Aku kembali berjalan. Saat beberapa
langkah berjalan, tiba-tiba ada yang membuat
langkahku terhenti. Kulihat kebawah untuk
melihat apa yang membuatku terhenti, dan
ternyata aku menginjak tali sepatuku sendiri yang
sudah terlepas. Kuhela nafas panjang, kenapa
saat ingin cepat-cepat pulang begini ada saja
halangannya. Aku berjongkok untuk mengikat
kembali tali sepatuku, setelah selesai dan
memeriksa apakah benar-benar kuat terikat, aku
berdiri dan kembali melangkah. "Hei, Tunggu!"
Merasa seperti ada yang memanggil aku berhenti
lagi. Kutolehkan wajahku kebelakang mencari
orang yang memanggil itu, apakah benar aku
yang dipanggil. Tapi ada seseorang yang berjalan
ke arahku, ia melihat ke arah ku, sambil
memegang boneka yang persis ada dalam tas ku.
Aku mendadak tak bisa bergerak, tubuhku seperti
dipaku dan mataku tak dapat berkedip. Itu dia!!?
Dia... Dia Tora! Oh Tuhan apakah ini kenyataan.
Atau aku salah lihat? Dia menghampiriku. "Ini
tadi aku melihat boneka ini jatuh dari tasmu" aku
masih terdiam. Ti..tidak bukan begini harusnya
reaksiku. Tapi,Aku harus bersikap seperti apa?!
A-aku bingung... Aduuh... Ayolah Saga tenang...
Tenaaang... Huuft... Ku hela nafas pelan, aku
harus bersikap biasa saja. Walau jantungku masih
berdetak sangat kencang, tapi aku harus bisa.
"Ah, te-rima.. kasih.." Sial suaraku bergetar.
Tidak tidak Saga tenanglah, bersikaplah biasa
saja. Ku angkat tanganku yang bergetar ini untuk
mengambil bonekaku, sekuat tenaga kutahan agar
tangan ini tak bergetar dihadapannya. "Terima
kasih" Ucapku pelan agar suara bergetarku tak
diketahuinya. "Um... Lain kali hati-hati membawa
barang, disini ramai, bagaimana kalau ada orang
yang mengambil tapi tidak dikembalikan, " Ia
sedikit tertawa… dihadapanku... Untukku!... "Y-
ya..." Aku tak bisa menahan getaran tubuhku.
"Tora!! Ini ice cream mu, ayo kita kesana,"
Seorang perempuan datang menghampiri Tora.
Dan aku tahu siapa perempuan itu. Hatiku terasa
pedih, namun aku harus bisa menahannya. "Aku
permisi dulu..." Tora berpamitan padaku setelah
diajak ketempat lain oleh pacarnya. Dia berbalik
dan berjalan bergandengan tangan dengan
pacarnya. Aku pun juga berbalik, merasa tak perlu
melihat mereka berjalan sampai menghilang
dikerumunan orang. Aku melihat boneka di
tanganku, kemudian tersenyum dan kupeluk
boneka ini. Terima kasih Tuhan...



End.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar