Rabu, 02 April 2014

[FF] Stray cat 1

Title : Stray cat
Written by : Sachi_ciel
Chapter : 01/02 (maybe)
Fandom : Alice nine (Shou,Hiroto)
Genre : AU, Romance
Rating : T
Coment : ff iseng-isengan.(memang semua ff nya
gitu kayaknya)
Judulnya ga nyambung. Tapi pengen aja pake
judul itu biar mirip sama judul lagunya mereka.
=…=
***
Hiroto selesai mengangkat kardus terakhirnya
kedalam tempat tinggal barunya.
Apartemen sederhana yang punya satu buah
kamar untuk tempat tinggalnya selama menuntut
ilmu perguruan tinggi di Tokyo.
Ia sudah memantapkan hatinya untuk
melanjutkan sekolah di ibu kota setelah selama
dari sekolah dasar sampai sekolah menengah
atas ia menjalankannya di kampung halamannya.
Ia melakukan itu untuk menambah ilmu lebih baik
sekaligus mencari pengalaman, untuk
membangun sikap mandiri supaya tak terus
bergantung pada orang tua.
Hiroto merebahkan tubuhnya sejenak diatas sofa
untuk mengistirahatkan otot-otot tubuhnya yg
lelah setelah mengangkat barang-barangnya tadi.
Ia merenggangkan otot-otot tangan dana kakinya
sesaat sebelum mengeluarkan ponselnya untuk
menghubungi
orangtuanya, memberi tahu bahwa ia sampai
dengan selamat dan tak mendapat halangan
apapun.
Selesai menelfon orangtuanya, ia bangkit dari
sofanya, berjalan ke arah jendela dan membuka
tirainya.
Hmm... Lumayan asri, ujarnya dalam hati.
Karena di apartemennya lumayan memiliki banyak
pohon, walau ini dikota yang padat, dan tak
dipungkiri juga sangat dekat dengan jalan.
Yah, namanya juga kota besar, tapi taman kecil
disekitar gedung apartemen ini banyak ditanami
pohon.
Hiroto menjauhkan diri dari depan jendela, ia
mulai membuka tas dan beberapa kardus lagi
yang belum dibongkar untuk dipindahkan pada
tempat-
tempat yg sudah tersedia.
Seperti memindahkan pakaian ke lemari dan lain-
lainnya.
Tak terasa sudah beberapa jam ia menata
apartemennya seorang diri, itu membuatnya
cukup lelah dan juga lapar.
Hiroto mengambil mie instan yang dibawanya dari
rumah untuk kemudian diseduh lalu dimakan.
Namun ia harus sedikit bersabar sepertinya,
karena tak ada dispenser disana.
Ia harus merebus sendiri air mineral botolan yg ia
tuang ke panci kecil.
Sambil menunggu air mendidih, Hiroto
membongkar plastik makanannya terlebih dahulu
untuk mengambil beberapa makanan kecil yang
diberikan ibunya.
Kepala Hiroto terngadah kaget saat ia sedang
jongkok sibuk membongkar plastik berisi
makanan
persediaan yang ia bawa dari rumah.
Ia mendengar dua suara gaungan kucing diluar
sana yang tampak sedang berkelahi sepertinya.
Ia cepat-cepat meletakkan cup mie dan beberapa
makanan kecil diatas meja berjalan ke jendela.
Ia melihat dua ekor kucing tengah berkelahi di
balkon apartemen sebelah yang sepertinya tak
berpenghuni.
Salah satu kucing tampak terpojok disudut
balkon. Ia tampak tak berdaya lagi.
Hiroto mencoba melerai dua kucing itu dengan
mengayun-ngayunkan gagang sapu ke arah dua
kucing itu.
"Hush! Hush! Pergi, jangan berkelahi."
Begitu melihat manusia, kucing itu langsung lari.
Tetapi kucing yang satu nya tidak ikut lari. Kucing
itu duduk dengan tarikan nafas yg seperti
menggebu-gebu.
Hiroto jadi heran. Ia coba mencondongkan
tubuhnya melewati pagar balkon agar bisa
melihat lebih jelas apa yang sedang terjadi pada
kucing bewarna coklat muda itu.
Hiroto tak bisa menemukan jawaban apapun
karena kucing itu duduk membelakanginya. Jadi
ia tak bisa melihat keadaan tubuh si kucing.
Dengan perasaan khawatir karena ia penyayang
binatang, Hiroto nekat keluar dari balkonnya dan
berjalan diatas loteng beberapa langkah untuk
mencapai balkon satunya tempat kucing itu
berada.
Dengan perasaan takut Hiroto terus berjalan
menempel pada dinding untuk mencapai kucing
itu.
Hiroto sedikit lega akhirnya bisa menginjakkan
kakinya di pagar balkon
itu dengan aman. Ia langsung masuk kedalam
balkon itu dan
Segera mengambil kucing tersebut.
"Ya Tuhan, Dia terluka parah!"
Hiroto terkejut melihat luka dikening dan
dada kucing tersebut yang banyak mengeluarkan
darah.
Hiroto kembali menjalankan aksi nya seperti tadi
untuk kembali ke balkon apartemennya. Dengan
sebelah tangannya kini menggendong kucing
terluka itu.
Hiroto menghela nafas selega-leganya karena
berhasil tiba dengan selamat.
Cepat-cepat ia masuk untuk segera mengobati si
kucing namun kembali terkejut melihat panci di
atas kompor yang sudah mengeluarkan asap
karena air nya tak ada lagi, mengering karena
terlalu lama berada di atas kompor menyala.
"Astaga, Airnya!"
Buru-buru ia mematikan kompor dan
memindahkan panci itu dari atas kompor.
Ia menyeka keringat dipelipisnya.
Baru hari pertama ia tinggal disini, sudah
mendapat kejadian yang hampir membahayakan
dirinya.
Hiroto membawa kucing itu kekamarnya untuk
diobati. Karena kotak P3K-nya sudah ia letakkan
disana.
Sedangkan mie yang sudah ia buka tadi ia
biarkan tergeletak dimeja.
Rasanya laparnya tiba-tiba saja hilang.
Hiroto membersihkan luka kucing itu yang
sesekali tersentak, kadang juga melawan tak
tahan oleh rasa sakitnya saat terkena kapas
ditangan Hiroto.
Beberapa kali Hiroto harus terkena garukannya.
Maka cukup lama hiroto merawat luka kucing itu
karena harus hati-hati agar tak membuat rasa
sakit kucing itu bertambah.
Setelah luka-luka kucing itu selesai ia perban,
Hiroto memindahkan kucing itu ke atas tempat
tidurnya. Supaya bisa tidur nyenyak
dan berharap bisa cepat sembuh.
Setelah membereskan kotak obatnya ternyata
perut Hiroto kembali terasa lapar. Akhirnya ia ke
dapur dan kembali merebus air.
Mie instan bisa ia masukkan kedalam perutnya
yang kosong sekarang.
Tak terasa matahari sudah terbenam. Seharian
membereskan apartemen dan kejadian tadi siang
yang membuat tenaganya tambah terkuras.
Hiroto jadi ngantuk dan butuh istirahat.
Hiroto menuju kamarnya hendak tidur sekaligus
melihat keadaan kucing itu.
Ternyata kucing itu sudah duduk diatas kasur
sambil menggigit perban yang ada ditangannya.
Mungkin kucing itu merasa risih oleh benda asing
yang menempel ditangannya.
"Hei, kau sudah bangun rupanya. Hei, kenapa
perbannya dirusak!"
Hiroto membetulkan kembali perban yang sudah
setengah terbuka itu.
Lalu ia teringat sesuatu.
Kucing ini pasti lapar, pikirnya.
Ia mengambil cemilan-cemilan miliknya dan
diberikan
pada kucing itu.
karena ia tak punya makanan kucing atau ikan
saat ini.
Kalau mau ke minimarket pun ia belum sempat
menelusuri minimarket didaerah sini. Apalagi
sudah
gelap nanti bisa tersesat.
"Cemilan dulu tak apa 'kan? Hehe"
Hiroto senang melihatnya. Kucing itu makan
dengan lahap, dan kucing itu pun sudah tampak
lebih segar sekarang.
Waktu terus berjalan seiring Hiroto menemani
kucing itu makan.
Sampai hewan bulu berwajah lucunitu itu tidur
kembali. Hiroto
pun naik ke atas tempat tidur dan merebahkan
tubunya disamping kucing tersebut. Menarik
selimut sampai dada dan langsung memejamkan
mata.
* * *
Didunia antah berantah jauh dari dunia manusia.
Ada sebuah istana megah yang di huni makhluk-
mahkluk putih dan indah.
Disebuah ruangan yang luas didalam istana itu,
duduk seorang wanita cantik diatas
singgasananya.
Ia tengah berbicara pada bawahannya yang
tengah berlutut menghadapnya.
"Ratu, sepertinya hukuman untuk kucing itu
sudah bisa dicukupkan!"
"Benarkah begitu? Apa hukuman itu sudah cukup
untuk seseorang yang membangkang pada
Ratu?!"
Ucap sang ratu seperti tampak sedikit tak setuju
dengan usulan anak buahnya.
"Saya rasa ia sudah cukup menderita dijadikan
seekor kucing yang hidup harus mengadalkan diri
sendiri tanpa bantuan orang lain. Ia harus
bertaruh hidup mencari makan. Bahkan harus
berkelahi dengan kucing-kucing lain. Karena hidup
binatang itu liar"
Ratu tampak menimbang-nimbang ucapan anak
buahnya.
Ia mengubah gestur duduknya dari menopang
dagu menjadi menautkan kedua jari-jari
tangannya dengan sikut yang menumpu pada sisi
kiri dan kanan tangan kursi kebanggaannya.
"Hmm... Baiklah, kuizinkan kau untuk
mengubahnya kembali. Tetapi tidak dalam wujud
seperti kita lagi. Karena ia tidak bisa kembali
kedunia ini lagi. Ubahlah dia menjadi mahkluk
apapun yang ada didunia itu. Mengerti!?"
"Baik! Terima kasih Ratu. Saya mohon undur diri"
Sang anak buah membungkuk dalam sampai
seperti bersujud.
Setelah berpamitan pada ratunya dan keluar dari
ruangan ratunya, ia membentangkan sayap nya
dan
terbang ke dunia manusia.
Pukul dua belas malam. Saat pada umumnya
semua orang-orang sudah tertidur walaupun
sebagian ada yang belum.
Namun untuk Hiroto dia sudah terbang ke alam
mimpinya sedari tadi.
Sebentuk sinar datang dari langit dan berhenti
didepan apartemen Hiroto.
Jika dilihat dari dekat, sebentuk sinar itu
menyerupai manusia. Punya tangan punya kaki.
Tapi yg membedakannya dari manusia adalah ia
memiliki sayap.
Mahkluk itu masuk menembus lubang angin
diatas jendela.
Ia tak perlu pintu untuk memasuki apartemen
Hiroto.
Mahkluk itu masuk kekamar Hiroto. Ia
memperhatikan sang pemilik apartemen yang
tengah tertidur lelap. Tetapi hanya sebentar.
Karena perhatiannya lebih kepada seekor kucing
yang juga tertidur lelap disamping Hiroto.
"Sekarang kau tak menjadi kucing lagi, teman.
Nikmatilah hidupmu dan jalani dengan baik
dengan wujud seperti ini"
Makhluk itu mengangkat tangannya dan seberkas
sinar putih menghujam tubuh kucing itu.
Mahkluk itu tersenyum.
Lalu ia pun pergi dari kamar Hiroto meninggalkan
kucing itu dengan wujud barunya.
***
Suara dengkuran halus menyadarkan Hiroto dari
tidurnya.
Ia menarik tangannya ke atas untuk
merenggangkan otot-ototnya dengan mata
masih terpejam.
Tak tahu apa, tangannya seperti menabrak
sesuatu saat ia kembali menurunkan tangannya.
Ia menoleh kesamping untuk melihat apa yang
sudah tangannya sentuh tadi.
Seketika matanya terbelalak dan langsung bangun
terduduk saking terkejutnya.
"Aaaahh...!!!"
Hiroto berteriak sambil menutup matanya dengan
tangan. Tak mau melihat orang yg tertidur tanpa
busana diatas tempat tidurnya.
Segera Hiroto turun dan mencampak selimutnya
diatas tubuh orang itu.
Setelah yakin tertutup, Hiroto membuka matanya
perlahan, dan mengurut-ngurut dada nya yg
luamayan kencang terkena efek detakan
jantungnya.
"H-hei..bangun! Siapa kamu?!"
Dengan suara bergetar, Hiroto mencoba
membangunkan orang itu untuk meminta
penjelasan.
Namun orang itu tak kunjung bangun.
Hiroto mencari cara lain untuk membangunkan
orang itu, ia mengambil bantal guling dan
mencoleknya dengan benda empuk itu dan masih
menjaga jarak diantaranya. Karena Hiroto masih
merasa takut. Ia belum tahu orang itu berbahaya
atau tidak.
Bagaimana kalau orang itu buronan yang
bersembunyi disini?
Pikir Hiroto.
"Hei, hei, bangun!"
Orang itu akhirnya bangun. Entah keberuntungan
atau kemalangan yang ia dapat nanti setelah
membangunkan orang itu. Tapi bagaimanapun
harus tetap membangunkannya untuk mendapat
keterangan.
Saat orang itu menggeliat, Hiroto sontak
memundurkan tubunya.
Orang itu membalik tubunya setelah tadi ia
berbaring terlungkup.
Ia membuka matanya lalu menatap langit-langit.
Dari langit-langit matanya terus turun sampai ia
melihat keberadaan Hiroto disana.
Orang itu tampak biasa menatap Hiroto.
Ia lalu perlahan bergerak untuk bangkit dan
duduk diatas kasur. Membuat Hiroto kembali
melangkah mundur.
Mata Hiroto tak lengah sedikitpun mengawasi
gerak-gerik orang tersebut yang masih tak
mengeluarkan sepatah katapun.
"Siapa kau!? Kenapa ada dikamarku?"
Pertanyaan Hiroto yang kedua pun tak dijawab
olehnya.
Ia mengeluarkan tangan kanannya dari balik
selimut. Ia mendekatkan tangannya kemulut dan
melepas benda seperti kain putih yang menempel
namun tidak terikat dengan benar lagi
ditangannya itu.
Mata Hiroto terbelalak.
Ia seperti mengingat sesuatu.
Bola mata Hiroto berpindah melihat kening orang
itu. Mulutnya langsung dibuat menganga dengan
keberadaan kain kasa itu diatas keningnya.
Hiroto melihat berkeliling. Ia baru menyadari jika
kucing itu tak ada.
Tidak mungkin orang itu?
"Tidak, tidak, tidak, itu tidak mungkin! Ini bukan
negeri dongeng."
Seru Hiroto tak percaya.
***
Sudah hampir seminggu Hiroto tak fokus belajar
disekolahnya.
Semua itu karena kemunculan Shou.
Ya, Hiroto memberi nama kucing berbentuk
manusia itu dengan nama Shou.
Akhirnya lambat laun Hiroto harus menerima
kenyataan bahwa manusia yang ditemuinya
dikamarnya waktu itu memang jelmaan kucing
itu.
Entah itu sebutannya jelmaan atau sihir, yang
jelas orang itu memang kucing yang ia tolong.
Entah dimana letak
hubungan kucing itu dengan arti nama Shou. Ia
kebingungan memberi nama sehingga mengambil
nama apa saja yang ia lihat pada beberapa buku
novel koleksinya.
Ia sungguh-sungguh tak bisa membayangkan
bagaimana seekor kucing bisa berubah jadi
manusia.
Ia sudah berulang kali mencoba untuk tak
mempercayainya, tapi kenyataan tak bisa
dihindari.
Tingkah laku Shou yang masih menyisakan
tingkah laku kucing itu memberi bukti kuat.
Seperti ia masih makan dengan mulutnya padahal
dia punya tangan. Lalu, ia juga tidak bisa
berbicara bahasa manusia.
Dengan suara manusia, bernada berat karena dia
kucing jantan, dia malah mengeong. Membuat
Hiroto melongo tak bisa berkata apa-apa.
Hari-hari Hiroto kini sedikit bertambah berat
karena ia harus mengurus Shou. Ia harus
mengajarkan Shou menggunakan tangannya
untuk beraktifitas, lalu harus mengajarkan bicara
bahasa manusia pada Shou.
Ia sempat berpikir mau mengusir Shou karena tak
tahu harus berbuat apa pada manusia kucing itu.
Tapi ia tak tega melakukan itu.
Bagaimana kalau Shou hidup terluntang-lantung
dijalanan?
Jika memang ia masih berbentuk kucing asli
mungkin tak masalah, atau jika Shou manusia
yang bersikap memang seperti manusia, maka itu
juga sepertinya tak apa. Karena ia bisa
berkomunikasi dengan lancar andai saja ia bisa
berbicara bahasa manusia. Seperti meminta
bantuan atau lainnya.
Tapi orang yang Hiroto temui ini malah berbeda.
Dia manusia bersifat kucing, atau kucing bertubuh
manusia juga boleh jika ingin kalian
menyebutnya.
Dan pada keputusan terakhirnya, Hiroto
membiarkan Shou tinggal bersamanya.
Apalagi, ada sedikit alasan lain yang membuat
Hiroto tambah tak mau menyuruh Shou pergi,
entah apa itu ia tak mengerti dan terus mencoba
tak
memikirkannya namun perasaan itu terus muncul.
Hiroto menunduk lesu, ia berjalan gontai
diperjalanan pulangnya menyusuri jalan setapak.
Hari ini lagi-lagi ia kena tegur guru karena tak
fokus pada pelajaran.
Semua itu karena ia memikirkan Shou.
Tiba-tiba Hiroto mengangkat kepalanya karena
mendengar suara kucing yang meraung-raung
didekat deretan pot bunga dihalaman rumah
seseorang.
Seekor kucing berguling-guling dihadapan kucing
satunya yang sedang duduk tenang
memperhatikan.
Perlahan kucing yang tadinya duduk tenang kini
berjalan perlahan mendekati kucing satunya yang
tengah berguling-guling itu.
Sudah sangat dekat, kucing itu langsung
menerkam pundak kucing tersebut dan naik
keatasnya.
"Apa itu!!"
Hiroto langsung membuang mukanya yang sedikit
bersemu dan melanjutkan perjalanan pulangnya.
Ia melanjutkan perjalanan dan seketika
melupakan apa yang ia lihat tadi.
Tangannya melipat keatas menggenggam tali tas
punggung yang menyangkut dikedua bahunya,
menatap jalan lurus kedepan.
Melewati pohon-pohon yang rindang, kedai-kedai
yang berjejer, perumahan, terus berjalan sampai
ia melewati tanah lapang berumput hijau subur,
disana banyak anak bermain baseball.
Ia kembali memutar kepalanya kedepan setelah
tadi teralihkan oleh anak-anak yang sepertinya
bermain sangat seru.
Hiroto membuang nafas kecil, ia ingin cepat-cepat
sampai rumah dan tidur.
Besok hari libur dan ia ingin tidur sampai besok
pagi, kalau bisa.
Hiroto hampir mendekati jembatan. Ia terus
berjalan.
Setelah melewati jembatan itu, maka sedikit lagi
ia akan tiba di apartemennya.
Tapi lagi, ia dikejutkan oleh sesuatu yang berlari
dari arah depannya dan melompat turun dari
jembatan kebawah pinggir sungai.
Hewan berbulu itu berlari dan dikejar hewan
berbulu satunya lg.
"Lagi? Kenapa aku bertemu terus dengan kucing
yang sedang seperti itu, apa sedang musim!?"
Gumam Hiroto dengan wajah sedikit sebal.
Kenapa harus melihat hal yang membuat malu
sampai dua kali seperti ini, pikir Hiroto.
Akhirnya Hiroto tiba dirumahnya.
Ia mengucapkan "Tadaima~"
Saat memasuki rumah.
Karena ia tahu ada penghuni lain di
apartemennya.
Walau bisa saja ia tak perlu mengucapkan karena
ini apartemennya sendiri, tapi ia tetap
mengucapkannya sekedar untuk memberitahu
Shou saja kalau ia sudah pulang.
Hiroto selesai melepas sepatunya dan
meletakkannya di rak.
Ia melangkah memasuki apartemennya.
Matanya mengedar mencari keberadaan Shou.
Karena ia tak melihat keberadaan orang itu
dimanapun sedangkan TV diruang tamunya
menyala.
Tiba didepan pintu kamar, Hiroto dapat
mendengar suara keran air yang menyala dari
dalam kamar mandi yang berada tepat disebelah
kamarnya.
Hiroto bisa langsung mengetahui jika Shou pasti
ada didalam.
Dan tebakannya benar. Tepat saat Hiroto tengah
memutar gagang pintunya hendak masuk, Shou
pun keluar dari kamar mandi.
"Miaoww?"
Hiroto langsung menggembungkan pipinya sebal
begitu mendengar Shou menyapanya masih
menggunakan bahasa kucingnya.
"Sudah seminggu kuajari 'kan, kamu masih lupa?"
Shou terkesiap.
"Ah.. M-maaf.. s..sela-mat da-tang.."
Shou mengulang kembali pertanyaannya tadi
yang sudah ia terjemahkan sendiri kedalam
bahasa manusia. Walau tampak terbata-bata
karena ia harus mengingat-ngingatnya lagi agar
tak salah ucap.
"Uhm... terima kasih, Aku kekamar dulu..."
Shou mengangguk mengerti, dan Hiroto
menghilang dari balik pintu kamarnya.
Shou pun kembali keruang tamu.
Ia kembali duduk didepan TV setelah membuang
air kecil sebentar.
Hiroto melepas pakaian seragamnya, ia tak
benar-benar langsung tidur seperti apa
rencananya diperjalanan tadi.
Karena tidur dengan perut lapar dan tubuh
berkeringatpun tak akan nyaman.
Maka Hiroto memutuskan untuk mandi lalu
makan terlebih dahulu walau ia merasa sangat
lelah sekalipun.
Hiroto melingkarkan handuk dipinggangnya lalu
keluar dari kamar.
Seketika mata Shou teralihkan dari depan TV saat
merasakan siluet Hiroto yang keluar dari
kamar terlihat dari ekor matanya.
Shou dapat melihatnya karena memang pintu
kamar tidur dan kamar mandi tepat berada di
depan ruang tamu.
Yah, karena apartemen Hiroto bukan apartemen
mewah. Cukup untuk ia yang tinggal sendiri-
awalnya- tapi setelah ada Shou pun, apartemen
seukuran ini pun masih cukup menurut
Hiroto.
Hiroto melangkah ke kamar mandi dengan santai,
tapi mata Shou tak lepas menatap Hiroto sampai
Hiroto menghilang dibalik pintu kamar mandi.
"Hhh~"
Shou menghela nafas sambil memejamkan
matanya, ia mengusap wajahnya keatas dengan
sedikit meremat poninya yang ikut tersibak ke
belakang.
Shou spontan menoleh kearah kaca jendela saat
mendengar suara "Braakk.. " menabrak jendela
tersebut.
"Miaoow.. mraoow.."
Shou tak bisa melepas pandangannya dari dua
ekor kucing diluar jendela sana yang Shou
mengerti sedang melakukan apa dua ekor kucing
itu diatas tembok pinggiran jendela.
Ia menggepalkan satu tangannya yang terletak
diatas tangan sofa seperti menahan sesuatu.
Sekali lagi ia menghela nafas panjang.


Tsuzuku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar