* * * *
Brukk…
yutaka
tersungkur ditanah dengan darah yang mengalir disudut bibirnya.belum
habis yutaka me-lap darah disudut bibirnya ia sudah dipaksa berdiri lagi
oleh reita dengan mencekik lehernya.
“uhuk…uhuk…”sambil
terbatuk yutaka mencoba melepaskan cengkraman tangan reita,atau paling
tidak melonggarkannya sedikit supaya ia bisa bernafas.tetapi cengkraman
reita terlalu kuat.wajahnya sangat terlihat diliputi oleh amarah yang
sangat besar.kai pun hanya bisa pasrah.
Reita mendorong
yutaka hingga punggung yutaka menubruk pohon besar dibelakangnya, dengan
tangan reita yang masih mencekik leher yutaka.
“uhuk..uhuk…uhuk…”
“salahkan anak baru itu,dia sudah membuatku sangat marah”
Reita melampiaskan kekesalannya terhadap uruha pada yutaka
“uhuk…ma-maaf…ukh”
“kalau kau ingin balas dendam,balas dendamlah dengan anak baru itu..ha…ha…ha…”
“hei,hei reita jangan terlalu lama kau mencekiknya nanti dia bisa mati”
“ck!”
Reita
melepaskan cengkramannya pada leher yutaka.tapi karena ia sudah lelah
sedari tadi bermain dengan kekerasan yang menghabiskan tenaganya,maka ia
memeilih permainan yang santai menurutnya.
Ia mengambil tas ransel yang sejak tadi menggantung dipundak yutaka,
“ja…akh…jan..”yutaka
tak bisa mengeluarkan suaranya dengan jelas karena rasa sakit yang
masih sangat membekas dilehernya,sehingga tasnya pun berhasil diambil
oleh reita karena ia pun sudah tak punya tenaga lagi untuk
mempertahankan tasnya.
Reita melemlemparkan tas yutaka pada dua temannya,
“bongkar ini,mungkin ada yang menarik”
Dua orang teman reita segera mebuka tas tersebut dan mengeluarkan isinya satu-persatu
Pertama yang mereka dapat adalah buku tulis,setelah melihatnya mereka lalu mencampakkan buku itu asal ditanah.
Selanjutnya buku pelajaran,buku tulis,buku pelajaran lagi,dan seterusnya begitu sampai buku-buku yutaka berserakan ditanah.
“ah,isinya sama sekali tidak menarik,buku pelajaran semua”ujar teman reita bernama juri
“kau lupa ya? Dia itu ‘kan kutu buku”ucap temannya ya lain masih membongkar isi tas yutaka
“wahaha…iya,ya”
“eh,sebentar,ini ada buku satu lagi”
Teman reita yang bernama leda itu mengeluarkan buku terakhir dari tas yutaka.
Buku yang ukurannya lebih kecil dari buku tulis namun lebih tebal dari buku tulis.
Kulit bukunya bewarna coklat tua juga tebal dan keras.
“buku apa itu??”tanya juri
“sebentar,aku lihat dulu”ia membolak-balikkan buku itu mencari tulisan yang barangkali menjelaskan buku apa itu.
Mata yutaka langsung membelalak begitu melihat buku itu dipegang oleh mereka.
“Jangan!!”
yutaka lari mennghampiri dua teman reita itu dan menyambar buku itu cepat,lalu disembunyikan dibalik punggungnya.
Sikap yutaka itu membuat mereka jadi penasaran,juga reita.
“hei,buku apa itu? Kemarikan aku ingin lihat!!”pinta juri
“tidak”jawab yutaka ketakutan sambil terus mundur menjauhi mereka
Reita yang ikut penasaran pun bertindak
“kemarikan buku itu!!”pinta reita
yutaka menggeleng
“tidak,jangan reita-kun”
“Kemarikan!!”bentak reita
yutaka menggeleng sambil terus mundur menjauhi reita yang terus mendekat kearahnya.
“tidak reita-kun,jangan ambil buku ini”
“ck…kau sudah berani melawan ya.leda,juri pegang dia!!”
“oke!”kedua teman reita langsung memegang tangan yutaka dikiri dan kanan,lalu reita datang mengambil buku itu dengan mudah.
Digerakkan tangannya untuk membuka halaman pertama dengan kasar.
“jangan! Kumohon jangan buka buku ini…”
Reita
sama sekali tak mempedulikan permohonan yutaka.ia buka buku
tersebut,tetapi halaman pertamnya masih kosong.tanpa ia ketahui bahwa
ada
nama sipemilik buku yang tertera dilembaran pertama disudut kiri bawah.
Lalu ia gerakkan lagi untuk membuka halaman selanjautnya…
“jangan reita-kun,jangan!!”
yutaka mencoba memberontak supaya terlepas dari dua orang teman reita,tapi sia-sia.Dua lawan satu sudah pasti yutaka kalah.
“hei,kalian!! Lepaskan yutaka!!”
Sontak yutaka,reita dan dua temannya menoleh kearah asal suara.
“u-uruha-san?”
“sial,kenapa dia bisa kesini? Mana aggy dan miyavi?!”ucap reita dengan wajah yang sudah dipenuhi aura kemarahan.
“kalian,manusia
yang tak punya hati! Seenaknya menindas orang yang lemah.sebaiknya
kalian gunakan tenaga kalian itu untuk menolong orang lemah,bukan malah
sebaliknya”
Reita terdiam,kata-kata uruha begitu menohok hatinya,sampai-sampai ia menggepalkan tangannya sendiri sambil menatap tajam uruha.
“cih,aku tidak ada urusan denganmu.kita pergi!!”
Reita melempar buku yutaka ketanah lalu pergi meninggalkan tempat itu.
Juga juri dan leda yang melepaskan yutaka lalu ikut pergi bersama reita.
Setelah itu uruha langsung menghampiri yutaka
“astaga.keterlaluan
sekali mereka itu,”seru uruha begitu melihat wajah dan lengan yutaka
yang babak belur serta buku-buku yutaka yang berserakan ditanah.
“bagaimana bisa kau terlepas dari mereka?”tanya yutaka
“akh,nanti
saja kucerita,pokoknya mreka itu manusia super bodoh.ayo cepat kita
pulang dan mengobati lukamu”uruha memunguti buku-nuku yutaka.
“arigatou uruha-san”ucap yutaka lalu ia juga memungut buku-bukunya
“panggil uruha saja”
“eh,ba-baik.em,uruha…kenapa kau menolongku sampai seperti ini? Padahal kita baru kenal”
Uruha terdiam sesaat lalu kembali memunguti buku yutaka lalu mengidikkan bahu nya sedikit
“manusiawi saja sih,aku tidak tega melihat orang dianiaya,jadi ya kutolong semampuku”
Uruha
yang ikut memungut buku yutaka,tak sengaja melihat sebuah buku bewarna
coklat tua yang ukurannya lebih kecil dari buku tulis tergeletak tak
jauh didekatnya.
Ia pun mengambil buku tersebut.
“kulihat tadi sipenutup hidung itu memegang buku ini,memangnya ini buku apa?”
Tanya uruha hendak membuka buku tersebut
“ah,jangan!!”cegah yutaka dengan cepat menyambar buku itu sebelum uruha membaca isinya.
Uruha memasang wajah bingung.
“memangnya buku apa sih itu? Sepertinya rahasia sekali”
“ng…bu-bukan apa-apa…”jawab yutaka,memasukkan buku itu kedalam tasnya.
“hum…rumahmu dimana,biar aku temani kau pulang”
“eh,tidak usah…aku pulang sendiri saja”
“hei,lukamu itu lumayan parah tahu,kalau tiba-tiba pingsan dijalan bagaimana”
“ta…tapi…”
Memang yang dikatakan uruha benar,tubuh yutaka lemah rasanya tak sanggup berjalan lagi.
“sudah aku temani kau pulang!”paksa uruha sambil membantu yutaka berdiri dan memapahnya.
“baiklah,terima kasih…”
Sesampainya dihalaman depan sekolah,yutaka melepaskan lengannya dari bahu uruha dan berbelok kehalaman parker.
“eh,mau kemana?”tanya uruha
“mau mengambil sepedaku dulu”
“oh”
Uruha pun mengikuti yutaka dibelakang,mengambil sepedanya dihalaman parkir yang memang tinggal satu sepeda lagi ditempat itu.
“sini biar aku yang bawa!”uruha mengambil alih sepeda yutaka
“ha??”
“sudah,kau duduk dibelakang”
yutaka pun mengangguk dalam kebingungannya.ia menuruti perintah uruha untuk duduk dibangku boncengan sepedanya.
Dan mereka pun pergi meninggalkan gedung sekolah.
* * * *
yutaka mengambil kunci dikantung celananya lalu membuka pintu rumahnya.
“dirumahmu tidak ada orang?”tanya uruha yang melihat yutaka membuka pintu rumahnya menggunakan kunci.
“tidak.nah,masuklah dulu”
Uruha mengikuti langkah yutaka memasuki rumah itu.
Begitu tiba didalam,uruha langsung disuguhkan pemandangan ruangan yang sunyi senyap.
Ia mengedarkan bola matanya keseluruh ruangan yang dapat ia tangkap dengan matanya.
“err…kau tinggal sendiri?”
Tanya uruha sambil mengikuti yutaka menaiki tangga menuju kamar yutaka
“tidak,aku tinggal bersama ibu”
“hanya berdua?”
“ung!”angguknya
Sampai dikamar,yutaka langsung menghempaskan tasnya diatas kasur lalu pergi kembali menuju pintu keluar.
“ng,tunggu sebentar disini,aku mau cuci muka dulu”
“ah,iya”
Selagi yutaka pergi mencucui muka,uruha mengedarkan pendangannya lagi keseluruh kamar yutaka.
Kamar yang tak begitu luas tapi terlihat rapi dan nyaman.
Sebuah
sigle bed yang dihadapannya terdapat lemari pakaian,lalu sebuah meja
belajar didekat jendela,diatas meja belajar itu terdapat sebuah kotak
kecil yang terlihat seperti kotak p3k.
Lalu ia memutar
bola matanya kesebelah kanannya yaitu ke kepala tempat tidur.ternyata
ada sebuah meja kecil yang terletak dekat kepala tempat tidur.
Uruha
mencondongkan tubuhnya begitu melihat sebuah bingkai foto diatas meja
kecil itu,didepan bingkai terdapat sebuah gelang tali bewarna merah.tapi
uruha tak terlalu mempedulikan gelang tersebut.karena ia sedang
memperhatikan orang yang ada didalam foto itu.
Terlihat ada 2
orang anak kecil yang ada didalam foto itu saling merangkul.anak yang
berambut hitam itu tersenyum lebar hingga menampilkan lesung pipi nya.
Uruha menebak-nebak kalau anak yang berambut hitam adalah yutaka,lalu anak disebelahnya siapa?
“yang satu lagi siapa?”gumamnya
Cekrek…
Suara pintu kamar yutaka yang terbuka reflek mengalihkan pandangan uruha dari bingkai foto itu.
yutaka
sedang menutup kembali pintu kamarnya dengan wajah yang sudah sedikit
bersih,walau luka lebam dan luka disudut bibirnya masih terlihat.
yutaka membawa baskom berisi air hangat beserta sapu tangan dan 2 kaleng minuman,yang satunya diberikan pada uruha.
“ini minumlah!”
“terima kasih”
Setelah
meletakkan baskom aur hangat diatas tempat tidur,yutaka berjalan
mendekati meja belajarnya dan mengambil kotak kecil diatas meja
tersebut,lalu ia duduk dipinggir ranjang disamping uruha dan mulai
membuka kotak obatnya.
“sini biar aku obati”ujar uruha tiba-tiba langsung mengambil kotak itu dari tangan yutaka
“eh?,aku obati sendiri saja”tolak yutaka
“sudah,kau diam duduk saja!”
yutaka lagi-lagi hanya bisa menuruti nya saja…
uruha ini tipe orang yang pemaksa.tapi selama itu untuk kebaikan jadi ya tidak apa-apa.
yutaka
duduk diam membiarkan uruha membersihkan sisa-sisa darah di lengan
yutaka dengan kapas.luka goresan-goresan kerikil yang mengenai lengannya
saat ia terjatuh.
Setelah itu uruha membubuhkan obat luka cair dilengan yutaka.
“tidak
perih?”tanya uruha yang melihat yutaka tak merasakan perih sama sekali
saat obat cairan obat itu mengenai luka dilengan yutaka.
“tidak…”
Uruha
hanya mengangguk paham,yah mungkin karena sudah sering mendapat luka
seperti ini jadinya ia tak merasakan lagi perihnya karena sudah biasa.
Selanjutnya
uruha mengambil air hangat dibaskom dan sapu tangan yang sudah dibawa
yutaka,uruha membasahkan sapu tangan tersebut kemudian mengompres luka
disudut bibir yutaka.
“bisa lepas kacamata mu?”
Pinta
uruha setelah ia selesai mengompres sudut bibir yutaka,dan sekarang ia
hendak mengompres luka lebam dipipi hingga pelipis yutaka.agar mudah
mengompresnya maka uruha meminta yutaka melepas kacamatanya.
yutaka menurut,membuka kacamatanya lalu meletakkan nya disamping.
Uruha mencondongkan tubuhnya sedikit dan mulai mengompres pipi yutaka,
Selesai mengompres pipi yutaka selanjutnya kepelipisnya.
Saat sibuk mengompres pelipis yutaka,tak sengaja mata mereka bertemu,dan uruha tiba-tiba terdiam memandang kedalam mata yutaka.
Tanpa
sadar tubuh uruha makin condong kearah yutaka,sedangkan yutaka yang
menyadari itu berusaha menghindari hingga tubuhnya miring kebelakan.
“u-uruha?!”
Uruha
terkesiap mendengar panggilan yutaka,ia mengerjapkan matanya bingung
hingga ia mengerti sendiri dengan situasi yang sedang terjadi.
“ha?...eh,m-maaf”
ia menegakkan kembali duduknya lalu melanjutkan mengompres.
Sesaat suasana jadi sunyi dan canggung,tapi uruha dengan cepat membuka pembicaraannya untuk menghilangkan suasana canggung itu.
“ngomong-ngomong kau sudah melaporkan sipenutup hidung itu pada pihak sekolah?”
Tanyanya
yang sudah selesai mengobati yutaka dan membatu yutaka membereskan
obat-obatan itu untuk dimasukkan kembali pada tempatnya.
yutaka hanya menggeleng tertunduk menjawab pertanyaan uruha.
“ha? Kenapa? Orang seperti itu harus dilaporkan tahu,sekalian saja dia dikeluarkan dari sekolah”
“tidak,aku sudah memaafkannya kok”
“apa? Memaafkannya? Orang yang sudah membuatmu seperti ini?”tanya uruha dengan ekspresi wajah tak percaya.
Lagi,yutaka hanya mengangguk
“ck,baru
kali ini aku melihat orang yang ditindas tapi sudah memaafkan sipelaku
sipenindasan tanpa perlu ia meminta maaf.apa karena ia anak pemilik
sekolah kau jadi takut untuk melaporkannya?”
“bukan,bukan karena itu.”
“lalu?”
“emm…aku hanya tidak mau saja”
Uruha mengerutkan alisnya bingung,
‘ini aneh’ pikirnya
“kalau kau tak mau melaporkannya biar aku saja yang melaporkannya”
“jangan! Aku mohon jangan laporkan”
“yutaka,kau bodoh ya? Dia sudah sangat keterlaluan terhadapmu”
“tetap saja,aku mohon jangan laporkan”
“ck,ini sungguh aneh.lalu,ibu mu juga tak melakukan apa-apa?”
“ibu tidak tahu soal ini”jawab yutaka makin tertunduk
“apa?? Jadi kau tidak ceritakan pada ibumu soal kejadian ini??”
Yutaka menggeleng
“astaga!”
Uruha benar-benar dibuat heran oleh yutaka
“sebenarnya ada apa sih denganmu? Apa kau diancam oleh mereka”
“tidak…”
“lalu kenapa tak kau laporkan saja sih?”geram uruha
“aku
sudah bilang ‘kan tidak mau,dan aku sudah memaafkannya.bukan salahnya
dia jadi seperti itu”jawab yutaka kini mendonggakkan kepalanya menatap
uruha.
“apa maksudmu?”
“maaf,aku tidak bisa cerita”
Uruha hanya bisa memutar bola matanya menghela nafas pasrah.
‘sangat aneh.ada sesuatu yang disembunyikan oleh yutaka’ucap uruha dalam hati
Blamm…
Tiba-tiba suara debaman pintu dari lantai bawah memecah suasana tak sinkron didalam kamar yutaka.
“ibu sudah pulang”
Ujar yutaka,bangun dari duduknya lalu meletakkan kembali kotak obat itu pada tempat semula.
Tok..tok..
“yutaka,kau sudah pulang?”panggil ibu yutaka dari luar
yutaka yang masih berdiri didepan meja belajar menolehkan kepalanya kebelakang melihat pada pintu kamarnya dengan takut.
“hei,kenapa tak jawab?”tanya uruha
Tok…tok…
“yutaka??”panggil ibunya lagi
”S-sudah bu,masuk saja!”
Jawab yutaka akhirnya
Pintu kamar yutaka pun terbuka memunculkan seorang wanita cantik sambil menenteng sebuah kantong plastik.
“eh,ada temannya yutaka ya?”tanya ibu yutaka saat melihat uruha.
Uruha berdiri lalu memberi salam
“ah,selamat siang bibi”
“siang…”jawab ibu yutaka dengan ramah
“yutaka,ibu bawa pulang makanan.makanlah bersama temanmu”
“y-ya”jawab yutaka yang masih berdiri didepan meja belajar tanpa menolehkan wajahnya kepada ibunya
“kenapa masih berdiri disitu? Cepat ambil ini”
Dengan
terpaksa dan rasa takut,yutaka membalikkan tubuhnya lalu berjalan
menuju ketempat ibunya dengan menundukkan wajahnya pasrah.
“kenapa menunduk seperti itu?”tanya ibu yutaka
yutaka menggeleng,tapi ibu yutaka tak percaya begitu saja.ia mendekati yutaka lalu mengangkat wajahnya.
“yutaka?! Kenapa wajahmu lebam begitu?”tanyanya kaget
yutakaa diam tak tahu mau mengatakan apa
“yutaka,jawab ibu,kenapa wajahmu?”
“i-itu…tadi saat pulang sekolah aku terjatuh dari sepeda”dustanya.lagi-lagi seperti itu.
“apa? Kenapa bisa begitu?”
“tersandung batu,a-aku tak melihat batu didepanku…”jawabnya pelan
“haah…kenapa kau bisa seceroboh itu sih yutaka…sini ibu obati”
Ibu yutaka hendak keluar kamar yutaka untuk mengambil obat tapi cepat dicegah oleh yutaka.
“tidak usah bu,tadi sudah diobati oleh uruha”
“eh,sudah?,kalau begitu terima kasih nak uruha”
“eh,iya bi…”ucap uruha sambil menyunggingkan senyumnya
“kalau begitu makanlah dulu.dan lain kali kau harus hati-hati yutaka”
“ya bu”
Dan ibu yutaka pun pergi keluar meninggalkan kamar yutaka
Brukk..
yutaka mendudukkan dirinya dipinggir ranjang lalu menopangkan keningnya dengan kedua tangannya yang menumpu pada lutut.
“pasti sudah banyak sekali alasan untuk membohongi ibu mu ya?”celetuk uruha.
yutaka hanya terdiam.
Dia sebenarnya amat sangat merasa berdosa terhadap ibunya itu.
“uruha
kamu makanlah dulu”yutaka bangkit dari kasurnya tanpa menjawab
pertanyaan uruha,lalu ia mengambil satu kotak nasi makan siang dan
menyerahkannya pada uruha.
Tanpa harus yutaka menjawab,uruha sudah
tahu kalau yutaka sering membohongi ibunya.dengan ia menghindar saja
sudah ketahuan ‘kan?.
“sankyu”
yutaka mengambil tasnya yang tergeletak diatas kasur,membawanya kemeja belajar dan mengeluarkan buku-bukunya.
“kau tidak makan?”tanya uruha memutar badannya untuk melihat yutaka dimeja belajar tak menyentuh kotak nasinya.
“aku belum lapar”
“hah,kau itu kerajinan sekali ya,pulang sekolah langsung belajar.kalau begitu aku duluan ya!”
“ung!”jawab yutaka
Uruha memutar lagi tubuhnya kedepan dan mulai menyantap makanannya duduk dipinggir kasur yutaka.
yutaka
berkutat dengan buku-buku yang baru ia keluarkan dari tas nya,lalu
perhatiannya terpaku pada buku bewarna coklat tua miliknya.diambilnya
buku itu dan dipandanginya.
Ingatannya langsung terulang kembali saat disekolah tadi.saat reita akan membuka buku miliknya ini.
Sungguh
ia benar-benar tak tahu harus berbuat apa jika isi bukunya dibaca oleh
reita,rasanya ingin menghilang jauh,sejauh-jauhnya dari muka bumi ini.
Ia
palingkan wajahnya kebelakang untuk melihat uruha,ternyata uruha masih
sibuk menyantap makanannya.lalu yutaka kembali memalingkan wajahnya
kedepan menghadap meja dan membuka buku bewarna coklat itu dengan
was-was.
Sedang asiknya mengunyah makanan,tiba-tiba uruha
teringat kembali akan foto yang terletak diatas meja kecil disamping
tempat tidur yutaka.
Tepat ada yutaka diruangan itu,ia pun bertanya.
“yutaka,itu fotomu ya?”
“eh,a-apa?”yutaka
yang terlalu serius berkutat dengan bukunya jadi sedikit terkaget saat
mendengar suara uruha.ia memutar bankunya untuk melihat uruha
“itu”tunjuk uruha menggunakan sumpitnya
“oh,…iya itu fotoku”
“hmm..dan disebelahmu siapa? Temanmu?”yutaka jadi diam termenung begitu uruha menanyakan orang yang bersamanya itu didalam foto.
“ne??”uruha menunggu jawaban yutaka
“iya…dia sahabatku waktu kecil”jawab yutaka dengan raut wajah sedih
“humm…sekarang dimana dia?”
Tanya uruha sambil memsukkan makanan kemulutnya dengan santai
“dia pindah bersama orangtuanya ke kanagawa”jawab yutaka sambil pandangannya menerawang keluar jendela.
“ouh…pasti akan sangat rindu sekali ya dengan temanmu disana”
yutaka menunduk sedih.
“tapi wajah temanmu itu entah kenapa terasa familiar diotakku”
“eh??”yutaka cepat mengangkat wajahnya dan menatap uruha
“m-mungkin cuma perasaanmu saja?”
“hm,mungkin”uruha mengedikkan bahunya
yutaka
menghela nafas,lalu ia menutup dan meminggirkan buku coklatnya,kemudian
mengambil buku pelajarannya.kini ia benar-benar belajar.
“belajar apa sih?”tanya uruha yang entah sejak kapan sudah berdiri disamping bangku yutaka
“eh,uruha? Sudah selesai makan?”
“sudah!”
“oh,aku lagi buat pr matematika”
“hum…”tak sengaja mata uruha teralihkan pada buku coklat yang ada disamping tangan yutaka
‘itu ‘kan buku yang tak diizinkan aku melihatnya?,memangnya itu buku apa sih?.apa mungkin buku diary?”pikir uruha dalam hati.
“yutaka,itu buku apa sih? Diary ya?”
“he? Bukan buku apa-apa”yutaka cepat-cepat mengambil buku itu dan mengamankannya dari uruha.
“tidak mungkin bukan apa-apa.buktinya kau tak mengizikan siapapun untuk membacanya.benarkan buku diary?”
Dengan terpaksa yutaka akhirnya mengangguk.
“ooh…pantas saja,hihi…”
Drrt…drrt…drrt…
Ponsel disaku celana uruha bergetar,ia langsung mengambilnya dan menganggkat pangilan di ponsel nya.
“hallo,bu?”
Selagi uruha mengankat telpon nya,yutaka menggunakan kesempatan itu untuk menyimpan buku diarynya dilaci meja.
setelah
beberapa detik uruha akhirnya selesai bicara di ponselnya.ia memasukkan
kembali ponselya kedalam saku lalu mengambil tas nya.
“yutaka,aku pulang dulu ya.ibuku menyuruhku mengambil pakaian di laudry”
“ah,iya.terima kasih telah membantuku”
“oke,sampai jumpa besok”
Setelah kepergian uruha,yutaka turun dari kursi nya berjalan menghampiri tempat tidurnya.
Ia hempaskan tubuhnya diatas kasur.lalu menatap kosong pada langit-langit kamarnya.
Tangannya bergerak menyentuh luka –luka diwajahnya.
“sshh…”desisnya merasakan perih pada lukanya itu.
Dalam kesunyian itu,ia kembali teringat pada ucapan uruha…
‘kau itu bodoh ya? di itu sudah sangat keterlaluan’
“aku memang bodoh ya? Hha…”
tsuzuku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar